Kamis, 18 April 2024

17 Investor Berminat Sulap Bandara Hang Nadim Jadi Kota Logistik

Berita Terkait

batampos.co.id – Pusat perdagangan di Asia Tenggara. Begitulah langkah awal Batam dalam menguasai pasar dunia. Caranya adalah dengan menyulap Bandara Internasional Hang Nadim menjadi kota logistik yang melayani layanan penitipan barang dari seluruh dunia dan kemudian mengantarkannya ke tempat tujuan hanya dalam batas waktu sekitar empat jam saja.

“Hei dari seluruh dunia, anda bisa menyimpan barang di Batam. Dan barang-barang yang disimpan di Batam dari seluruh dunia akan digabung dengan barang-barang dari Sumatera, Kalimantan dan lainnya. Setelah itu dipasarkan lewat kota logistik yang dibangun dekat bandara, Pelabuhan Batuampar dan Pelabuhan Tanjungsauh,” kata Deputi II BP Batam Yusmar Anggadinata saat melakukan konsultasi publik Kerjasama Pengembangan Bandar Udara (KPBU) BUBU Hang Nadim di Lantai 3 Balairung Sari, Gedung BP Batam, Selasa (3/4).

Secara garis besar, BP Batam ingin mengubah Hang Nadim menjadi kota logistik. Baru setelah itu mengembangkan hal serupa di Pelabuhan Batuampar.

Kota logistik ini akan dibagi lagi secara zonasi sesuai dengan kriteria barang yang dititipkan di Batam. Tiap zona disebut sebagai taman perdagangan atau trade park.

“Nanti disana, akan ada trade park isinya elektronik semua. Nanti ada juga yang isinya barang-barang plastik semua, baru ada trade park untuk furniture. Ada pedagang besar dan pedagang kecil. Kalau sudah terbangun, maka saya yakin pedagang besar dunia akan buka lapak di Batam,” ujarnya lagi.

Dengan model pengembangan seperti ini, barang-barang yang dititipkan bukan hanya akan menjadi titipan yang kemudian diantarkan mencapai kota tujuan. Tapi barang-barang tersebut bisa juga langsung dipasarkan di Batam jika ada pedagang besar yang butuh barang-barang tersebut dengan cepat. Bahkan Hang Nadim juga diwacanakan akan menjadi penyedia barang atau supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan manufaktur yang ada di Batam.

Sambil menyelam minum air. Batam bukan hanya akan jadi kota logistik tapi bisa juga jadi pusat perdagangan yang besar di Asia Tenggara.

Pedagang-pedagang besar akan mampir dan membeli barang-barang dalam hitungan kontainer. Sedangkan perusahaan-perusahaan manufaktur lokal seperti Satnusa Persada tidak perlu lagi mengimpor dari Tiongkok ketika membutuhkan barang-barang komplemen seperti transistor, chip dan lainnya. Satnusa hanya cukup memberikan order kepada Hang Nadim yang kemudian akan mencarinya.

“Nanti akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar, hal ini akan membantu kembangkan ekosistem logistik. Dan tentu saja industri-industri di Batam akan ikut berkembang juga,” katanya lagi.

Disamping itu, Badan Pengusahaan (BP) juga akan berkomunikasi dengan perusahaan seluler kelas dunia seperti Apple, Samsung dan lainnya. Tujuannya adalah menggarap Hang Nadim menjadi pusat reverse logistics.

Berbeda dengan logistik pada umumnya yang merupakan proses pendistribusian barang dari pemasok kepada pelanggan akhir. Namun reverse logistics mengacu pada semua prosedur terkait untuk pengembalian produk, perbaikan, pemeliharaan, daur ulang dan pembongkaran untuk produk dan bahan.

Angga menjelaskan secara singkat Batam sebagai reverse logistics akan menerima smartphone-smartphone yang butuh reparasi. “Kalau beli hape di China atau Jepang pas rusak kirim saja ke Batam. Nanti kita akan akan bicara ke Apple atau Lenovo agar bisa service di Batam saja,” jelasnya.

Upaya menciptakan perdagangan lewat kota logistik ini untuk menjawab ketimpangan ekonomi yang tercipta ketika konsep Free Trade Zone (FTZ) berlaku di Batam. Kesalahan terbesar adalah kebijakan FTZ mulai berlaku tanpa diimbangi dengan pembangunan infrastrutrur yang memadai.

Hal tersebut menciptakan biaya yang tinggi baik dalam logistik maupun harga jual. Penyebabnya adalah karena Pelabuhan Batuampar dengan kapasitasnya yang kecil tidak bisa menampung limpahan barang ekspor dan impor yang masuk ke Batam dari luar daerah. Mengingat Batam dibebaskan dari pembayaran PPN dan PPnBM, maka tingginya biaya logistik menyebabkan insentif FTZ menjadi sia-sia.

Bandara Hang Nadim Batam. foto:yusuf hidayat/batampos

“Kami dulu lupa bangun infrastruktur padahal sudah FTZ. Jadi FTZ tak termanfaatkan. Karena itu biaya logistik jadi malah, dan karena itu banyak industri yang terkena dampaknya pindah keluar,” jelasnya.

Jadi dengan mengubah Hang Nadim menjadi kota logistik akan mengubah pengembangan ekonomi di Batam. Kota logistik juga akan menjadi sarang dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce seperti Bukalapak, Lazada dan lainnya. Bahkan bukan tidak mungkin Amazon akan tertarik buka lapak di Batam.

E-commerce butuh gudang logistik untuk tempat menyimpan barang-barangnya sementara waktu yang kemudian dikirimkan menuju tempat pemesannya.”Kita bantu Indonesia kuasai e-commerce. Di Indonesia belum pernah ada bandara yang memiliki konsep seperti itu dan membangun daya saing Batam di dunia,” katanya lagi.

Angga mengatakan Batam sebagai kota logistik telah dipikirkan sejak lama oleh salah satu pendiri Batam, BJ Habibie. Makanya bapak yang dikenal sebagai bapak pembangunan Batam itu membangun runaway Hang Nadim sepanjang 4025 meter dan merupakan terpanjang di Asia Tenggara.

“Hari ini Hang Nadim bisa layani 6,3 juta. Padahal daya tampung 5 juta. Tapi dengan pengembangan bandara selanjutnya, maka runaway panjang tersebut sebenarnya sudah dipersiapkan untuk melayani 30 juta penumpang,” paparnya.

Pengembangan Hang Nadim juga akan disinkronkan dengan pembangunan di daerah perdagangan bebas lainnya seperti Bintan dan Karimun. Shipyard direncanakan akan dibangun di Karimun sedangkan di Bintan sudah berjalan dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)-nya.

“Maka disini Batam yang sudah lebih maju maka diharapkan punya peran dalam memfasilitasi mereka menuju ke pasar market global,” jelasnya.

Pengembangan bandara juga akan dilakukan dengan pembangunan hunian vertikal untuk para pekerja di kota logistik Hang Nadim. BP juga akan mengikutsertakan peran warga sekitar untuk dididik agar menjadi tenaga kerja lokal di kota logistik Hang Nadim.

Mengenai rencana pelelangan, BP sudah memulai market sounding sejak Februari silam, lalu akan melakukan proses lelang pada Bulan November. Pemenang tender akan diumumkan pada Bulan Februari tahun depan.

Sedangkan mengenai konsep kerjasama, BP Batam akan menganut konsep Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU). KPBU memiliki banyak keunggulan.

Keuntungan pertama adalah pemerintah dalam hal ini BP Batam tetap memegang kendali proyek. Kedua percepatan pembangunan infrastruktur tanpa membebani APBN maupun APBD.

Ketiga pemanfaatan keahlian teknis dan komersial dari badan usaha. Keempat pembagian risiko dilakukan dengan badan usaha dan terakhir adalah value for money (VFM) yang lebih baik melalui proses pengadaan yang transparan dan kompetitif. Untuk calon investor yang berminat, saat ini sudah ada 17 investor yang berminat ikut tender pengembangan Bandara Hang Nadim sebagai pusat kota logistik.

Sedangkan Kepala BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan selain mengembangan Hang Nadim, maka Pelabuhan Batuampar juga akan dikembangkan bersama dengan Pelindo. Tapi prosesnya harus mengikuti prosedur yang berlaku terkait kerjasama pemanfaatan aset negara.

“Jika BP Batam ingin bekerjasama dengan Pelindo, maka perlu ada penugasan khusus dari pemerintah pusat bahwa BP Batam bersama Pelindo akan melakukan kerjasama untuk peningkatan kapasitas pelabuhan Batuampar,” jelasnya.

BP Batam mengaku ingin cepat melaksanakan pengembangan Batuampar karena dapat memberikan manfaat untuk pengurangan biaya logistik sehingga memberikan manfaat bagi ekonomi Batam.”Kalau bisa bekerjasama dengan Pelindo, kami pilih kerjasama. Proses ini harus dilihat agar Batuampar segera dikembangkan,” ungkapnya.

Pengembangan Batuampar akan terdiri dari dua tahap pembangunan. Target peningkatan kapasitas akan mencapai 2 juta TEUs. Dan nilai proyek yang ditawarkan mencapai Rp 2,16 triliun.”Skema pendanaan akan dilakukan BP Batam dengan konsorsium PT Pelindo I. Target konstruksi akan dimulai pada tahun 2019,” katanya.

Sedangkan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Kepri Syamsul Bahrum mengatakan Pemprov Kepri sangat mendukung BP Batam dalam mengembangkan Hang Nadim sebagai kota logistik.

“Pak Gubernur sangat mendukung. Kalau bisa kami ingin bantu lewat APBD,” katanya.

Bantuan tersebut kata Syamsul akan diberikan lewat pembangunan jalan yang pemeliharaaannya melalui Pemprov Kepri. “Jika masih kurang sempurna, maka kami akan perkuat struktur kelautan dan bandara. Harus saling perkuat,” katanya lagi. (leo)

Update