Selasa, 19 Maret 2024

8 Bulan, 48 Perusahaan di Batam Tutup

Berita Terkait

Kawasan industri di Batam.
foto: batampos.co.id / dalil harahap

batampos.co.id – Selain PT Nagano, terdapat sejumlah perusahaan di Batam yang tutup sepanjang Januari hingga Agustus 2018. Selama delapan bulan itu, sedikitnya ada 48 perusahaan dalam negeri dan asing yang menutup usahanya di Batam.

“Alasannya rata-rata karena sepi orderan,” kata Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Batam, Rudi Syakiakirti, Kamis (13/9).

Menurut Rudi, sebagian besar perusahaan yang tutup itu merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Meski jumlahnya mencapai 48 perusahaan, Rudi menyebut angka tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan 2017.

“Tahun ini ada beberapa perusahaan yang masuk juga,” katanya.

Sementara Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BP Batam Ady Soegiharto menyebutkan, dari 48 perusahaan yang tutup tahun ini tujuh di antaranya merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA). Satu di antaranya PT Nagano.

Sayangnya, Ady enggan menyebut nama-nama PMA lainnya yang tutup. Ia hanya menyampaikan, empat dari tujuh PMA itu tutup dalam kurun waktu Januari-Juni 2018 lalu.

“Mereka meminta izin pencabutan usaha karena kalah saing. Total investasi semuanya mencapai 7,4 juta dolar Amerika dan bergerak di bidang perdagangan,” kata Ady di Gedung Marketing Centre BP Batam, Kamis (13/9).

Ady mengatakan, Badan Pengusahaan (BP) Batam dan Himpunan Kawasan Industri (HKI) akan menyusun rumusan untuk menerbitkan regulasi yang memberikan perlindungan bagi karyawan yang ditinggal kabur bos perusahaannya.

“Ini semacam formulasi perlindungan karyawan. Kami akan berdiskusi dengan HKI dulu. Kami akan lihat dari sisi Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang berkaitan,” katanya.

Sebenarnya, cara yang paling efektif adalah dengan menahan sejumlah modal perusahaan di perbankkan sebagai jaminan. “Namun kita tak ada kewajiban seperti itu, nanti mereka bisa tak jadi investasi,” ungkapnya.

Dalam formulasi baru ini, akan memuat poin-poin penting menyangkut tanda-tanda perusahaan yang kemungkinan besar akan tutup.

“Dari sini indikasinya harus tahu, sehingga kami bisa bertindak duluan,” jelasnya.

Kasus kaburnya Presiden Direktur (Presdir) PT Nagano Drilube Indonesia ini memang meninggalkan pertanyaan besar.

Namun Ady mengatakan kemungkinan besar kaburnya Presdir Nagano karena kesulitan finansial. “Mereka sebenarnya selalu rutin memberikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dan juga saat ini sebenarnya mereka dapat order. Tapi di kolom masalah mereka mengutarakan kendala yang dihadapi. Mungkin finansial dari perusahaan induknya tengah tidak sehat,” ungkapnya lagi.

Terkait order, berarti ada perusahaan yang punya piutang terhadap Nagano. Makaya BP sedang komunikasi dengan serikat pekerja untuk mencarinya. Dengan harapan piutang tersebut bisa digunakan untuk melunasi gaji dan pesangon 54 karyawannya.

“Kami juga akan menyurati manajemen Nagano di Jepang lewat KBRI di sana. Sedangkan serikat pekerja disarankan ke Pokja 4 di Jakarta untuk meminta bantuan,” paparnya.

Nagano, kata Ady, sama seperti PT Hantong yang tidak terlihat ada indikasi sama sekali bahwa perusahaannya akan tutup.

“Hantong itu juga sehat dan mereka ada order buat modul. Tapi rupanya di kantor utamanya di Singapura ada masalah finansial,” katanya.

Untuk masalah Hantong, ia mengatakan sudah selesai. Dan sekarang tinggal menyelesaikan masalah Nagano. (leo)

Update