Jumat, 29 Maret 2024

Timbun Hutan Bakau, Proyek Reklamasi Diprotes Warga

Berita Terkait

Inilah hutan bakau yang ditimbun oleh salah satu pengembang di Sagulung, Kamis (2/3). F Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Aktifitas reklamasi menimbun hutan bakau masih marak di Sagulung. Meskipun sudah ada beberapa proyek yang dihentikan karena berdampak bagi lingkungan namun proyek serupa terus bermunculan hingga saat ini.

Proyek reklamasi di belakang Kaveling Flamboyan, kelurahan Seipelenggut, Sagulung misalkan, meskipun baru sebulan beroperasi, proyek tersebut telah menimbun hutan bakau yang menjadi lokasi resapan air seluas satu hektare. Warga sekitarpun bereaksi. Mereka merasa tak nyaman sebab kuatir akan berdampak bagi lingkungan sekitar.

“Kalau itu ditimbun semua, tak ada lagi daerah resapan air. Bisa-bisa tenggelam rumah-rumah kami yang ada di sekitar sini,” ujar Harun, warga Kaveling Flamboyan.

Warga disana kata Harun pada dasarnya tak menolak ataupun menentang proyek reklamasi itu. Mereka hanya ingin memastikan jika proyek tersebut tidak berdampak bagi lingkungan sekitar nantinya, sehinga mereka memintah agar instansi pemerintah terkait segara turun cek ke lokasi dan mempertanyakan legalitas perizinan proyek itu.

“Kami berharap mereka(proyek) ada izinnya sehingga tidak berdampak. Jika tidak harus dihentikan karena akan merusak lingkungan di sini,” tutur Harun.

Senada disampaikan oleh Fahrozi, warga lainnya yang mengaku dampak langsung yang dirasakan warga dari aktifitas proyek itu memang belum ada sebab aktifitas proyek itu hanya di malam hari saja. Namun besar harapan dia agar pemerintah segera mengambil tindakan sebelum ada dampak yang serius nantinya.

“Dampak langsung memang belum begitu dirasakan, tapi kalau sempat hutan bakau itu ditimbun tentu jadi masalah besar bagi kami di sini. Ini harus secepatnya ditanggapi,” tutur Fahrozi.

Camat Sagulung Reza Khadafi saat dikonfirmasi mengaku sudah mengetahui keluhan warga Dapur 12 Sagulung itu. Tindak lanjutnya pihak kecamatan bersama kelurahan Seipelenggut sudah turun cek ke lokasi.

“Kami sudah turun kemarin (Kamis, 1/3). Memang ada aktifitas penimbunan hutan bakau. Kami belum bisa temui pihak proyek karena tak ada di lokasi. Mereka sudah kami panggil untuk mempertanyakan perizinan mereka,” ujar Reza.

Bahkan sebagai langkah tegas menanggapi keluhan masyarakat itu, sambung Reza, mereka juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Batam untuk sama-sama cek perizinan proyek reklamasi tersebut.

“Kalau perizinan kami belum tahu lagi. Kami sudah koordinasi dengan DLH untuk cek perizinannya. Jika tidak ada harus dihentikan dan disegel. Tak ada yang istimewah. Bagi yang merusak lingkungan dan tidak berizin akan ditindak tegas,” ujar Reza.

Ini ditegaskan Reza, murni untuk menjaga lingkungan Sagulung dari ancaman bahaya banjir dan kerusakan lingkungan lainnya. Sejauh ini sedikitnya sudah empat proyek reklamasi yang bermasalah dihentikan karena berdampak bagi lingkungan. “Sudah banyak yang kita segel (bersama PNS DLH). Ya bukan mau menghalangi pembangunan tapi kalau bermasalah untuk apa dibiarkan,” tutur Reza.

Sementara Pelaksana Kepala DLH kota Batam Herman Rozie saat dikonfirmasi belum memberikan tanggapan. Pesan singkat dan panggilan telepon belum direspon.

Pantauan Batam Pos di lapangan, aktifitas reklamasi itu sudah menimbun hutan bakau sekitar satu hektare. Kendaraan proyek diduga mengakut tanah dari lokasi pemotongan lahan kaveling Seroja. Informasi yang disampaikan warga aktifitas proyek hanya terjadi di malam hari saja. Siang kemarin saat Batam Pos ke lokasi memang tidak terlihat aktifitas apapun di lokasi reklamasi itu. Dua unit truk pengangkut tanah tampak parkir di lokasi lahan yang sudah ditimbun. Sekeliling lahan yang sudah ditimbun merupakan hamparan hutan bakau yang digenangi air laut. Hutan bakau yang belum ditimbun masih cukup luas sebab proyek itu baru menimbun lokasi hutan bakau bagian pinggir.

Tidak ada satu pekerja yang dijumpai di lokasi proyek tersebut. Begitu juga pihak proyek belum bisa dikonfirmasi sebab tak ada orang di lokasi proyek. Warga sekitarpun mengaku tidak tahu pasti nama perusahaan yang menimbun lahan hutan bakau itu.

“Kerjanya malam terus jadi tak tahu PT apa itu. Tak ada plang juga,” kata Fahrozi. (eja)

Update