Jumat, 29 Maret 2024

Menang, Mahathir Mohamad Jadi Pemimpin Negara Tertua di Dunia

Berita Terkait

batampos.co.id – Mahathir Mohamad terpilih menjadi pemimipin tertua di dunia berusia hampir seabad.

Mantan Perdana Menteri, Mahathir beralih jadi oposisi setelah pensiun. Pria 92 tahun itu kemudian menantang mantan anak didik sekaligus rivalnya, Najib Razak yang terkena tuduhan kasus korupsi.

Kemenangan bersejarahnya tersebut berhasil menggulingkan koalisi Barisan Nasional (BN) yang telah berkuasa sejak kemerdekaan Malaysia pada 1957 silam. Mahatir mengatakan, koalisinya akan memulihkan supremasi hukum.

Najib belum mengomentari kekalahan dramatisnya dari Mahathir tersebut. Hasil perhitungan resmi menunjukkan, oposisi Pakatan Harapan telah mengantongi 113 dari 222 suara yang diperebutkan termasuk beberapa yang belum pernah diambil oleh pihak oposisi. BN hanya berhasil merebut 79 kursi.

Mahathir mengatakan, koalisinya telah mengamankan bukan hanya beberapa suara, mereka tidak hanya mendapatkan beberapa kursi namun mayoritas yang sangat substansial, saat mengumumkan kemenangannya di Kuala Lumpur, seperti dilansir BBC, Kamis (10/5). Ia juga berharap upacara pelantikannya yang akan diadakan pada Kamis, (10/5), sekaligus mengumumkan libur selama dua hari untuk menghibur para pendukungnya.

“Namun, tidak akan ada liburan bagi para pemenang,” katanya.

Para pendukung oposisi yang kebanyakan dari mereka pernah hidup di bawah satu pemerintahan akan dikumpulkan ke jalan dalam malam perayaan. Mereka begitu bergembira.

Seorang Dokter berusia 48 tahun, Suva Selvan mengatakan, ia merasa akan melihat sesuatu yang lebih baik di masa depan.

“Harapan kami untuk masa depan adalah pemerintahan yang lebih baik, adil, bebas dan bersatu,” katanya.

Malaysia berhasil menjadi Macan Asia di bawah kepemimpinan Mahathir. Malaysia mengalami perkembangan ekonomi yang pesat pada 1990-an. Namun, ia adalah salah satu sosok otoriter yang menggunakan undang-undang keamanan kontroversial untuk mengunci lawan politiknya.

Mahathir Mohamad merupakan perdana menteri terlama di Malaysia. Pria yang berusia 92 tahun tersebut pernah menjadi perdana menteri selama 22 tahun atau terlama di Malaysia, yaitu mulai tahun 1981 hingga 2003.

Seperti dilansir Time, Selasa (8/5), kini dalam pemilu ke-14, Mahathir kembali datang untuk menggulingkan mantan anak didiknya, Najib Razak yang berkuasa sejak 2009 tersebut.

Mahathir mendefinisikan transisi negaranya dari negara pascakolonial yang hampir mati menjadi salah satu negara dengan ekonomi yang pertumbuhan tercepat di Asia.

Selama 22 tahun berkuasa, ia mendorong Malaysia menjadi eksportir yang makmur, baik dari segi komoditas maupun semikonduktor. The Petronas Towers yang berkilau, bangunan tertinggi di dunia ketika dibuka pada tahun 1996, adalah simbol masa depan negara tersebut.

Mahathir membayangkan bahwa Malaysia akan menjadi negara yang sepenuhnya maju pada 2020.

Mahathir, yang mengundurkan diri pada tahun 2003, menyalahkan korupsi sebagai penyebab meningkatnya biaya hidup.

Usai seruannya kepada Najib untuk mengundurkan diri diabaikan, Mahathir melangkah mundur untuk memimpin aliansi oposisi. “Sangat sulit untuk menggulingkan perdana menteri,” kata Mahathir pada unjuk rasa baru-baru ini di negara bagian di Kedah beberapa hari sebelum jajak pendapat.

Mahathir menceritakan alasannya kembali maju saat usianya sudah begitu tua. “Saya pikir saya bisa pensiun. Tetapi setelah saya mengundurkan diri, perdana menteri berikutnya (Abdullah bin Haji Ahmad Badawi) keluar jalur,” ujarnya.

Mahathir Mohamad mengatakan, ia mencoba menasihati Najib. Tetapi itu tidak berhasil. Jadi akhirnya ia memutuskan untuk melawannya (Reuters)

Mahathir mengatakan, saat itu dia menentangnya untuk digantikan oleh perdana menteri saat ini (Najib Razak). Ia mengira Najib akan menjadi perdana menteri yang sangat baik sebab ayahnya, Abdul Razak, adalah seorang pemimpin yang baik.

“Orang-orang mencintai ayahnya Najib. Saya pikir dia akan seperti ayahnya, tetapi dia benar-benar berbeda. Dia percaya bahwa dengan uang dia bisa melakukan apa saja,” ujar Mahathir.

Namun karena Najib tidak punya uang, dia memutuskan untuk mencuri uang. Bahkan dalam jumlah besar.

“Orang-orang datang pada saya berkata, tolong lakukan sesuatu. Saya mencoba menasihati Najib. Tetapi itu tidak berhasil. Jadi akhirnya saya memutuskan untuk melawannya,” ujarnya.

Tingkat korupsi sebesar ini oleh perdana menteri ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tetapi di daerah pedesaan, mereka bahkan tidak dapat memahami sejumlah besar uang ini.

Tetapi apa yang mereka pahami adalah bahwa mereka menjalani kehidupan yang lebih buruk karena harga barang naik. Pajak baru telah diperkenalkan. Mereka tidak dapat memperoleh beasiswa untuk anak-anak mereka atau anak-anak mereka yang berpendidikan tidak dapat memperoleh pekerjaan.

“Pemerintah sekarang menghasilkan lebih banyak uang daripada waktu saya. Tiga kali lebih banyak, karena ekonomi berjalan cukup baik. Tapi uang itu dialihkan ke tempat lain dan dicuri oleh perdana menteri.”

Jadi, lanjut Mahathir, ada kekurangan dana. Untuk mengatasi kekurangan dana bagi pemerintah, ia memberlakukan pajak baru. (ina/iml/trz/JPC)

Update