Kamis, 25 April 2024

Menristekdikti: Mahasiswa Eksakta Rentan Terpapar Radikalisme

Berita Terkait

Menristekdikti

batampos.co.id – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut jurusan kedokteran dan eksakta di tujuh PTN telah terpapar radikalisme. Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan, mahasiswa eksakta rentan terpapar radikalisme karena memandang agama dengan black and white. Hitam atau putih.

Nasir menjelaskan orang-orang eksakta itu salah satu kecenderungannya adalah berpikirnya sistematik.

’’Black and white. Maka jadinya seperti itu (terpapar radikalisme, red),’’ katanya kemarin di Jakarta (31/5). Nasir mengatakan jika mempelajari agama secara black and white atau hitam-putih maka gampang masuk dalam radikalisme atau intoleransi.

Untuk itu Nasir mengatakan mata kuliah kewarganegaraan atau pendidikan pancasila bagi mahasiswa eksakta maupun sosial sangat penting. Nah untuk mengatasi cara berpikir orang-orang eksakta yang cenderung pragmatis dan hitam-putih itu, Nasir mengatakan akan melakukan peleburan.

Teknisnya nanti ketika menjalani mata kuliah umum, seperti kewarganegaraan atau pancasila serta agama, mahasiswa eksakta maupun sosial akan dilebur menjadi satu. Sehingga dengan dibiasakan membaur seperti itu, orang-orang eksakta tidak lagi memiliki cara pandang hitam-putih, apalagi untuk urusan agama.

Nasir menjelaskan upaya menangkal radikalisme dan intoleransi di kampus sudah dilakukan sejak November 2017 lalu. Namun dia mengakui bahwa upaya tersebut belum maksimal. Sehingga masih ada laporan bahwa ada dosen maupun mahasiswa yang terpapar radikalisme.

Mantan rektor terpilih Univeristas Dipenegoro (Undip) itu juga mengomentari adanya mahasiswa Universitas Pendidikan Islam (UPI) Bandung yang terpapar radikalisme. Bahkan diberitakan akan menyerang aparat keamanan. Nasir menuturkan sudah berkomunikasi dengan jajaran UPI Bandung.

Nasir mendapatkan informasi bahwa kegiatan yang mengarah pada penanaman paham intoleransi dan radikalisme tidak sekedar dilakukan pada kegiatan-kegiatan di dalam kampus. Tetapi juga dilakukan melalui pesan-pesan yang disebar secara online melalui media sosial.

’’Saya sudah berkoordinasi dengan Menkominfo. Untuk menutup beberapa akun,’’ jelasnya.

Kepala Kantor Humas UPI Yuliawan Kasmahidayat mengomentari terkait penangkapan pengurus unit kegiatan dakwah mahasiswa (UKDM) UPI yang berinisial SNA (Siska Nur Azizah). Yuliawan menduga paham radikalisme yang dianut oleh SNA itu sudahd ilakukan sejak dia duduk di bangku SMA. DIa mengatakan SNA itu adalah mahasiswa semester VI dengan catatan nilai IPK 3,65 poin. Saat ini SNA masih berstatus mahasiswa UPI, hingga menunggu hasil penanganan hukum oleh kepolisian.

Yuliawan mengatakan penyebaran paham radikalsime malalui jaringan online sangat memungkikan utnuk dilakukan. Apalagi mahasiswa memiliki akses yang luas kepada jaringan media online tersebut. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan UPI adalah, menjaring dan mengajak mahasiswa dalam kegiatan peliputan serta penulisan berbagai fenomena yang terjadi di kalangan civitas UPI. (wan)

Update