Jumat, 19 April 2024

Omudas 3D Printing Memakai Sistem FDM

Berita Terkait

DK PBB Bahas Keanggotaan Penuh Palestina

Batam Segera Miliki Premium Outlet

istimewa

x.batampos.co.id – Perkembangan teknologi yang kian canggih membawa dunia memasuki era revolusi industri 4.0 yakni, menekankan pada fenomena industri yang serba otomatisasi. Tidak terkecuali di Indonesia, tantangan tersebut juga harus diikuti seiring dengan pengembangan lima sektor manufaktur yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronik.

Peluang inilah yang dilihat Suminto Husin Giman, selaku CEO Omudas 3D Printing. Kehadiran Omudas sejak September tahun lalu di Pluit, Jakarta Utara, menjadi salah satu perusahaan yang mengusung teknologi pabrik digital pertama di Indonesia, dan mendukung revolusi industri 4.0.

Suminto mengatakan, Omudas 3D printing menggandeng mesin besutan Stratasys yang diimpor langsung dari Amerika, yaitu Stratasys F370, Fortus 450mc, dan kedepannya Omudas akan mendatangkan mesin Fortus 900mc.

“Mesin dari Stratasys ini menggunakan sistem produksi FDM (Fused Deposition Modelling) yang merupakan sistem paling modern di industri 3d printing,” terangnya.

Material yang dapat digunakan dalam proses produksi juga berbagai macam sesuai kebutuhan seperti menggunakan material ABS, PLA, sampai ULTEM yang merupakan material paling kuat dan tahan panas.

Ia menjelaskan, industri 3D Printing terbagi dalam beberapa kelas, dari yang paling kecil untuk produksi modeling kit ukuran kecil dengan mesin ukuran desktop, sampai ke kelas industrial seperti yang menjadi fokus dari Omudas 3D Printing untuk memproduksi bagian-bagian dari mesin otomotif sampai ke interior kabin pesawat.

“Seperti yang dilakukan oleh perusahaan Airbus yang bekerjasama dengan Stratasys untuk memproduksi bagian dari pesawat A350 XWB dengan 3D Printer Stratasys,” sebut Suminto.

Pria yang juga bergelut di industri pelayaran itu menambahkan, produksi menggunakan 3d printing memiliki banyak kelebihan. Salah satunya efisiensi. “3d printing sekali cetak langsung keseluruhan design, tidak seperti mekanisme saat ini yang harus mencetak molding satu persatu bagian dari sebuah desain produk,” paparnya.

Menurut Suminto, tantangan untuk industri 3d printing saat ini karena belum banyak orang mengenal teknologi tersebut, sehingga perlunya edukasi terhadap klien. Dalam hal itu, Omudas 3D Printing mencoba bekerja sama dengan perusahan seperti Astra Otoparts dan perusahaan produsen part otomotif lainnya.

“Model bisnis dari OMudas 3D Printing sangat sederhana. Klien cukup mengirim email ke omudas3dprinting@gmail.com berupa file desain barang yang dicetak dalam bentuk file STL. Setelah memilih material yang akan dicetak, maka proses produksi dijalankan. Hasilnya dapat dikirimkan ke kantor klien,” ujar Suminto.

Pihaknya berharap, kedepannya banyak industri dengan sistem produksi konvensional yang berubah ke sistem 3d printer sesuai dengan revolusi industry 4.0.

“Salah satunya dengan mengandalakan jasa yang ditawarkan Omudas 3D Printing,” ungkapnya berpromosi. (nji)

Update