Jumat, 29 Maret 2024

Melihat Sekolah Elite Pencetak Prajurit Andal di Korea Utara

Berita Terkait

Perang Korea berakhir lewat gencatan senjata pada 1953. Secara formal, Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) masih berperang. Karena itu, sampai sekarang pun Korut masih punya sekolah elite yang khusus mencetak prajurit andal.

Bocah lelaki yang memakai seragam Mangyongdae Revolutionary School itu terlihat begitu tegang. Dia duduk menghadap layar dengan konsentrasi penuh. Tangannya mencengkeram setir di depannya. Kakinya menginjak pedal dengan hati-hati. Di belakangnya, seorang guru berseragam militer mengawasi.

Siswa itu tentu saja tak sedang bermain online game. Dia tengah belajar mengemudikan kendaraan militer lewat simulator.

Mangyongdae Revolutionary School yang terletak di Distrik Mangyongdae itu memang bukan sekolah biasa. Di sana Korut mencetak prajurit-prajurit militer. Karena tak mau melahirkan prajurit ala kadarnya, sekolah tersebut menerapkan standar tinggi. Sejak awal, para siswa dididik secara militer. Superdisiplin.

Padahal, awalnya, sekolah itu hanyalah penampungan anak-anak korban perang. Tepatnya, mereka yang kehilangan orang tua akibat pertempuran. Sekolah itu berkiblat pada Sekolah Militer Suvorov yang didirikan pemerintah Uni Soviet untuk anak-anak veteran perang. Namun, fungsi sekolah tersebut lantas berubah menjadi pabrik prajurit Korut.

Sebagai produsen tentara-tentara unggulan, fasilitas di sekolah itu lengkap. Ada berbagai simulator berbau militer untuk penunjang pembelajaran. Misalnya, simulator jet tempur, tank, dan pelontar granat.

Kesan sekolah militer langsung terasa saat melihat postur siswa-siswa Mangyongdae. Kepala mereka plontos ala tentara. Seragam sekolah mereka juga mirip dengan baju doreng tentara Korut. Konon, seragam di sekolah putra maupun putri didesain khusus oleh Kang Pan-sok, istri Kim Il-sung alias ibunda Kim Jong-il.

Sekolah itu sangat kental dengan nuansa perang karena banyaknya senjata yang ada di sana. Di salah satu ruang kelas tersimpan berbagai senjata. Dinding di lorong-lorong sekolah juga berhias poster senjata. Lengkap dengan keterangan terperinci.

Di sekolah itu, menembak menjadi materi wajib. Semua siswa, tanpa kecuali, harus belajar menembak. Mereka tidak boleh berhenti berlatih jika belum mahir betul. Selain itu, mereka dilatih menggunakan senjata tajam untuk menyerang lawan. Salah satunya adalah pisau. Tapi, para siswa juga harus bisa bertempur dengan tangan kosong. Maka, sekolah memberikan pelajaran bela diri. Khususnya taekwondo.

Channel News Asia memaparkan para siswa mendapat enam mata pelajaran tiap hari. Setiap pelajaran berdurasi 45 menit. Separo kurikulum sekolah didedikasikan untuk pendidikan politik dan ideologi bangsa. Sekitar seperempatnya adalah pelajaran militer. Nah, sisanya baru pelajaran umum lainnya.

Proses belajar menjagar di sekolah yang didirikan Kim Il-sung itu memang ketat. Sebab, seleksi masuknya juga tidak mudah. Hanya mereka yang keturunan patriot loyal yang bisa bersekolah di sana. Tapi, itu dulu. Kini syaratnya sedikit berubah. Yakni, para siswa harus memiliki kakek atau ayah yang terbukti sebagai pelayan negara yang setia.

korutKim Jong Un bersama istri ditengah anak didik sekolah elit pencetak militer andal.

”Kami mendidik putra dan putri patriot yang berjuang untuk partai, pemerintah, negara, tanah air, dan rakyat di sekolah ini,” ujar Wakil Direktur Departemen Pendidikan Mangyongdae Revolutionary School Kolonel Senior Kim Yong-ho. Setelah lulus dari sekolah tersebut, para alumnus wajib menjadi prajurit Korut. Saat ini, menurut dia, ada sekitar seribu siswa yang menuntut ilmu di sana.

Selain Mangyongdae Revolutionary School yang khusus untuk anak laki-laki, Korut punya sekolah elite lain untuk anak perempuan. Sekolah bernama Kang Pan-sok Revolutionary School itu terletak di Chilgol, pinggiran Pyongyang. Nama sekolah itu sengaja diambil dari nama mendiang istri Kim Il-sung. Sekolah tersebut juga didirikan di kampung halaman Kang.

Mangyongdae Revolutionary School maupun Kang Pan-sok Revolutionary School adalah sekolah milik keluarga Kim Il-sung, sang bapak bangsa. Di era Kim Jong-il, sekolah itu menjadikan putra Kim Il-sung tersebut sebagai panutan. Kini, di era Kim Jong-un, cucu Kim Il-sung itulah patronnya.

”Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un adalah orang tua seluruh siswa,” tegas Letnan Choe Su-gyong, seorang staf Mangyongdae Revolutionary School. Sejauh ini, Jong-un baru enam kali berkunjung ke sekolah tersebut. Sedangkan sang ayah dan sang kakek masing-masing 94 dan 118 kali di masa hidup mereka.

Kendati hubungan dua Korea membaik dan sedang bersama-sama merancang kesepakatan damai, para petinggi Korut bersikeras mempertahankan sekolah elite tersebut. ”Kami harus mendidik para siswa sebagai ujung tombak militer Korut,” tegas Kim Yong-ho. (sha/c10/hep)

Update