Selasa, 19 Maret 2024

Nomadic Tourism, Celah Baru Pariwisata

Berita Terkait

batampos.co.id –  Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengadakan Rapat Koordinasi Nasional Kepariwisataan (Rakornaspar) I tahun 2018, bertema ‘Digital Destination & Nomadic Tourism’, bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kamis malam (22/3/2018).

Rakornas berlangsung selama dua hari (22-23/3) dan diharapkan dapat menghasilkan sejumlah keputusan strategis. Diantaranya komitmen Pemerintah Daerah dalam mengembangkan destinasi digital dengan target 100 pasar digital di 34 provinsi; dukungan regulasi terhadap pengembangan 10 nomadic tourism (glamp camp, home pod, dan caravan) serta dukungan regulasi aksesibilitas untuk sea plane.

Menpar Arief Yahya saat memberikan pemaparan menyatakan bahwa pengembangan nomadic tourism sangat relevan dengan situasi terkini dimana para wisatawan yang jumlahnya kebanyakan anak muda sangat menyukai aktivitas berpetualang dan mengeksplorasi sebuah tempat baru. Artinya, unsur atraksi sudah tersedia di daerah tersebut. Dengan adanya nomadic tourism berarti menyelesaikan masalah mengenai amenitas dan aksesibilitas.

“Bali merupakan wilayah yang tepat untuk bisa menjadi percontohan bagi pengembangan nomadic tourism. Karakter wilayahnya yang banyak didatangi anak muda yang suka bertualang serta kemudahan akses yang dimiliki menjadi hal penting yang mendukung pengembangan nomadic tourism,” lanjutnya.

Sementara itu, untuk nomadic tourism pada Rakornas akan fokus membahas pada nomadic aksesibilitas dan nomadic amenitas berikut atraksinya yang dapat mendorong para pelaku industri pariwisata mau mengembangkan bisnis ini, terutama untuk amenitas dan aksesibiltasnya.

“Kalau kita melakukan pencarian di website, nomadic tourism yang banyak di kunjungi di Bali adalah Candi. Secara global, pelaku nomadic tourism bisa mencapai 45 juta wisatawan. Ini merupakan peluang besar bagi pengembangan nomadic tourism, Bali merupakan wilayah yang memiliki salah satu syarat itu.

Dilanjutkannya, pengembangan nomadic tourism tidak mahal dan bisa berpindah sesuai destinasi sasaran. Kalau kita lihat, banyak sekali daerah yang akomodasi dan aksesnya sulit. Dengan nomadic tourism, permasalahan diharapkan akan selesai.

“Kami cukup percaya diri bahwa pengembangan nomadic tourism akan berhasil”, tandasnya.

Menpar Arief Yahya melanjutkan, pada masa ini, sekitar 70% orang menghabiskan banyak waktu untuk bersosial media maupun mencari informasi secara digital. Segala aktivitas pun di-upload di media sosial. Hal inilah yang menjadi kunci pengembangan destinasi instragamable yang dilakukan Kemenpar.

Rakornas Kemenpar I 2018 diikuti 532 peserta terdiri atas pejabat di lingkungan Kemenpar, tim ViWI 2018, Bupati/Walikota, dinas pariwisata, asosiasi, co-branding, kementerian dan lembaga, serta GenPi dan Juragan Pasar. (*)

Update