Sabtu, 20 April 2024

Gubernur Kepri Lamban Selesaikan Polemik Taksi Online

Berita Terkait

ilustrasi

batampos.co.id– Lambannya penanganan masalah taksi online di Kota Batam akan berimbas pada sektor pariwisata, bahkan stabilitas keamanan kota juga bakal terganggu. Gubernur Kepri, Nurdin Basirun, diminta tegas dalam menyelesaikan polemik taksi online tersebut.

“Gubernur Kepri dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kepri harus serius atasi permasalahan ini. Karena yang dirugikan adalah Kota Batam sendiri,” ujar Anggota Komisi I DPRD Batam, Musofa, Selasa (13/3).

Menurut dia, dengan adanya aksi pemukulan dan perusakan antara taksi konvensional dengan taksi online akan membuat citra Batam sendiri semakin buruk. Bahkan ditambah lagi dengan aksi persekusi sopir taksi konvensional turut membuat citra Batam kian tenggelam.

“Ini yang sebenarnya kita khawatirkan. Bahkan sampai malam tadi benturan-benturan antara supir taksi masih terjadi,” sesalnya.

Musofa menambahkan, kondisi Batam yang stabil harus dipertahankan. Apalagi sebagai daerah pariwisata, kondusifitas adalah hal pokok di dalam menjaga iklim wisatawan. “Intinya jangan sampai kita dicap daerah tidak kondusif, masalah ini harus diatasi,” sebut Musofa.

Selain itu ia meminta pemerintah harus mempertimbangkan kehadiran transportasi online di tengah sulitnya ekonomi saat ini. Dan bila memang ditentukan kuota harus diselesaikan secepat mungkin, sebelum gesekan-gesekan antara supir taksi tersebut semakin meruncing.

“Kita bukan mendukung taksi online. Kalaupun ada kuota serahkan ke pasar, biar mereka yang milih mana yang bagus. Pemerintah juga harus belajar ke daerah lain seperti Bandung, Jakarta, Medan yang terbukti mampu atasi masalah transportasi online ini,” jelas dia.

Sementara itu, Ketua DPRD Batam, Nuryanto menyorot lambatnya penyelesaian masalah ini. Ia juga mempertanyakan langkah penyelesaian oleh pemerintah provinsi dalam penyelesaian. “suka tidak suka, pemerintah wajib menyampaikan apa yang sudah dikerjakan,” tuturnya.

Ia mengakui, polemik taksi online dan konvensional ini justru kian bertele-tele dan semakin meluas. “Entah apa yang dikerjakan. Harusnya bisa menahan gejolak dari dulu. Ini malah sebaliknya, setelah rame dulu baru sekarang pada sibuk,” sesal Nuryanto. (rng)

Update