Jumat, 29 Maret 2024

112 Ribu KK di Batam Tak Memiliki Rumah

Berita Terkait

Pekerja menggesa pembangunan perumahan di Tanjunguncang, Batuaji. F. Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Dinas Perumahan Rakyat, Pemukiman dan Pertamanan (Disperkimtan) Kota Batam mencatat ada 112.662 Kepala Keluarga (KK) dari total 310 ribu KK warga Batam tidak memiliki rumah sendiri.

“Baru sekitar 197 ribu-an yang punya rumah sendiri,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disperkimtan Batam, Eryudhi Apriadi, Minggu (29/7) sore.

Ia mengungkapkan, data KK yang belum memiliki rumah ini termasuk KK yang tinggal di perumahan liar (ruli). Menurutnya, berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyediakan tempat tinggal layak bagi, baik tempat tinggal bukan hak milik seperti sistem sewa dalam Rumah Susun Sewa (Rusunawa) maupun program Bantuan Stimulan Rumah Swadaya.

“Tahun 2019, ada bangun tiga twin block rusun, dua di Mukakuning 2 belakang Batamindo dan satu twin block di Putra Jaya. Kalau yang rumah swadaya, syaratnya harus punya lahan dengan legalitas yang sah,” ucap dia.

Soal ketersedian rusun di Batam, tidak sebanding dengan ruli yang jumlahnya bejibun di Batam. Jika rusun untuk keluarga yang dikelola Pemko 30 twin block dengan 2.778 Satuan unit rusun (Sarusun), sudah terisi 2.157 sarusun, kosong sebanyak 322 dan sedang dalam perbaikan sebanyak 299

“Kalau melihat data ini, kita butuh sekitar 1.113 twin block rusun lagi, satu twin block sekitar 90 unit rumah. Kalaupun ada, itu baru berapa tahun terpenuhi. Maka dari itu perlu tanggungjawab semua pihak dalam penyediaan perumahan rakyat ini,” harap dia.

Sementara itu, Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Khusus Batam Achyar Arfan dihubungi Senin (30/7) membenarkan masih banyak warga Batam yang belum memiliki rumah sendiri. Ia menyampaikan, REI sendiri turut andil menyediakan rumah murah bagi masyarakat. Tahun ini pihaknya membangun sekitar 1.000 rumah murah. Jumlah ini naik 200 unit dibanding tahun 2017 lalu yang hanya 800 unit. Rumah murah tahun ini dibangun di beberapa wilayah Batam, seperti Marina Sekupang, Tanjunguncang hingga Seibeduk.

“Jumlah itu akan terbangun semua, kami sedang bangun,” kata Achyar.

Sejatinya, pihaknya ingin membangun lebih banyak. Bahkan mereka diminta oleh pemerintah pusat membangun sekitar 2.500 unit per tahun. Tetapi program yang sudah lama diadakan ini terkendala persoalan lahan. “Setiap tahun tak sampai (2.500 unit), justru menurun dari 1.500 unit, pernah ada 1.000 unit dan juga hanya 800 unit,” terangnya.

Apalagi, kata dia, BP Batam tidak lagi mengalokasikan lahan untuk rumah subsidi. Hal ini yang REI minta ke BP Batam agar dalam lima tahun ada peralihan alokasi tanah, ia mengatakan, untuk membangun 2.500 unit diperlukan sekitar 40 hektare, jika lima tahun diperlukan sekitar 200 hektar.

“Sementara lahan yang mau dicabut sebanyak 7.500 hektare, kalau melihat ini tidak ada apa-apanya (dibanding kebutuhan pembangunan rumah murah),” kata dia.

Ia menyampaikan, rumah murah tersedia dengan harga maksimum Rp 136 juta, kisaran harga tergantung tipe dan luasan tanah. Tipe antara 28 hingga 36 sementara luas tanah dari 60 sampai 72 meter persegi.

“(Syarat) pembeli (rumah murah) penghasilan di antaranya maksimum Rp 4 juta per bulan dan belum pernah punya rumah,” katanya. (iza)

Update