Selasa, 16 April 2024

Sampah Laut Jadi PR Wali Kota Terpilih

Berita Terkait

Sampah laut yang menumpuk di salah satu sudut Pasar KUD Tanjungpinang, Minggu (4/3) lalu. Tidak hanya mencemari laut, sampah tersebut juga berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar. Pemko Tanjungpinang selama ini tak berhasil membereskan masalah ini. F. Yusnadi/batampos.co.id 

batampos.co.id – Sampah laut masih menjadi perhatian masyarakat Kota Tanjungpinang. Di kawasan pelantar, persoalan ini tak pernah berhasil diselesaikan Pemko Tanjungpinang. Bahkan, masih jauh dari kebersihan yang dicita-citakan.
Nurfatilla, warga Penyengat, mengatakan bahwa sampah di perairan tempatnya tinggal juga masih menumpuk. Seringkali ketika air pasang datang membawa sampah ke daratan.

“Biasanya sampah plastik yang sering kelihatan di bibir pantai. Siapa pun wali kotanya nanti, saya harapkan bisa menyelesaikan masalah ini,” harap Nurfatilla, kemarin.
Indah Yulianti, warga sekitar pelantar berharap wali kota terpilih nanti punya atensi dan keseriusan mengatasi permasalahan sampah laut yang masih menumpuk.
“Tidak enak saja dilihat, belum lagi bisa jadi bibit penyakit dengan sampah yang dibiarkan di sana,” kata Indah.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebersihan Amrialis menjelaskan, saat ini baru ada empat pompong yang beroperasi untuk membersihkan sampah laut. ”Dan jumlah sampah yang harus diangkut itu masih banyak. Jadi, mau ditambah empat lagi,” katanya.

Amrialis menyatakan, ada rencana penambahan armada. Jika penambahan armada pompong petugas kebersihan ini sudah terwujud, Amrialis yakin penanganan sampah laut akan jadi semakin lebih optimal. Terlebih cakupan wilayah yang harus ditangani boleh dikatakan hampir tersebar merata. Mulai dari kawasan Pelantar 3, Pelantar 1, Kampung Bugis, Penyengat, Tepi Laut, dan termasuk juga Tanjung Unggat.

”Dengan begitu pengangkutan sampah dari laut ke darat bisa semakin maksimal. Kami ini banyak armada di darat, kalau di laut yang masih kurang,” ujar Amrialis.

Untuk saat ini, sambung Amrialis, yang bisa dilakukan adalah membagi tugas empat pompong yang tersedia di sejumlah wilayah tersebut. Ada yang beroperasi pagi, siang, dan sore. Sistem yang diterapkannya pun masih manual. Amrialis menjelaskan, idealnya pengangkutan sampah di laut menggunakan jaring agar lebih efektif.
”Tapi kami belum ada pengadaan jaring untuk sampah laut itu. Jadi, masih manual saat air surut. Semoga tahun ini bisa terbeli jaring,” jelas Amrialis. (aya)

Update