Kamis, 25 April 2024

Pasir Darat Batam, Antara Permintaan dan Suplai

Berita Terkait

Mesin menyedot pasir dan mobil mengangkut pasir dari galian pasir ilegal di Tembesi, Sagulung. Foto diambil Jumat (8/7/2018). F dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Aktivitas tambang pasir di lokasi tangkapan air Tembesi seperti biasa terus beroperasi. Teguran demi teguran hingga beberapa kali penertiban tidak membuat pelaku tambang pasir gentar. Pelaku penambang semakin angkuh untuk terus menggerus lahan perbukitan di bibir dam tembesi demi mengumpulkan pasir.

Pantauan di lapangan, Minggu (26/8) lokasi tambang pasir persis disebrang simpang kampung Tua Tanjungundap itu ramai dengan pekerja. Seperti biasa bunyi mesin penyedot pasir menggema di sekitar lokasi tambang. Truk pengangkut pasir juga ramai kelaur masuk lokasi tambang untuk angkut pasir. Tiga lokasi tambang disana tetap aktif seperti biasa.

Lumpur limbah dari kegiatan ilegal itu terus dialirkan begitu saja ke lokasi dam. Pepohonan di pinggir dam nyaris tak ada lagi sebab hampir semuanya telah tertimbun lumpur tadi. Dam yang menjadi cadangan air bagi warga Batam itu terancam kembali dangkal. Begitu juga dengan lingkungan perbukitan di lokasi tambang telah berubah jadi curam dan tandus.

Rencana pengamanan dari instansi pemerintah terkait di lokasi tambang hanya sebatas rencana. Sampai siang kemarin belum ada pengamanan di sana.

Penambang pasir saat dicoba konfirmasi seperti biasa enggan peduli dengan berbagai teguran ataupun himbauan dari berbagai pihak. Itu karena mereka merasa kuat sebab belum ada tindakan tegas selama ini.

Penertiban dari Direktur Pengamanan Badan Pengusahaan (Ditpam BP) Batam dianggap hanya gertakan saja sebab setelah ditertibkan tak ada sanksi yang tegas. Ini membuat pelaku penambang pasir terus merasa aman bahkan dilindungi agar terus melanjutkan aktifitas mereka itu.

“Ya begitu-begitu saja. Habis razia kerja lagi kami. Kalaupun nanti ada masalah boslah yang maju. Kamikam hanya pekerja,” ujar seorang pekerja yang tak mau menyebutkan namanya.

Disinggung kenapa masih nekad menambang meskipun sering disoroti, seperti biasa pria berbadan kekar itu mengaku karena ada permintaan. Pasir dari lokasi tambang itu diburu oleh pemilik toko material di Batam sebab harganya jauh lebih murah ketimbang pasir yang didatangkan dari luar Batam.

“Selisih harga hampir sejutaan makanya laku pasir ini di Batam,” tuturnya.

Pihak kecamatan Sagulung sudah cukup geram dengan aktifitas tambang yang berdampak bagi lingkungan itu. Namun demikian mereka tak mampu berbuat banyak sebab penertiban dan pengawasan bukan wewenang mereka. Pihak kecamatan sudah sering menerima keluhan dan komplain dari masyarakat.

“Paling ya disampaikan ke DLH dan Ditpam. Mereka yang berhak menindak,” ujar Camat Sagulung Reza Khadafi beberapa waktu lalu. (eja)

Update