Jumat, 29 Maret 2024

Ancaman Batam Makin Tinggi

Berita Terkait

batampos.co.id – Maraknya kasus penyelundupan narkotika di perairan Batam menjadi atensi khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani. Ia mengatakan fenomena ini membuktikan ancaman dan tingkat kerawanan Batam sebagai jalur penyelundup narkoba semakin tinggi.

Karenanya, menteri yang akrab disapa Ani ini mengatakan, pihaknya akan meningkatkan kesiapan aparat dalam melakukan pengawasan. Sebab menurut dia, setiap minggu bahkan setiap hari ada penyelundupan narkotika ke Indonesia. Di antara penyelundupan itu melalui perairan Batam.

“Di Batam ancamannya semakin tinggi,” kata Ani saat ekspose penangkapan 1,6 ton sabu di Pelabuhan Logistik Sekupang, Batam, Jumat (23/2).

Di antara upaya peningkatan pengawasan itu, kata Ani, dengan menambah armada kapal patroli berteknologi tinggi. Sebab selama ini kapal-kapal penyelundup memiliki kecepatan di atas rata-rata. Sehingga, kadang, kapal aparat milik Bea Cukai, TNI, maupun Polri kerap keteteran saat mengejar kapal penyelundup.

“Hal ini yang akan kami perbaiki nantinya,” ujarnya.

Ani menambahkan, penambahan fasilitas dan anggaran ini tidak hanya untuk Bea dan Cukai. Tetapi menyeluruh bagi TNI, Polri, dan Badan Narkotika Nasional (BNN).

Selain membutuhkan kapal-kapal cepat yang canggih, Ani menyebut aparat juga memerlukan teknologi pendeteksi kapal-kapal penyelundup. Terutama penyelundup narkotika. Untuk itu, Ani berjanji akan memperkuat mesin dan teknologi pendeteksi.

“Penyelundup sudah semakin berani, karena itu kami akan terus melakukan perbaikan kinerja, personel, hingga peralatan,” katanya.

Ani kerja aparat gabungan dalam menggagalkan upaya penyelundupan sabu ke Indonesia. Terutama yang terjadi di perairan Batam dan Kepri.

Namun di satu sisi, ia mengaku prihatin karena maraknya tangkapan tersebut justru menunjukkan betapa ancaman narkoba untuk Indonesia begitu besar.

“Coba lihat ini, tahun 2017 saja kami menanganni 342 kasus dengan jumlah barang bukti 2,132 ton sabu. Tapi tahun ini, tak sampai dua bulan kami sudah menangani 57 kasus. Dan barang bukti sabunya 2,532 ton,” katanya.

Di tempat yang sama Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta jajarannya untuk tak segan-segan menindak setiap aksi penyalahgunaan narkoba. Ia jua meminta anggotanya menindak tegas pelaku yang melawan.

“Saya instruksikan, jangan ragu-ragu bertindak tegas. Bandar yang melawan, tembak di tempat,” ujarnya.

Ia mengatakan secara teknis, pihaknya telah memetakan jalur-jalur pelayaran jaringan international tersebut. Menurut dia, narkotika yang masuk ke Indonesia umumnya dari Tiongkok. Sebelum masuk Indonesia, narkotika asal Tiongkok itu dibawa ke Myanmar. Di sana, kata Kapolri, ada satu daerah yang tak bertuan yang dikuasai para bandar narkoba.

“Setelah itu baru ke Selat malaka,” ucapnya.

Kapolri menduga, kapal Mv Min Lian Yu Yun 61870 (Penuin Union) yang ditangkap Selasa (20/2) lalu itu memiliki keterkaitan dan kapal Sunrise Glory yang ditangkap pada Rabu (7/2) lalu. Kedua kapal itu masing-masing membawa sabu seberat 1,6 ton dan 1 ton 30 Kg dari Tiongkok.

“Ini komplotan yang sama dengan sebelumnya,” ungkapnya.

Tangkap Bandar dan Pemesan

Pasukan Brimob Polda Kepri mengawal para tersangka yang membawa sabu 1,6 ton saat ekspos di Pelabuhan Logistik Sekupang, Jumat (23/2). Ekpos pengungkapan narkoba langsung oleh Mentri Keuangan Sri Mulyani bersama Kapolri Jendral Tito Karnavian dan sejumlah Muspida. F Cecep Mulyana/Batam Pos

Kapolri Tito Karnavian dan Menkeu Sri Mulyani mencoba menginterogasi langsung keempat tersangka penyelundup sabu 1,6 ton di Pelabuhan Logistik Sekupang, kemarin. Keempat tersangka merupakan kru dan nakhoda kapal Mv Min Lian Yu Yun 61870.

Saat itu, Kapolri bertanya kepada salah satu ABK, Chen Tan Mai, dari mana asal 1,6 ton sabu tersebut. Mendengar pertanyaan itu, Tan Mai langsung berbicara menggunakan bahasa Mandarin. Wajahnya tampak memerah dan suaranya terdengar bergetar.

Dengan tangan terborgol dia mencoba untuk bicara sebanyak-banyaknya. Ia menyebut bahwa sabu 1,6 ton itu milik sesorang bernama Lao. Menurut dia, seharusnya Lao yang ditangkap, bukan ia dan ketiga rekannya.

“Lao ini di Tiongkok,” kata Herlina, seorang penerjemah menirukan ucapan Chen Tan Mai.

Kepada Kapolri dan Menkeu, Chen Tan Mai mengatakan ia dan ketiga rekannya tidak tahu jika barang yang mereka bawa itu merupakan sabu. Sebab sabu tersebut sudah dikemas dalam kemasan teh yang siap edar.

“Tak tahu dia,”kata Herlina menirukan ucapan Tan Mai.

Tan Mai makin emosional dan nada suaranya terus meninggi. Bahkan ia tetap berteriak saat Kapolri dan Menkeu menyudahi interogasinya.

“Kejar Lao. Lao,” katanya.

Melihat reaksi Tan Mai itu, tersangka lainnya Tan Hui, mencoba menenangkannya. Tan Hui merupakan nakhoda kapal. Sementara Chen Tan Mai adalah ayahnya.

Tersangka lainnya, Tan Yi juga menyebutkan sejumlah nama yang diklaim sebagai pemesan sabu 1,6 ton tersebut. Mereka berada di Jakarta.

“Tinggal ditangkap saja,” ujar Herlina menerjemahkan pernyataan warga Tiongkok tersebut. (ska/yui)

Update