Jumat, 19 April 2024

Bangun IPAL Kedua di Tanjunguma

Berita Terkait

Kepala Bidang Pengelolaan Limbah BP Batam Iyus Rusmana,Deputi IV BP Batam Budi Eko Soepriyanto (tengah) memberikan keterangan tentang pengelolaan air limbah saat konprensi pers dikantor BP Batam, Senin (28/5). F Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos.co.id – Setelah selesai membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Batamcentre di Bengkong Sadai, Badan Pengusahaan (BP) Batam berencana membangun IPAL kedua di Tanjunguma.

“Selain di Batamcentre. Kami sedang merencanakan pembangunan IPAL kedua di Tanjunguma. Lalu di Sekupang, Tembesi, Telagapunggur dan Kabil,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Limbah BP Batam Iyus Rusmana, Senin (4/6).

Saat ini, BP Batam baru memiliki satu IPAL di Batamcentre tepatnya di seberang Pom Bensin Ocarina. Kapasitasnya masih kecil hanya 33 liter/detik. “Itu sebabnya untuk menjaga lingkungan dari pencemaran limbah domestik perlu dibangun sejumlah IPAL lainnya untuk melayani perumahan-perumahan yang ada di Batam,” katanya lagi.

Iyus mengungkapkan rencana pembangunan IPAL Tanjungumana akan dimulai pada tahun 2020. Saat ini ada sejumlah investor asing yang tertarik untuk menanamkan modalnya untuk membangun IPAL tersebut.”Investor tersebut ada yang datang Jepang, Korea dan juga China,” ujarnya.

Menurut kajian yang telah dilakukan oleh BP Batam, kapasitas IPAL Tanjunguma akan mencapai 33 ribu meter kubik/hari. Jauh lebih besar dibandingkan dengan IPAL Batamcentre di Bengkong Sadai yang kapasitasnya mencapai 20 ribu meter kubik/hari.

BP saat ini tengah berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) terkait rencana pembangunan IPAL di Tanjunguma.

“Jika mereka menyetujui, BP akan segera memulai tahapan untuk mencari investor yang mau mendanai pembangunan IPAL tersebut,” paparnya.

Sementara untuk progres pembangunan IPAL Bengkong Sadai sudah mencapai 14 persen. Selain pemasangan pipa, Badan Pengusahaan (BP) Batam saat ini juga mulai membangun kontruksi stasiun pompa 1 IPAL Batam Centre. Sedangkan ntuk pembangunan konstrusi instalasi akan dimulai sekitar Juli 2018 mendatang, karena ada perubahan teknologi.

Sebelumnya dalam detail engineering design (DED) akan menggunakan Conventional Activated Sludge (CAS). Namun karena ada perkembangan teknologi sehingga perlu ada nya perubahan, dan hasil kajian yang dilakukannya teknologi yang akan digunakan adalah Food Chain Reactor (FCR). Teknologi tersebut dinilai lebih baik, tidak hanya dalam pengelolaanya tapi juga dalam hal efesiensi lahannya.

“Perubahan teknologi ini juga sudah disetujui oleh Economic Development Coorperation Fund (EDCF) Korea Selatan selaku pemberi pinjaman lunak (soft loan). Karena memang tidak ada penambahan anggaran,” pungkasnya.(leo)

Update