Jumat, 19 April 2024

Apalah Arti Nomor Urut

Berita Terkait

Minggu (18/2) lalu merupakan hari yang penuh makna bagi pengurus, kader, dan simpatisan partai politik (parpol). Dikatakan bermakna lantaran hari itu merupakan momentum bagi mereka untuk mengetahui nomor urut parpol yang didukungnya pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

Para pimpinan parpol hadir. Ada Megawati Soekanoputri, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Muhaimin Iskandar, Oesman Sapta Odang, M Romahurmuziy, Sohibul Iman, Johnny G Plate, hingga pimpinan parpol baru seperti Hary Tanoesoedibjo, Grace Natalie, Ahmad Ridha Sabana, serta Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto hadir. Mereka didampingi para elit parpol dan tokoh nasional lainnya.

Bagi yang dapat nomor bagus sih, bukan main girangnya. Tapi bagi yang nomor urutnya tidak sesuai keinginan, tentu merasa tidak nyaman. Apalagi kalau dapat nomor yang letaknya pada surat suara tidak strategis. Namun, beberapa yang tidak sesuai mencoba menghibur diri. Coba berlapang dada. Yang namanya politik, soalnya nomor urut bisa dipolitisir. Dibuat sesuai lah.

Bertempat di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, seluruh parpol telah mendapatkan nomor “start” untuk berkompetisi di pemilu. Pengundian juga dilakukan untuk empat parpol lokal dari Aceh.

Secara nasional, ada 14 parpol peserta pemilu. Nomor urut 1 diperoleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), nomor 2 Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), nomor 3 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Perjuangan (PDIP), nomor 4 Partai Golongan Karya (Golkar), nomor 5 Partai Nasional Demokrat (Nasdem), nomor 6 Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda), sedangkan nomor 7 Partai Beringin Karya (Berkarya).

Selanjutnya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendapat nomor urut 8, nomor urut 9 Partai Persatuan Indonesia (Perindo), nomor urut 10 Partai Persatuan Pembangunan (PPP), nomor 11 Partai Solidaritas Indonesia (PSI), nomor 12 Partai Amanat Nasional (PAN), nomor 13 Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Demokrat meraih nomor urut 14.
Bicara soal nomor urut parpol ini memang ngeri-ngeri sedap. Masih ada yang beranggapan bahwa keberadaan nomor urut cukup vital. Karena dianggap mudah mem-branding-nya. Ambil contoh, nomor urut 1 bisa dimodel dengan jempol, nomor 2 bisa dipelesetkan menjadi peace. Atau nomor 3 bisa dianggap metal. Khusus PDIP, nomor 3 bisa disamakan dengan banteng beserta tanduknya.

Bagaimana dengan Demokrat? Untungnya partai berlambang segitiga mercy ini punya tim kreatif. Mendapat nomor “gemuk” alias paling bontot, mereka memelesetkan nomor 14 menjadi S14P yang kalau dibaca menjadi “SIAP”. Atau Hanura yang mendapatkan nomor 13, memelesetkannya menjadi B yang berarti berkah. Ada-ada saja. Tapi itulah politik, nomor urut pun bisa dipolitisir. Yang penting tepat sasaran dan bisa “dijual” ke masyarakat, pasti oke.

Bagi parpol besar, mem-branding merek mereka tidaklah mudah. Berbeda dengan pendatang baru. Pasti butuh kerja keras dan tantangan. Karena berhadapan dengan parpol “senior” bukanlah perkara gampang. Sudah banyak yang jadi “korban”. Tidak sedikit parpol baru yang “gulung tikar” lantaran tidak mendapat kursi di parlemen. Kecuali jika parpol itu benar-benar bonafit, punya tokoh besar, dan tentu saja basis yang jelas. Jadi, kalau bagi parpol baru, nomor urut lumayan berpengaruh.

Terlepas dari nomor urut, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana “jualan” laku. Orang parpol ini ibarat berdagang. Mereka harus bisa memoles partainya agar bisa menarik perhatian masyarakat. Karena, percuma dapat nomor bagus kalau tidak “dicoblos” di tempat pemungutan suara (TPS).

Apanya yang dijual? Bisa programnya, calon anggota legislatif (caleg) yang diusung, metode kampanye, dan hal-hal lainnya yang dianggap mampu memikat hati masyarakat. Mau pakai istilah “serangan” fajar juga silakan. Asalkan tidak ketahuan Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu). Tapi yang harus digarisbawahi, masyarakat kita sudah sangat cerdas dalam menentukan wakilnya di parlemen. Apalagi di Batam. Mau menghambur duit saat pencoblosan, jangan harap langsung dipilih. Bisa-bisa malah bikin kanker alias kantong kering.

Semoga, momentum pesta demokrasi ini dapat memberikan hasil yang positif bagi pembangunan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Karena, meskipun kita anti dengan politik, namun penentu dari arah pembangunan kita ditentukan oleh hasil politik.  (*)

 

Guntur Marchista Sunan
General Manager Batam Pos

Update