Jumat, 19 April 2024

Di Taiwan atau China Narkoba Dijual Rp 40 ribu per gram, di Indonesia Rp 1,5 juta

Berita Terkait

batampos.co.id – Akhir-akhir ini di Batam, marak penyelundupan sabu melalui Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Dari data dimiliki BP Batam, awal tahun hingga kini tercatat sebanyak 22 penangkapan kurir sabu di Hang Nadim. Barang bukti yang diamankan sebanyak 23,6 kilogram sabu. Sedangkan sepanjang 2017, tercatat hanya sebanyak 17 kali percobaan penyelundupan sabu. Barang bukti diamankan hanya 16 kilogram.

Jumlah ini meningkat drastis. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Heru Winarko menerangkan penyebabnya, karena pengiriman melalui bandara lebih murah dan cepat.

“Dibandingkan pengiriman melalui darat atau laut,” katanya, saat kegiatan penandatangan nota kesepahaman dengan BP Batam, Jumat (27/7).

Ia mencontohkan pengiriman darat dari Aceh hingga Lampung, menghabiskan biaya sekitar Rp 40 juta. Biaya ini belum termasuk upah dari kurir yang membawa sabu. Namun melalui bandara, tidak akan memakan biaya hingga sebanyak itu.

Oleh sebab itu, kata Heru pengamanan di bandara harus lebih diketatkan. Agar dapat mengantisipasi kurir-kurir narkoba yang mencoba menyelundupkan barang haram tersebut.

Sandal dimana diletakkan sabu

“Narkoba-narkoba ini kebanyakan di pesan dari Lapas. Dan mayoritas bandarnya di lapas semua,” ungkapnya

Heru menuturkan sudah mengetahui Napi di Lapas menjadi pengendali alur pendistribusian narkoba.

“Oleh sebab itu kami sudah membuat kesepakatan dengan Dirjen Lapas, agar dapat melakukan penyelidikan secara senyap saja. Tanpa ada keributan,” ucapnya.

Heru juga menyinggung soal ponsel yang digunakan napi lapas untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Ia mengatakan sudah membicarakan ini dengan pihak terkait.

“Pelan-pelan akan dibenahi semuanya. Sekarang tidak hanya menggunakan ponsel, tapi juga internet,” ujarnya.

Ia mengatakan bisnis narkoba sangat menjanjikan. Keuntungan yang didapat para bandar cukup besar.

“Bayangkan saja di Taiwan atau China sana, narkoba itu dijual Rp 40 ribu per gram, sampai di Indonesia Rp 1,5 juta jadinya,” katanya.

Batam, kata Heru selama ini hanya menjadi tempat transit bagi bandar narkoba. Sehingga perlu ditingkatkan langkah pencegahan masuknya dan beredarnya narkoba.

“Oleh sebab itu, kami ingin menjalin kerjasama dengan BP Batam,” tuturnya.

Kepala BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo menyambut baik langkah diambil Kepala BNN Heru Winarko. Ia mengatakan Batam memiliki banyak pintu masuk, resmi maupun tak resmi.

“Kami mengelola 1 bandara internasional dan 6 pelabuhan. Itu pintu masuk resmi, belum lagi yang tidak,” tuturnya.

Ia mengatakan keberadaan BP Batam tidak sekedar memacu pembangunan ekonomi saja. Tapi juga berperen serta membangun ketertiban keamanan di Batam.

“Ekonomi saja tidak cukup, tapi juga mengatasi permasalahan sosial. Karena permasalahan sosial dapat menganggu pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

Fasilitas untuk pengecekan barang dan orang, kata Lukita di Bandara Internasional Hang Nadim masih memerlukan X Ray Dobel Viewer. Sementara itu di beberapa pelabuhan butuh X Ray yang lebih baik lagi.

“Pembaharuan akan dilakukan, demi deteksi dini. Namun kini, kami masih kekurangan (alat X Ray dan Body Scanner),” tuturnya.

Lukita berharap kerjasama ini dapat meningkatakan pengawasan terhadap peredaran narkoba.

“Saya berharap penandatangan ini dapat dilaksanakan oleh seluruh pegawai BP Batam, mendukung langkah pencegahan dan peredaran narkoba,” pungkasnya. (ska)

Update