Kamis, 25 April 2024

BI Yakin Pelemahan Rupiah hanya Sementara

Berita Terkait

ilustrasi money changer

batampos.co.id – Bank Indonesia (BI) punya cukup amunisi untuk meredam pelemahan rupiah. Salah satunya cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada Januari 2018 lalu sebesar 131,98 miliar dolar AS, naik dibanding posisi Desember 2017 yang sebesar 130,20 miliar dolar AS. Pekan lalu, rupiah melemah dan sempat menyentuh angka Rp 13.800 per dolar AS. BI pun masuk ke pasar untuk melakukan intervensi, baik di pasar valas maupun pasar obligasi.

Hasilnya, rupiah pada akhir pekan lalu ditutup di harga Rp 13.746 per dolar AS, keluar dari area Rp 13.800 per dolar AS. Namun jika dihitung lebih luas, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dalam sepekan tercatat melemah 0,56 persen. Sementara sejak awal Februari 2018, rupiah melemah 2,57 persen.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, tren kenaikan cadangan devisa yang kuat ditopang oleh membaiknya perekonomian sepanjang tahun lalu. Dia yakin cadangan devisa nantinya masih akan mampu tumbuh lebih baik kendati BI harus melakukan operasi pasar.

Dody menjelaskan, pemerintah menerima devisa dari pajak minyak dan surat utang valas, yang kemudian masuk ke APBN. Dana valas tersebut kemudian ditukar ke rupiah di bank sentral, kemudian valasnya masuk ke cadangan devisa.
“Saya tidak bisa meramalkan cadangannya akan jadi berapa, tetapi yang pasti masih bisa naik,” ujarnya di sela-sela pelatihan wartawan ekonomi di Jakarta, Sabtu (3/3).

Dia menambahkan, BI melihat perekonomian dalam jangka panjang. Sehingga, pelemahan rupiah yang disebut hanya sementara ini tak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang sesungguhnya. Jika melihat tren dolar AS yang menguat, Dody yakin cadangan devisa bisa meningkat.

Namun saat ditanya soal aliran dana asing, dia tak  menjawab detail. Hingga akhir Januari, aliran dana asing masih tercatat masuk ke Indonesia sebesar 2 miliar dolar AS. “Untuk yang Februari, saya belum pegang datanya. Maret akan seperti apa, I don’t know,” lanjutnya.

Dengan peringkat investment grade yang disematkan oleh lembaga-lembaga rating ke Indonesia, ditambah data inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang positif, Dody yakin tahun ini Indonesia masih akan menjadi tujuan investasi asing, baik investasi asing langsung (foreign direct investment) maupun portofolio. “Tapi memang sudah ada dana yang keluar, dari surat utang dan saham,” ungkapnya.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan, volume intervensi BI di pasar tak bisa serta merta diukur dari cadangan devisa. “Misalnya kalau ada penurunan cadangan devisa, berarti BI intervensinya sejumlah selisih dari cadangan yang sekarang dengan yang sebelumnya, enggak begitu,” tuturnya.
Sebab, cadangan devisa juga dibentuk oleh variabel-variabel yang lain. Misalnya, pembayaran utang, penerimaan ekspor migas, dan penerimaan lelang surat utang.

Doddy menjelaskan, cadangan devisa pada akhir Januari 2018 cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor atau 8,2 bulan impor serta pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional yakni sekitar tiga bulan impor. Cadangan devisa kali ini termasuk yang terbaik, karena merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, melemahnya rupiah memang hanya sementara. Dia menilai pasar lebih dipengaruhi sentimen-sentimen di AS. Sementara dari sisi domestik, perekonomian Indonesia masih cukup baik meski pertumbuhan ekonomi belum mampu melaju kencang.

“Ini hanya sementara, soal dolar AS menguat. Suku bunga di dalam negeri memang sepertinya tidak ada ruang untuk penurunan kembali kalau rupiahnya seperti ini,” ungkapnya.

Ekonom Indef Bhima Yudistira mengatakan, cadangan devisa bisa berkurang jika volume intervensi dari pemerintah untuk menaikkan rupiah cukup besar. “Pemerintah perlu mencari sumber devisa lain di luar sektor migas. Misalnya menaikkan devisa ekspor non migas dan devisa dari pariwisata,” tuturnya. (rin/jpg)

Update