Sabtu, 20 April 2024

Melihat Geliat Koperasi di Batam

Nilai Usaha Rp 240 Miliar, Laba Rp 13,2 Miliar

Berita Terkait

ilustrasi

Koperasi memiliki peran strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bahkan bisa menjadi penopang kala ekonomi sedang loyo. Ia berperan mendukung pedagang, buruh, hingga pengusaha skala menengah.

Siang menjelang sore, suasana pergudangan dan kantin PT Karyasindo Jaya Makmur di Ruko Tembesi Point Blok B Nomor 36 Batuaji, Batam, mulai sibuk, Jumat (21/9). Di dapur, ada lima karyawan menyiapkan lauk-pauk dan nasi. Dua orang lainnya membersihkan sendok dan garpu. Suara gesekan sendok dan garpu yang digoyang-goyang dalam baskom sesekali memecah kesunyian.

Sementara di ruang bagian depan yang berukuran 2X3 meter, tiga orang menyiapkan katering pesanan. Di samping mereka tersusun ratusan boks katering yang siap diisi. Satu per satu boks itu diraih, diletakkan di meja, kemudian dipenuhi nasi dan lauk-pauk. Lalu menyusunnya kembali secara bertumpuk.

“Katering ini untuk beberapa perusahaan untuk sore ini,” ujar Nurhuda Wiyanto, Direktur Karyasindo Jaya Makmur, Jumat (21/9).

Karyasindo Jaya Makmur menyediakan katering untuk sembilan perusahaan di Batam. Antara lain PT Flextronics Batam, PT Suryatech Mukakuning, PT Rapala Batam, Harris Hotel and Resorts, Holland Bakery, hingga Fame Hotel. Tidak hanya katering untuk makan siang dan malam, mereka juga melayani sarapan dan kue-kue untuk beberapa perusahaan.

Setiap hari, kecuali akhir pekan, pesanan katering sebanyak 3.500 pak. Sementara pada akhir pekan hanya 500 pak sebab rata-rata karyawan libur. Mereka mempekerjakan 35 karyawan untuk memenuhi katering sembilan perusahaan. “Perusahaan di Batam kan beroperasi 24 jam, jadi kami suplai kateringnya dari sarapan pagi hingga makan malam,” ujar pria yang biasa disapa Huda ini.

Katering yang dikelola Karyasindo Jaya Makmur adalah salah satu unit usaha Koperasi Karyawan Jujur Makmur PT Flextronics. Koperasi serba usaha ini berdomisili di Jalan Rambutan Lot515 Kawasan Industri Batamindo, Mukakuning, Batam.

Selain katering, Koperasi Karyawan Jujur Makmur memiliki beberapa unit usaha lainnya. Antara lain Unit Simpan Pinjam. Unit ini melayani permohonan kredit para anggota dengan syarat yang mudah dan bunga yang relatif lebih rendah. Kemudian Usaha warung serba ada (Waserda) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anggotanya.

“Ada juga usaha kantin, usaha tiketing, pembayaran air dan listrik. Juga usaha pergudangan dan jasa lainnya,” jelas Huda yang didampingi Accounting Manager, Dewiana Harahap.

Huda menceritakan, cikal bakal Koperasi Karyawan Jujur Makmur berawal tahun 2000. Niatnya memudahkan karyawan PT Flextronics memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan finansialnya berupa pinjaman kredit jangka pendek, kredit kepemilikan kendaraan bermotor, kredit pembelian tiket pesawat, pembayaran listrik/air dan kredit pembelian barang-barang elektronik lainnya.

Sepuluh tahun kemudian atau di 2013 lalu, Koperasi Karyawan Jujur Makmur mulai berbadan hukum. Koperasi mendapat ruang khusus di PT Flextronics.

“Ruang itu untuk menyediakan barang-barang kebutuhan, makan dan minuman yang diperlukan oleh karyawan,” jelasnya.

Nama Koperasi Karyawan Jujur Makmur atau disingkat KKJM disepakati yang memiliki makna jujur pengurusnya, makmur anggotanya. Dimulai dari pengurus yang jujur akan menciptakan kemakmuran anggotanya. Saat itu, anggota koperasi yang lama otomatis menjadi anggota koperasi yang baru. Total anggotanya saat itu sekitar 200 orang. Koperasi kemudian diserahkan pengelolaannya pada dua karyawan yang direkrut.

“Dari sinilah koperasi mulai ada peningkatan pendapatan, peningkatan omset, termasuk SHU. Omset naik ya SHU naik,” ucapnya sembari tersenyum.

Mulai akhir 2013 juga, koperasi ini mulai mengurus katering karyawan PT Flextronics. Awalnya hanya 500 pak setiap hari. Melihat peluang itu, KKJM mencoba ekspansi keluar. Tidak hanya menyediakan katering untuk PT Flextronics saja, tetapi juga perusahaan lainnya yang ada di Kawasan Industri Batamindo-Mukakuning. Bahkan perusahaan di kawasan industri lainnya.

Dalam kurun waktu lima tahun, unit usaha KKJM ini terus berkembang. Dari 1.000 pak katering, bertambah menjadi 2.000 pak. kemudian menjadi 3.500 pak per hari.

Setelah Karyasindo Jaya Makmur sudah berjalan sesuai treknya, Huda mulai berpikir menyuplai barang-barang kebutuhan yang dijual di Waserda KKJM. Sebelumnya, barang-barang di waserda disuplai dari toko grosir atau suplier lainnya. Jadi Huda melirik peluang itu.

“Jadi akhirnya enam bulan terakhir ini kita suplier untuk penuhi semua kebutuhan di koperasi,” jelasnya.

Berbekal modal dari koperasi, Karyasindo Jaya Makmur kini beromset rata-rata Rp 900 juta per bulan. Hal itu tidak lepas dari manajamen yang baik dan transparan. Kondisi unit usaha ini pun semakin sehat. Termasuk KKJM yang menangani unit usaha simpan pinjam dan waserda yang kini beromset rata-rata Rp 450 juta per bulan.

Karena memiliki manajemen yang baik, menumbuhkan usaha, meningkatkan modal, juga menyejahterakan anggotanya, Koperasi Karyawan Jujur Makmur dianugerahi koperasi berprestasi di 2016 lalu. Penghargaan diserahkan langsung oleh Wali Kota Batam Muhammad Rudi dalam peringatan Hari Koperasi ke-69 Tingkat Kota Batam.

 

***

 

ilustrasi

Kesuksesan yang sama juga diraih Koperasi Kesetiakawanan Sosial. Bersamaan dengan Koperasi Karyawan Jujur Makmur, Koperasi Kesetiakawanan Sosial dianugerahi koperasi berprestasi pada 2016 lalu. Jika Koperasi Jujur Makmur memiliki berbagai lini usaha, Koperasi Kesetiakawanan Sosial memilih fokus pada usaha simpan pinjam.

Koperasi yang berkantor Tiban City Square, Jl. Gajah Mada, Tiban Baru, Sekupang, Batam, ini telah berkiprah membantu masyarakat ekonomi menengah ke bawah selama 16 tahun. Berawal dari keprihatinan tokoh-tokoh gereja terhadap kondisi ekonomi umat, embrio Koperasi Kesetiakawanan Sosial lahir pada 2002.

“Tujuan awalnya membantu umat, perantau yang kesulitan keuangan. Ingin pulang kampung tapi tidak punya duit,” ujar B Ginting, pengurus Koperasi Kesetiakawanan Sosial memulai ceritanya, Kamis (20/9).

Tokoh-tokoh gereja di Tiban ini kemudian berkumpul membentuk koperasi. Awalnya hanya delapan orang saja. Simpanan pokoknya Rp 100 ribu yang bisa dicicil empat kali. Sementara simpanan wajibnya Rp 40 ribu. Empat bulan kemudian anggotanya bertambah menjadi 40 orang. Meski begitu, koperasi ini belum memiliki kantor sendiri dan hanya beroperasi pada hari Minggu. Saat itulah layanan simpan pinjam dilakukan.

“Setelah berjalan satu tahun, dua tahun, jumlah anggota semakin banyak. Anggota dari luar banyak bergabung, dari teman-teman muslim turut bergabung,” ungkap Ginting di kantor Koperasi Kesetiakawanan Sosial.

Sejak itulah koperasi terus berkembang. Di 2007, anggota kian banyak dan yang ingin meminjam juga bertambah. Mulailah pengurus memikirkan untuk melegalkan koperasi dan berbadan hukum. “Anggota kita masih di bawah 300, tetapi dari luar sudah banyak waktu itu,” kata Ginting yang ditemani Deslan Malau, Ketua Umum Koperasi Kesetiakawanan Sosial.

Koperasi Kesetiakawanan Sosial pun mendapat pengesahan dari Dinas Koperasi Kota Batam. Hanya saja koperasi masih beroperasi di gedung serba guna gereja. Pengurus pun berpikir untuk lebih mengembangkan koperasi dan memiliki kantor sendiri. Meski kala itu, ketika ada kredit macet, pengurus yang harus menalangi.

“Kami kerja sama dengan koperasi sekunder supaya bisa membantu kesulitan kita. Juga berpikir kalau di lingkup gereja saja kurang berkembang. Jadi pengurus memberanikan diri meminjam (uang) dan beli ruko,” papar dia.

Pada 2014, Koperasi Kesetiakawanan Sosial menempati ruko sendiri dan seluruh pelayanan di kantor tersebut. Berbagai jenis produk simpanan diluncurkan. Selain simpanan saham atau modal berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan kapitalisasi, juga simpanan lain yang disesuaikan kebutuhan.

Mulai simpanan sukarela (Sisuka), simpanan pendidikan (Sidik), simpanan tabungan berjangka (Sitabka), simpanan hari raya/pernikahan (Sihara), dan simpanan wisata (Siwa). Sementara produk pinjamannya yakni pinjaman kapitalisasi, pinjaman produktif dan umum, pinjaman konsumtif, dan pinjaman khusus (pinjaman harian).

“Setelah punya kantor, kita juga memberanikan diri mempekerjakan orang untuk operasional setiap harinya. Karyawan profesional. Kepercayaan anggota pun semakin bertambah,” ungkap dia.

Tidak hanya mempekerjakan dua staf dan satu manajer, Koperasi Kesetiakawanan Sosial juga mulai beralih ke sistem komputerisasi dan online. Jadi anggotanya bisa melihat saldo, kredit, dan setorannya kapanpun. Dengan kepercayaan yang semakin tinggi, pertumbuhan anggota pun naik. Sekarang jumlah anggota koperasi sebanyak 1.200 orang.

Bertambahnya anggota tentu saja membuat modal bertambah dan sisa hasil usaha (SHU) meningkat. Pada 2015, SHU Koperasi Kesetiakawanan Sosial berjumlah Rp 90 juta. Lalu bertambah dua kali lipat di 2016. Jumlahnya Rp 180 juta. Sementara 2017 lalu hanya naik sekitar 15 persen sebab kondisi ekonomi Batam belum pulih.

 

***

Koperasi Rumah Bungkus Raja Isa Batam Kota melompat lebih tinggi lagi. Hasil usahanya tidak hanya lingkup Batam saja, tetapi sudah mampu merambah hingga negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Bahkan hingga ke Tiongkok. Memiliki ratusan mitra pengusaha kecil dan menengah ke atas di Batam, Pekanbaru, dan Singapura.

Ketua Koperasi Rumah Bungkus Raja Isa, Ramayanti Dewi, mengungkapkan Koperasi Rumah Bungkus Raja Isa berdiri pada 25 Februari 2016 setelah memperoleh izin legalitas seperti akte notaris, izin domisili usaha, SIUP, dan surat izin pendirian koperasi dari Kementerian Koperasi dan UKM. Koperasi ini menjalankan unit bisnis multiusaha seperti unit printing dan cutting, ekspor, pengolahan hasil laut, simpan pinjam atau pembiayaan syariah, dan unit distributor herbal gamat.

“Semua unit usaha ini jalan. Semua anggota kami berpartisipasi di bawah naungan Koperasi Rumah Bungkus Raja Isa. Dalam menjalankan fungsi, semua legalitas kami lengkap. Kami tak mau koperasi abal-abal. Semua profesional,” katanya.

Awal berdirinya, lanjut dia, koperasi ini terbentuk dengan 25 anggota di dalamnya. Namun dua tahun berjalan, terjadi pengurangan anggota menjadi 17 orang. “Lebih selektif memilih anggota sekarang. Yang bisa menjalankan bisnis usaha sekaligus menyumbang idenya demi kemajuan koperasi,” ungkapnya.

Dewi mengatakan, saat ini mereka tengah membangun mitra. Untuk unit printing dan cutting, koperasi ini sudah memiliki lebih dari 100-an mitra pengusaha di Batam dan Kepri yang sudah memakai jasa mereka. Khususnya untuk pengerjaan desain kemasan atau packaging. Sebut saja pengemasan dan desain Ayam Rujak Mahira, kopi Hawaii Tanjungpinang, parfum, kemasan jamu, kotak pizza, kotak brownies, packaging vacuum, dan lain-lain.

“Kami juga sudah terima orderan printing dari Singapura dan Pekanbaru,” ungkap Dewi.

Untuk unit hasil laut, koperasi ini juga langsung mengajak para nelayan di pulau kecil di Batam untuk bermitra. Saat ini mereka kerja sama dengan para nelayan di Pulau Setokok. Ikan dari nelayan diolah menjadi makanan kemasan, seperti bakso ikan, mie tulang ikan, dan sosis.

“Dengan begitu saat hasil olahan dijual ke pasar, harganya naik. Otomatis kami membantu meningkatkan pendapatan para nelayan juga sekaligus memberi pelatihan kreatif dan inovatif,” jelas dia.

Lantas bagaimana dengan usaha simpan pinjam? Dewi mengungkapkan mereka mengadakannya lewat pembiayaan syariah yang didukung langsung Bank OCBC Syariah dan berada di bawah naungan grup ETA Jakarta. Untuk unit usaha ini, para anggota koperasi sangat aktif menyusun strategi dan kebijakan pengelolaannya dengan mendatangkan langsung konsultan keuangan dan usaha dari luar.

Salah satu di antaranya yaitu untuk mengetahui alur masuk kas keuangan dari lima unit usaha yang simpanannya ada di tiga bank yang berbeda. Yakni unit pengolahan ikan di Bank Syariah Mandiri, unit ekspor dan simpan pinjam ada di Bank OCBC NISP syariah, dan unit printing dan herbal gamat ada di BRI Syariah.

“Semua itu kami lakukan agar kami bisa lihat perkembangan unitnya. Jadi lebih mudah mencari solusi ketika ada temuan-temuan,” ujar Dewi.

Tak hanya itu saja, koperasi ini juga sudah mengadakan kerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dalam hal uji lab informasi nilai gizi dalam produk pangan dan menjadi salah satu koperasi aktif binaan Bank Indonesia. Semua pencapaian itu tidak didapatkan dengan mudah. Koperasi yang mereka dirikan ini tidak selalu berjalan lancar.

Dewi menceritakan, pada tahun pertama koperasi ini mereka bentuk, hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT) keuangan mengalami defisit. Tidak ada sisa hasil usaha.

Pada perjalanan menuju tahun ketiga, koperasi kini banyak menerima ajakan kerja sama dari berbagai pengusaha dan juga pemerintahan. Terbaru, ajakan kerja sama semangat berwirausaha membina UKM-UKM yang ada di Pulau Lingga. Saat ini, omset yang didapatkan sudah berada di atas Rp 150 juta.

Kata Dewi lagi, dalam pandangan awam, koperasi kerap kali dianggap sebagai pelengkap perusahaan. Badan usaha yang dikelola karyawan atau suatu kampus, sekolah, dan juga kelompok kerja. Organisasi ekonomi kelas dua di mana para anggota-anggotanya hadir secara sukarela.

Padahal kalau serius, lanjutnya, koperasi bisa menjadi tiang penopang ekonomi kala terjadi krisis ekonomi di negeri ini. Semangat gotong royong, semangat membantu antar anggota, tidak pelit ilmu, bisa membuat masing-masing unit kewirausahaan berjalan dengan baik.

“Saya punya kerinduan koperasi di Indonesia itu jangan dianggap sebelah mata lagi. Bisnis yang mendunia bisa terjadi berkat koperasi, seperti kerupuk Bu Ros yang kini diminati di Tiongkok, Singapura, bahkan Malaysia. Bahkan jamu dari salah satu anggota kita sampai diajak buka kerja sama di Singapura,” jelas Dewi.

Tak hanya untuk usaha Bu Ros saja, Dewi mengungkapkan koperasi mereka ini sangat perhatian membantu anggotanya. Terutama konsultasi untuk memajukan bisnis atau pun usaha yang dijalankan masing-masing.

Pemilik usaha kerupuk Bu Ros, Rosmaini Alesha Azzahra Sitohang pun mengakui itu. Bentuk dukungan itu berupa tempat usaha dan tentunya konsultasi usaha.

Bu Ros mengungkapkan ia tidak pernah menyangka bisnis kerupuk buah-buahan yang ia jalankan bisa diekspor. Pencapaiannya bisa sejauh itu. Pasalnya, saat ia merantau ke Batam dari kampung halamannya di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, ia lebih dulu bekerja sebagai guru Taman Kanak-Kanak (TK).

“Pertama kali jual lima kilogram, jual di sekolah, ke teman kuliah, dan juga titip ke beberapa warung dekat rumah. Masaknya numpang di rumah paman di Jalan Nusa Jaya, Seipanas, karena saat itu saya masih tinggal bersama keluarga mereka,” ujar Ros mengenang.

Kini, produksi keripik dan kerupuk Bu Ros terus meningkat. Khusus pisang saja, bisa mengolah 100-150 kg per hari atau sekitar 4,5 ton per bulan. Usahanya ini pun mulai menggeliat dengan omset mencapai Rp 50 juta per bulan.

Saat ini, Ros, melayani penjualan konsinyasi ke berbagai reseller yang tersebar di Indonesia. Di Batam sendiri ia kerja sama dengan 40-an toko. Sedangkan ekspor ke Beijing, sudah mulai repeat order, hanya saja oleh pembeli (buyer,red), Ros diminta untuk menunjukkan legalisasi izin edar dari BPOM.

“Ini baru mengirim 70 kotak atau setengah kontainer ke Beijing. Semuanya jadi mudah berkat saya menjadi anggota koperasi. Solusi untuk wirausaha pemula seperti kami memang harus bergabung dengan koperasi,” ungkapnya.

 

***

Kabid Pemberdayaan dan Perlindungan Koperasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Batam, Efriadi mengatakan, koperasi berkontribusi banyak terhadap ekonomi masyarakat di Batam. Sebab berfokus kepada ekonomi kerakyatan secara konkrit. Menyasar masyarakat ekonomi menengah ke bawah dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Ia mencontohkan, koperasi karyawan bisa memenuhi kebutuhan hidup sebab karyawan bisa belanja dengan harga yang lebih murah dan bisa berutang. Setelah gajian, karyawan bisa membayar. Bila butuh dana cepat atau untuk biaya pendidikan anak, karyawan bisa meminjam di koperasi tanpa proses yang panjang dan relatif sulit.

“Dengan adanya koperasi karyawan bisa membantu manajemen perusahaan,” ujar Efriadi kepada Batam Pos, Kamis (20/9).

Tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar anggotanya, kata dia lagi, koperasi sangat penting untuk mensejahterakan anggotanya. Sebab dengan modal bersama akan diupayakan untuk mendapatkan keuntungan bersama. Termasuk kemudahan untuk akses permodalan.

Data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Batam selama dua tahun yakni 2016-2017, koperasi di Batam berhasil menghimpun modal yang besar. Tahun 2016 modal sendiri sebesar Rp 59.370.887.000 dan tahun 2017 sebanyak Rp 38.568.143.000.

Sementara modal dari luar sebesar Rp 68.550.080 (2016) dan Rp 29.523.949.000 (2017).

Adapun sisa hasil usaha (SHU) 982 koperasi di Batam pada tahun 2016 totalnya Rp 13.124.617.000. SHU meningkat sedikit pada tahun 2017 menjadi Rp 13.213.616.000.

Sedangkan nilai aset koperasi di Batam pada tahun 2016 berjumlah Rp 97.938.230.000 dan pada tahun 2017 meningkat menjadi Rp 98.074.029.000. Sedangkan volume usaha pada tahun 2016 sebesar Rp 240.310.488.000 dan pada tahun 2017 senilai Rp 240.420.486.000.

Pada tahun ini, hingga September, jumlah koperasi yang terdaftar di Batam sebanyak 989 unit. Namun hanya 537 koperasi yang aktif. Jumlah modal, volume usaha, dan SHU yang baru diketahui akhir tahun diperkirakan hampir sama dengan dua tahun terakhir. Selama dua tahun sebelumnya, jumlah koperasi yang terdaftar tidak jauh berbeda.

Di 2016, koperasi yang terdaftar di Dinas KUM sebanyak 982 dan di 2017, bertambah menjadi 988.

Jumlah koperasi yang terdaftar ini juga tidak jauh berbeda dengan tahun 2014 saat ekonomi Batam sedang jaya. Jumlahnya 922 unit. Namun yang aktif 415. Sementara 526 tidak aktif. Lalu pada 2018 ini setelah melalui pendataan, Dinas KUM akan membubarkan 147 koperasi yang sudah tidak aktif dan melalui verifikasi.

“Di Batam saat ini ada sekitar 989 koperasi yang terdaftar. Tetapi tahun ini kemungkinan akan berkurang karena kita rencananya akan membubarkan sekitar 147 koperasi,” kata Efriadi.

Ia mengatakan, jenis koperasi yang akan dibubarkan ini bervariasi. Kebanyakan adalah koperasi karyawan dan koperasi masyarakat. Ada beberapa alasan sehingga 147 koperasi itu terpaksa dibubarkan. Pertama, berkaitan dengan tutupnya sejumlah perusahaan di Batam. Pada tahun lalu hingga tahun ini beberapa perusahaan tutup atau bangkrut sehingga otomatis koperasi karyawannya juga tutup.

Kedua, lanjut Efriadi, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17/1994 tentang Pembubaran Koperasi, koperasi bisa dibubarkan jika sudah melanggar ketentuan dan aturan yang berlaku. Yakni dalam tiga tahun berturut-turut tidak melakukan rapat anggota tahunan dan dalam dua tahun berturut turut sejak dibentuk koperasi tersebut tak kunjung menjalankan usaha.

Ketiga, kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan. Keputusan pembubaran koperasi karena alasan ini dilakukan apabila telah dibuktikan dengan keputusan pengadilan. “Namun yang banyak (dibubarkan) koperasi karyawan karena memang perusahaan tutup. Sedangkan koperasi masyarakat adalah koperasi yang tidak lagi beroperasi,” tambahnya.

Meski sejumlah koperasi harus dibubarkan, koperasi yang aktif terus bertahan dan berusaha menggeliat lagi. Indikatornya adalah usahanya berjalan dan mengadakan rapat anggota. Secara umum, kata Efriadi, koperasi yang aktif tersebut kondisinya dipengaruhi kondisi ekonomi Batam. Ketika ekonomi Batam anjlok sepanjang 2016-2017, koperasi ikut lesu. Namun pada 2018 ini, koperasi mulai menggeliat lagi.

“Karena Batam ini kan kota industri jadi lebih banyak koperasi karyawan. Tidak seperti di daerah lainnya di Sumatera yang jenisnya koperasi usaha dan produksi,” jelas Efriadi.

Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Kota Batam, Hendra Asman mengungkapkan, koperasi sangat penting dalam kondisi ekonomi negara yang lesu dimana UKM-UKM bisa tetap menggeliat tanpa terpengaruh krisis. “Cuma sangat disayangkan. Di Batam sendiri anggaran untuk koperasi ini sangat memprihatinkan. Hanya sekitar Rp 2 miliar, padahal ada sekitar 900-an koperasi yang terdaftar,” jelas Hendra.

Ia mengungkapkan, harusnya pemerintah bisa berinovasi mengembangkan koperasi dengan unit-unit usaha kekinian, sembari memberdayakan apa yang sudah ada dengan memberikan pelatihan-pelatihan kreatif. “Apalagi Batam sebagai kota industri tak selamanya selalu di atas. Lihatkan? banyak perusahaan yang tutup, maka banyak pula koperasi perusahaan yang sudah tutup,” jelasnya.

Menurut Hendra, idealnya anggaran yang pas untuk pengembangan dan pembangunan koperasi di Batam sekitar Rp 10 miliar. Di bawah Rp 5 miliar itu tidak manusiawi. Namun dewan, katanya lagi, menyerahkan sepenuhnya kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Batam untuk membuat terobosan sehingga koperasi bisa mendongkrak perekonomian Kota Batam.

“Kalau koperasi maju, otomatis pendapatan kota juga akan meningkat. Semua UKM harus bergerak. Beri mereka pelatihan dan pendampingan kalau tak sanggup memodali,” pintanya.

Anggota Komisi II DPRD Kota Batam lainnya, Mulia Rindo Purba mengatakan, koperasi ini harusnya terus ditingkatkan. Terutama koperasi masyarakat yang bergerak dalam bidang jasa dan perdagangan. “Ini harus didorong. Bagaimana masyarakat bisa terlibat dan tergabung dalam sebuah koperasi, sehingga kehidupan masyarakat terus berkembang. Termasuk pendampingan harus terus dilakukan Pemko Batam,” katanya.

Ia berharap di 2018 ini, pembinaan terhadap koperasi dan pelaku usaha kecil untuk terus ditingkatkan. Termasuk akses permodalan kepada mereka agar bisa mengembangkan usahanya. (AHMADI SULTAN-CHAHAYA SIMANJUNTAK, Batam)

 

Update