Jumat, 19 April 2024

BP Batam akan Kembangkan Pelabuhan Makobar

Berita Terkait

batampos.co.id – Kasus tenggelamnya kapal angkut granit dan material, TB Hongkin dan kapal TK Bintan I pada 5 Februari lalu di Kabil membuat BP Batam merevitalisasi Pelabuhan Makobar yang berada di sebelah utara Pelabuhan Batuampar. Tujuannya adalah membangun pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan logistik untuk menampung material yang diangkut kapal dan juga sebagai tempat bersandar yang representatif.

“Salah satu keunggulan Pelabuhan Makobar adalah terletak di teluk. Sehingga tidak gampang terguncang ombak. Sangat cocok dibangun logistik untuk material properti. Kejadian tenggelamnya kapal kemarin karena ombak yang tinggi,” kata Kepala Kantor Pelabuhan (Kanpel) BP Batam, Nasrul Amri Latif, Senin (19/2) di Kantor Pelabuhan BP Batam.

Keadaan Pelabuhan Batuampar yang tidak baik memang membuatnya tidak bisa menjadi tempat bersandar kapal-kapal besar seperti kapal Super Panamax. Sehingga banyak yang memutar jauh ke Pelabuhan Kabil untuk menurunkan muatannya karena dianggap lebih layak.

Jika menurunkan muatan di Pelabuhan Batuampar, maka harus menunggu dwelling time yang cukup lama, bisa berhari-hari. Untuk itu, Pelabuhan Makobar akan dijadikan pelabuhan dengan aktivitas yang berbeda dan khusus menangani aktivitas logistik. Pengembangannya diproyeksikan bisa menjadi tempat bersandar kapal-kapal besar Super Panamax dan Landing Craft Tank (LCT).

Kasus kapal TB Hongkin dan kapal TK Bintan I memang cukup menjadi perhatian karena kapal-kapal tersebut menabrak penyangga pipa avtur di trestle Dermaga Pelabuhan Curah Kabil. Untungnya tidak terjadi kebocoran karena tabrakan tersebut.

“Memang karena sempat tenggelam, maka ada minyak yang sempat tumpah ke laut. Namun bisa segera diatasi dengan memanfaatkan selimut minyak dengan berkoordinasi dengan Patra Niaga,” jelasnya.

Nasrul menggambarkan estimasi untuk mengembangkan Pelabuhan Macgobar membutuhkan data sekitar Rp 2 miliar hingga Rp 3 miliar dan akan dilakukan dalam waktu dekat.

Sejumlah pekerja sedang melakukan bongkar muat barang dari kapal di Pelabuhan Batuampar, Kamis (8/2). F Cecep Mulyana/Batam Pos

Dulu Pelabuhan Makobar merupakan pelabuhan dermaga curah yang menjadi tempat untuk menurunkan dan menampung muatan material bangunan dari kapal-kapal yang berlabuh di Batam. Namun karena kondisinya yang semakin tidak layak, maka sekarang lebih banyak digunakan untuk menurunkan muatan sembako.

Ketua INSA Batam Osman Hasyim Osman Hasyim mengungkapkan, saat ini pelabuhan di Batam sangat sepi dari aktivitas bongkar muat. Bahkan hanya untuk proses labuh tambat saja, Pelabuhan Batuampar kalah populer dari Singapura.
Banyak kapal yang memindahkan aktivitasnya ke Johor atau ke Karimun.

Ia kemudian memperlihatkan website yang menunjukkan aktivitas kapal di dunia yakni di www.marinetraffic.com dan www.vesselfinder.com. Di sepanjang pantai Singapura, banyak kapal yang melakukan aktivitas, seperti melakukan labuh tambat, bongkar muat, dan lainnya.

Sedangkan di Pelabuhan Batuampar Batam tidak terlihat aktivitas sama sekali. Pemegang regulasi dalam hal ini BP Batam diminta untuk berperan aktif. Lautan di Batam sangat luas dan mampu menampung lebih dari 1.000 kapal dengan syarat modernisasi pelabuhan dan regulasi yang memberikan kepastian dan insentif. Ia memberikan contoh ongkos labuh tambat untuk kapal adalah 0,11 dolar AS per Gross Register Ton (GRT) kapal.

Jika ada 200 kapal yang berlabuh memiliki total berat 100.000 GRT di Batam, maka pendapatan yang bisa diperoleh mencapai Rp 79,8 miliar per bulannya. “Namun itu yang tak bisa dicapai saat ini,” ungkapnya.

Saat ini, jumlah kapal yang berlabuh di Batam tidak lebih dari 30 unit. Osman mengatakan pemerintah harus segera berbenah jika ingin mengembalikan kejayaan Batam di dunia maritim seperti di era kepemimpinan B.J. Habibie. Selanjutnya, ia kemudian berbicara mengenai masalah tarif pelabuhan. (leo)

Update