batampos.co.id – Lokasi tangkapan air di bibir dam Tembesi, Sagulung rawan longsor. Itu karena aktivitas tambang pasir telah menggundulkan perbukitan-perbukitan yang ada di sana.
Selama musim hujan ini, lahan perbukitan yang sudah gundul dan ditinggal oleh pelaku penambang pasir perlahan-lahan mulai terkikis air. Seperti yang perpantau di lokasi bekas tambang pasir belakang perumahan Medio Raya, Tembesi.
Bukit-bukit yang ada di sana terlihat terjal dan tandus. Lembah bukit kian lebar sebab selama musim hujan ini kerap terjadi banjir dan pinggir lembah perlahan-lahan dikikis sehingga semakin hari semakin melebar. Tanah yang terkikir air akhirnya terbawa arus hingga ke lokasi dam yang membuat dam kembali dangkal dan terancam rusak.
“Dulu tak seperti ini. Kalau hujan lebat paling air ngalir saja lewat celah-celah perbukitan ini. Sekarang kalau hujan maka banjir akan mengikis pinggiran lembah sehingga semakin lebar. Lama-lama bisa longsor sampai ke perumahan ini,” kata Sunandar, warga perumahan Medio Raya, Minggu (9/9).
Hal yang sama juga terlihat di lokasi tambang pasir yang masih aktif di perbukitan sebelahnya. Tiga lokasi tambang pasir tersebut menyebabkan lingkungan perbukitan jadi tandus dan gersang. Lahan perbukitan juga terancam lonsor sebab penyedotan pasir menyebabkan banyak perbukitan yang lubang menyerupai ngarai.
Pantauan di lapangan, kondisi yang paling miris adalah lokasi bibir dam yang menjadi hilir dari aliran air yang mengalir dari lokasi tambang pasir tersebut.
Bibir dalam sudah dipenuhi dengan lumpur atau tanah yang yang terkikis dan terbawa banjir ataupun lumpur limbah penyulingan pasir yang sengaja dialirkan ke lokasi dam. Lingkungan dam kini jadi rata dengan lumpur dan tumpukan tanah. Padahal sebelum lokasi itu merupakan hutan yang jadi lokasi penangakapan air.
Meskipun demikian, para pelaku tambang pasir tetap cuek dan tak mau tahu. Aktifita tambang pasir bahkan terus berjalan hingga, Minggu (9/9/2018) sekalipun sudah berulang kali diperingati oleh Direktorat Pengamanan (Ditpam) BP Batam. Mereka tak gentar sebab penertiban dan himbauan selama ini dianggap sebatas gertakan saja. (eja)