Selasa, 19 Maret 2024

Harga Telur Bikin Disperindag Kerepotan

Berita Terkait

batampos.co.id – Harga telur di pasar Batam tembus Rp 48 ribu per papan, Selasa (17/7). Padahal dua hari yang lalu, telur masih dijual Rp 46 ribu. Sebagian penjual sembako di pasar SP Plaza, Sagulung tak lagi menjual komoditas tersebut lantaran barangnya tidak ada.

“Harganya tinggi karena barangnya tidak ada,” ujar Lisman, pedagang di SP Plaza.

Demikian juga untuk telur lokal yang mengikuti harga pasaran stoknya pun minim. Belakangan ini pedagang mengaku kesulitan untuk mendapatkan stok telur ayam lokal. Kalau pun ada, harganya jauh lebih mahal dari harga telur asal luar kota. Sehingga pedagang lebih memilih untuk menunggu sampai stok telur kembali ada.

“Harganya sudah Rp 53 ribu per papan. Mahal,” katanya.

Kenaikan juga terjadi di Pasar Fanindo Batuaji. Bahkan harga telur di pasar tersebut lebih mahal Rp 1.000. “Di sini (pasar Fanindo) harga telur Rp 49 ribu per papan,” kata Suryono, pedagang sembako.

Penyebab kenaikan masih sama yakni barang minim, sementara permintaan masyarakat cukup tinggi. “Pasokan dari Medan belum datang. Kami nunggu juga ini,” jelasnya.

Sementara untuk harga eceran, pedagang menjualnya Rp 2.000 per butir. Kenaikan harga perbutirnya cukup memberatkan warga. Apalagi yang terbiasa membeli perbutir saja.

“Saya kaget. Harganya sudah dua ribu saja. Padahal biasa kemarin masih Rp 1.200,” ucap Ulanda, warga Batuaji.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam Zarefriadi mengaku, kenaikan harga telur sekarang merupakan yang tertinggi selama ia mejabat. Bahkan, kenaikan tersebut sudah melebihi kenaikan saat hari-hari besar seperti lebaran dan bulan Ramadan.

“Yang saya tahu, iya (tertinggi). Lebaran saja yang mencapai Rp 34 ribu hingga Rp 36 ribu per papan, cukup membuat kami kerepotan,” kata Zaref di Gedung Kantor Bersama Pemko Batam, Selasa (17/7) pagi.

Menurutnya, harga telur kini pada kisaran Rp 45 ribu hingga Rp 47 ribu per papan dengan asumsi per butir seharga 1.500 (di lapangan mencapai Rp 50 ribu per papan). Harga tersebut , menurut mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja ini jauh dari harga normal hanya sekitar Rp 32 per papan.

Informasi yang ia dapatkan, Kementrian Perdagangan (Kemendag) RI akan mengeluarkan kebijakan untuk mengucurkan stok nasional untuk mengintervensi harga telur di pasaran, jika dalam tiga hari ke depan harga telur tidak turun.

“Untuk Batam berapa, saya belum dapat angkanya,” imbuhnya.

Sejak awal, ia mengatakan meminta peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Batam untuk ikut serta dalam upaya menstabilkan harga.

“Ini (peran BUMD) kami harapkan. Sekarang BP Batam juga mau buat gudang, mudah-mudahan jadi,” harapnya.

Ia menilai pemberitaan cukup berperan terkait perubahan harga komoditi di pasaran, baik menurunkan hingga dimanfaatkan oleh oknum tertentu memainkan harga.

“Jadi berita di Nasional muncul, di daerah sudah langsung berubah,” kata dia.

Kepada distributor, Zaref mengaku kini kurang berkoordinasi dengan Disperindag. Alhasil, setiap kenaikan justru pemerintah mendapat informasi dari pasar maupun media.

“Kami ingin mereka juga cepat, sehingga kami bisa rapatkan antar stakeholder terkait. Ini kami lihat agak lambat,” sesalnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Batam Mardanis menjamin stok komoditi pangan di Batam. Hal ini justru kontras dengan harga komoditi yang mahal.

Khusus telur, berdasarkan informasi dari distributor, komoditi ini sudah mahal dari daerah penghasil. Alhasil sesampainya di Batam komoditi tertentu akan semakin mahal.

“Seperti telur. Di Medan harganya ada yang Rp 40 ribu hingga Rp 43 ribu per papan. Makanya dijual di Batam ada yang jual Rp 43 ribu per papan hingga Rp 47 ribu per papan,” terangnya.

DKPP Batam sedang mempersiapkan Koperasi Petani. Dalam prakteknya kelak, koperasi ini direncanakan melakukan kegiatan penjualan komoditi di setiap kecamatan dengan menggandeng TPID Batam. Koperasi akan mengumpulkan hasil panen petani ditambah dengan barang dari luar daerah, DKPP akan membantu angkutan guna memotong mata rantai distribusi.

“Mata rantai terpotong, harganya pasti akan murah. Dan warga akan mendapat kepastian harga dan ketersediaan harga. Nanti tak lagi tunggu hari-hari besar baru ada pasar murah,” pungkasnya. (iza/une)

Update