Sabtu, 20 April 2024

Sejarah Pemukiman Tua di Natuna Terlupakan 

Berita Terkait

Muara sungai setuik terlihat seperti seekor naga. F. Google Maps.

batampos.co.id – Muara sungai Setuik seperti seekor naga. Mungkin sebab itu di abad ke 12 di Kampung Selulan terdapat permukiman tua yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Bunguran Timur Laut.

Pemukiman tua ini diperkuat dengan temuan  keramik keramik, perhiasan emas, manik -manik dari lima dinasty. Yakni dinasty Sun hingga dinasty Yuan. Kawasan aliran sungai naga ini merupakan temuan tinggalan keramik terbanyak di Natuna.

Banyaknya temuan tinggalan pecah belah lima dinasty ini, Kampung Selulan yang bersebelahan kampung Sekalong adalah permukiman tua dengan jumlah penduduknya sangat padat di abad ke 12 silam.

“Tinggalan pemukiman tua ini pernah diteliti oleh Puslit Arkeologi Nasional ditahun 2015 lalu oleh tim ahli kota kuno. Penelitian itu membuktikan Kampung Selulan dan Sekalong yang bersebrangan sungai adalah pemukiman tertua di Natuna,” kata Zaharudin, Selasa (20/2).

Namun kini sejarah pemukiman tua tidak lagi terdapat tinggalan bangunan yang dapat dilihat. Hanya sedikit perkakas rumah tangga maupun pecah belah yang masih bisa dilihat, selebihnya sudah banyak dijual kepada kolektor asing.

Menurut Ketua Lembaga kajian sejarah (Lekas) Natuna Zaharudin,  penyebab tidak adanya peninggalan bangunan saat itu karena diperkirakan bangunan masyarakat masa lalu menggunakan material kayu. Dan daerah tersebut adalah hamparan tanahnya sebagian besar padang pasir, yang rentan terbakar.  sehingga sisa-sisa tinggalan bangunan ikut terbakar sepanjang tahun.

Tinggalan yang masih ditemui masyarakat setempat berupa batu pipisan yang pernah dipakai diabadikan ke 12, termasuk perhiasan emas dan lencana emas yang pernah ditemukan masyarakat, selain  jenis keramik,” kata Zaharudin.

Metode penemuan masyarakat ini,  ketika membuka lahan perkebunan dan mencari dengan memacok serta eskavasi oleh Puslit ArkeNas.

Kampung Selulan dan Sekalong, adalah temuan terbanyak tinggalan abad ke 12.  Tercatat ratusan jenis dan jumlahnya tak terhitung, karena temuan warga pada waktu itu tidak terdata, dan karena LEKAS belum berdiri.

Selama ini kata Zaharudin, Lekas dan Museum Sri Serindit terus melakukan kajian bersama tim Puslit Arkenas. LEKAS Natuna akan terus melakukan kajian-kajian melestarikan tempat-tempat bersejarah di Natuna, menambah destinasi pariwisata Natuna.

“Harapan kami, untuk percepatan pembangunan pariwisata daerah, kita mesti saling mendukung dan sinergy antara pemerintah daerah dan maayarakat serta unsur-unsur terkait lainnya. Sejarah pemukiman tua ini tidak boleh terlupakan dimasa kekinian,” harap Zaharudin.(arn)

Update