Kamis, 25 April 2024

Logistik Mahal karena Forwarder Singapura MarkUp

Berita Terkait

Sejumlah kapal sedang melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Batuampar.
Foto: Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos.co.id – Tarif logistik Batam menuju Singapura dan sebaliknya memang dikenal mahal dan menjadi salah satu penghambat kemajuan industri di Batam.

Menurut Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Batam, Daniel Burhanudin, penyebabnya bisa dirujuk melalui empat persoalan utama.

“Pertama biaya pelabuhan, kedua jumlah muatan yang tersedia, ketiga jarak dan yang paling penting, terakhir konsep transaksi logistik (freight terms, red),” kata Daniel Burhanudin, Sabtu (17/2).

Berdasarkan biaya pelabuhan maka setiap kapal yang memiliki isi atau tidak sama sekali jika memasuki pelabuhan akan dikenakan sejumlah biaya yang besarannya sama.

“Biaya-biaya tersebut antara lain biaya pilotage, uang labuh, uang sandar dalam arti akan menjadi beban pelayaran,” ungkapnya.

Lalu mengenai jumlah muatan. Di Batam, jika jumlah kontainer kurang dari jumlah minimal kontainer yang telah ditentukan, tarifnya tetap dihitung berdasarkan jumlah minimal kontainer. Contoh jika batas minimal 20 ton, dan kapal hanya membawa 15 ton, maka tarif yang dikenakan sesuai dengan tarif 20 ton.

“Perhitungan muatan berdasarakan jumlah minimum sehingga harganya akan mahal,” ungkapnya.

Kemudian, masalah jarak juga menjadi problema.

“Besaran jarak akan berpengaruh kepada bahan bakar yang merupakan komponen terbesar dari biaya,” katanya.

Kombinasi dari ketiga persoalan di atas sangat menentukan dalam negosiasi dan transaksi. Secara umum, freight terms yang banyak berlaku adalah transaksi searah door to door dan door to port.

“Di dalam door to port, maka pengangkut menerima ongkos angkutan sampai dengan terbongkar di pelabuhan sehingga angkutan dari pelabuhan ke gudang, pemilik barang harus negosiasi sendiri,” ujarnya.

Nilai negatifnya adalah pemilik barang harus menggolkan sendiri tarifnya dengan transporter lokal. Sedangkan nilai positifnya, biaya transportasi lokal tidak di-markup oleh pelayaran.

Kemudian, dengan konsep door to door yang sekarang digunakan, maka pemilik barang akan terima bersih di gudangnya. Sedangkan urusan transportasi dari pelabuhan ke lokasi pemilik barang dilakukan perusahaan lokal, tetapi penagihan ke pelayaran di Singapura.

“Dan pelayaran yang menagih pemilik barang, dimana bukan rahasia umum penagihan transport lokal di Batam di-markup oleh forwarder Singapura,” jelasnya.

Maka, Daniel mengambil kesimpulan, tarif logistik Batam menuju Singapura secara door to door adalah sebesar 700 Dolar Singapura per unit untuk kontainer berukuran 40 feet.

“Namun yang menikmati mahalnya tarif tersebut adalah forwarder Singapura,” ujarnya.

Untuk menurunkan tarif logistik, maka konsep door to door harus diganti door to port. Kemudian tarif angkutan dari pelabuhan ke lokasi pabrik harus ditagih ke forwarder Singapura.

“Penerapannya nanti harus dikawal dengan peraturan-peraturan BP Batam dan syahbandar,” katanya lagi.

Sedangkan, Kepala BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan, untuk kontainer berukuran 20 feet tujuan Batam-Singapura tarifnya mencapai 500 dolar AS. Tarif tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dari Jepang, Korea, dan Tiongkok dengan tujuan yang sama, yakni Singapura.

“Dari Jepang ke Singapura hanya 280 dolar AS. Begitu juga dari Korea dan Tiongkok, padahal jarak Batam ke Singapura hanya 18 kilometer,” kata Lukita.

Penyebab mahalnya tarif kontainer dari Batam ini, kata Lukita, dikarenakan minimnya kapasitas Pelabuhan Batuampar. Sehingga kapal bertonase besar tidak bisa bersandar di pelabuhan tersebut.

“Isu-isu yang kami terima itu terkait biaya logistik. Makanya kami sadar bahwa Pelabuhan Batuampar memang harus diperbaiki,” ujarnya.(leo)

Update