Kamis, 18 April 2024

Cadangan Devisa Menipis, Pemerintah Tunda Sejumlah Proyek Infrastruktur

Berita Terkait

batampos.co.id – Upaya pemerintah menahan nilai tukar rupiah agar tidak semakin tertekan dolar Amerika Serikat (AS) berimbas pada menipisnya cadangan devisa (cadev) dalam negeri. Sepanjang tahun ini, cadev Indonesia telah terkuras hingga 10,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 150,5 triliun.

Penggunaan cadev ini merupakan langkah intervensi Bank Indonesia (BI) agar kurs rupiah terhadap dolar AS semakin terperosok. Sebab jika tidak ada intervensi ini, bukan tidak mungkin nilai tukar rupah akan tembus Rp 15 ribu per dolar AS.

Apabila ditelusuri secara historis, cadangan devisa bulan lalu merupakan yang terendah sejak Januari 2017. Memasuki Januari 2018, cadangan devisa RI sebenarnya mampu meningkat hingga 131,98 miliar dolar AS, namun kemudian secara konsisten menurun.

Situasi ini ditanggapi langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam rapat terbatas (ratas) bersama para menteri dan sejumlah pejabat negara lainnya pada Selasa (31/7) lalu, Presiden meminta para pembantunya serius menghadapi kondisi menipisnya cadangan devisa tersebut.

Di antara langkah yang harus diambil pemerintah saat ini, kata Jokowi, adalah meninjau ulang sejumlah proyek infrastruktur, khususnya yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap bahan baku impor. Presiden Jokowi meminta bawahannya mengevaluasi detail proyek yang memakai bahan baku impor ini.

“Harus detail, mana barang yang bersifat strategis dan mana yang perlu kita stop dulu, kurangi, atau turunkan,” kata Jokowi.

Jokowi mematok target penghematan yang cukup tinggi dari upaya tersebut. Menurut dia, jika evaluasi proyek “padat impor” sukses, devisa yang dapat dihemat mencapai 21 juta dolar AS setiap hari.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik atau BPS, kenaikan impor terjadi sepanjang semester pertama tahun ini dan menyebabkan neraca perdagangan defisit. Komponen impor tertinggi adalah bahan baku untuk proyek infrastruktur. Di antaranya impor besi baja, yang meningkat 39 persen, dan impor mesin serta alat listrik yang naik 28 persen pada Mei 2018 lalu.

ilustrasi

Tingginya penggunaan bahan impor dan valuta asing dalam proyek infrastruktur pun berdampak pada kinerja keuangan badan usaha milik negara atau BUMN, khususnya yang menggarap proyek-proyek penugasan besar. Data Kementerian BUMN menyebutkan utang perusahaan negara yang berhubungan dengan jalan tol naik 54,05 persen pada 2014-2017, diikuti dengan pertumbuhan aset dan ekuitas masing-masing 53,29 persen dan 51,17 persen.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan akan menunda sejumlah rencana proyek infrastruktur di lingkungan Kemenhub. Seperti Pelabuhan Patimban dan kereta cepat Jakarta-Surabaya. “Tapi yang sudah jalan tidak mungkin kami hentikan,” ucapnya.

Menurut Budi, proyek kereta cepat memakai komponen impor lebih dari 20 persen. “Kami akan berupaya meningkatkan komponen dalam negeri sehingga impornya berkurang sampai 10 persen,” tuturnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tak berkeberatan jika pelaksanaan sejumlah proyek infrastruktur ditunda hingga beberapa tahun. “Kami ingin meyakinkan bahwa proyek-proyek tersebut tetap penting dan urgen dilakukan, maka bisa ditunda ke tahun yang akan datang,” katanya.

Sri Mulyani melanjutkan, pemerintah juga berkomitmen mengurangi impor bahan bakar minyak dan meningkatkan penggunaan B20 atau bahan bakar campuran biodiesel 20 persen yang diproduksi di dalam negeri.

Sementara Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan penundaan proyek dapat membantu menekan defisit transaksi berjalan, yang tahun ini diperkirakan melebar hingga 25 miliar dolar AS.

“Namun, konsekuensinya, investasi dan pertumbuhan ekonomi melambat dari perkiraan semula,” ujarnya.

Dia berharap pemerintah sangat selektif dalam memiliki proyek yang hendak ditunda. “Misalnya pada proyek yang belum memiliki sumber pendanaan valuta asing untuk impor,” ucapnya.

Terpisah, ekonom senior Rizal Ramli menyinggung menteri-menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan ekonomi Indonesia dalam kondisi sehat. Menurut, pernyataan itu tidak sesuai kondisi yang sebenarnya.

Saat ini, kata dia, terjadi aliran modal ke luar secara besar-besaran. Lalu, cadangan devisa (cadev) tergerus cukup besar untuk menjaga rupiah di bawah Rp 15.000.

Rizal juga mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok. Menurutnya, para fund manager enggan membeli surat utang korporasi Indonesia. Melihat kondisi itu, Rizal Ramli menyatakan, ekonomi Indonesia dalam kondisi sakit.

“Rizal ramli berkali-kali mengatakan dalam bahasa sederhana badan ekonomi Indonesia sedang sakit. Antibody kita lemah,” ujarnya.

Dia juga menuturkan, neraca perdagangan negatif. Tidak hanya itu, transaksi berjalan juga negatif. Transaksi berjalan kuartal 1 negatif 5,5 miliar dolar AS.

“Geburnur BI Perry dia berani berkata jujur untuk tahun 2018 transaksi berjalan kita akan defisit minus 25 miliar dolar As. Kalau gini apa rupiah nggak anjlok?” sambungnya.

Selain itu, dia menuturkan, keseimbangan primer (primary balance) minus 6,2 miliar dolar AS. Primary balance yakni realisasi pendapatan negara dikurangi belanja di luar utang.
“Artinya apa? Kita harus minjam untuk hanya membayar bunga, istilah saya, kita gali lubang untuk tutup jurang,” tutupnya.

Peluang Sektor Wisata

Depresiasi kurs rupiah terhadap dolar AS ternyata juga membawa dampak positif. Salah satunya adalah minat turis asing yang melancong ke Indonesia meningkat. Sebab, biaya rekreasi di Indonesia bisa lebih murah jika mata uang yang lebih kuat seperti dolar AS (USD) ditukar ke rupiah.

Rombongan turis Korea Selatan tiba di Bandara Hang Nadim, Batam

Ekonom Indef Bhima Yudistira menyatakan, hal itu sudah terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS). Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) naik tinggi pada Juni lalu, yakni 15,21 persen secara year-on- year (YoY). Ada 1,32 juta wisman yang masuk ke Indonesia atau lebih banyak daripada Juni 2017 yang mencapai 1,14 juta kunjungan.

Jika dilihat secara month-to-month (MtM), jumlah kunjungan wisman ke Indonesia tumbuh 6,07 persen. Sepanjang semester I 2018, ada 7,53 kunjungan wisman ke Indonesia atau naik 13,08 persen jika dibandingkan dengan semester I tahun lalu.

’’Ada dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap minat turis untuk datang ke Indonesia. Rupiah yang murah membuat turis jadi meningkatkan spending-nya,’’ kata Bhima, Rabu (1/8).

Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada Juni lalu 52,04 persen atau naik 1,02 poin jika dibandingkan dengan TPK Juni 2017. Rata-rata lama menginap tamu asing di Indonesia 1,85 hari, menurun jika dibandingkan dengan posisi Juni 2017. Bhima menyatakan, TPK dan durasi menginap tamu asing di Indonesia berpotensi naik ke depan.

’’Sebab, rupiah yang saat ini sudah Rp 14.400 per USD bisa menarik turis asing untuk lebih lama menginap. Harga hotel jadi lebih murah,’’ tuturnya.

Hal tersebut akan berdampak baik bagi devisa Indonesia yang diterima dari sektor pariwisata. Terlebih, Indonesia akan kedatangan ribuan tamu asing dari event Asian Games pada Agustus–September, dilanjutkan dengan pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF)-World Bank pada Oktober mendatang. Bhima memperkirakan, dari tamu Asian Games saja, akan ada potensi devisa masuk Rp 1,5 triliun. Itu belum termasuk devisa dari event IMF-World Bank.

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, kondisi pariwisata Indonesia saat ini tumbuh membaik. ’’Selain karena Juni itu ada Lebaran, memang wisman tertarik dengan tempat wisata kita. Promosi dari pemerintah juga terus dilakukan untuk menarik wisman,’’ ungkapnya.

Dia berharap sektor pariwisata tumbuh lebih baik dengan kepercayaan wisman yang terus meningkat. Apalagi, sektor UMKM, perhotelan, dan restoran juga semakin tumbuh dan menjawab demand turis asing.

’’Pariwisata bisa menjadi sumber ekonomi baru,’’ ucapnya. (rin/c22/oki/JPG)

Update