Pendaftaran telah dibuka, ratusan ribu formasi dengan kriteria dan persyaratan yang spesifik. Masyarakat menyambut dengan semangat, dokumen persyaratan dipersiapkan, formasi sasaran dipilah, ditimbang dan dihitung dengan matang. Dokumen persyaratan dan daftar formasi yang dibuka ditelusuri baris per baris.
Tahun 2017 dan tahun 2018 pemerintah membuka banyak peluang abdi negara baru, setelah beberapa tahun moratorium tanpa pembukaan formasi. Berbagai penyempurnaan dari proses ini dilakukan, mulai sistem dan tata cara pelaksanaan ujian, persyaratan dan prosedur pendaftaran yang disederhanakan dengan tetap menjaga validitas proses yang berjalan. Saya salah seorang yang mengikuti proses ini tahun lalu. Setelah menyelesaikan pendidikan, saya mendaftarkan diri pada bulan September 2017. Mengikuti seluruh proses yang ada, Alhamdulillah saya lulus.
Awal 2018, saya kemudian menjadi perwakilan untuk mengikuti presidential lecture di Jakarta. Berkumpul dengan ribuan pemuda di Istora Senayan untuk mendapatkan pengarahan dari Presiden, Mentri PAN RB, serta inspirational talk dari Menkeu dan CEO Gojek.
Pengalaman tersebut sangat menarik. Ditengah masih belum meratanya tingkat pendidikan, banyaknya tindak kriminal yang dilakukan generasi muda, tawuran, kenakalan remaja serta berbagai tindakan amoral lainnya yang membuat generasi kita seperti memiliki masa depan suram. Dengan berkumpul bersama ribuan pemuda abdi negara dari seluruh Indonesia yang penuh semangat positif, membuat saya semakin optimis bahwa bangsa ini masih punya harapan untuk bergerak maju.
Abdi negara tak bisa dilepaskan dari berbagai stereotip. Sebagian orang menganggap ini merupakan ukuran kesuksesan, hidup yang berkecukupan dan penghasilan terjamin sampai hari tua. Hal ini juga membuat sebagian orang menjadikannya tujuan hidup.
Namun mimpi indah itu mungkin selesai ketika hari pertama bertugas. Menjadi abdi negara berarti memulai merintis karir. Segala pencapaian, kemakmuran, berbagai tunjangan tidak akan didapat kecuali dengan kerja keras dalam waktu yang tidak singkat. Dengan semakin tingginya tuntutan bagi abdi negara, semuanya menjadi tidak seindah yang anda bayangkan.
Maka jika tujuannya adalah menjadi kaya, jangan melamar, salah-salah bisa terjerat kasus karena mengejar ambisi. Sebaliknya, tak jarang beberapa kalangan muda enggan mendaftar karena merasa tidak akan memiliki masa depan yang cerah. Niatan menjadi abdi negara mestinya bukan perkara mengejar kemapanan dan kepastian penghasilan hingga masa pensiun, atau soal besarnya tunjangan dan fasilitas yang akan didapatkan. Tetapi bagaimana para pemuda-pemudi generasi unggul, progresif dan inovatif turun langsung membenahi negara dari dalam. Mengubah citra negatif yang selama ini lekat dengan birokrasi kita.
Memang tidak semudah menuliskannya, turun langsung dan membenahi sistem dari dalam memerlukan kekuatan dan komitmen tanpa batas. Sekali salah ambil haluan, bisa terjerumus untuk meneruskan budaya-budaya masa lalu yang justru berlawanan dengan niat awal. Harus diakui, abdi negara kita masih lekat dengan stereotip prilaku korup, tidak disiplin, lambat dalam bekerja, suka memanfaatkan fasilitas negara, minim inovasi dan suka mempersulit urusan masyarakat. Birokrasi berbelit dan berbiaya tinggi menjadi pengalaman sekaligus mimpi buruk banyak orang ketika berurusan dengan administrasi pemerintahan.
Stereotip ini harus segera dihilangkan. Mindset pejabat mestinya sudah diubah menjadi mindset pelayan yang lebih egaliter. Tindakan korup dan tidak disiplin harus diberangus. Disinilah peran penting pemuda untuk masuk ke dalam pemerintahan, menjadi pembaharu yang memutus kebiasaan buruk masa lalu. Pemuda harus mampu dan mau menceburkan diri ke kubangan tanpa ikut menjadi kotor.
Lalu, bagaimana caranya? mulai dari niat awal ketika akan mendaftarkan diri. Pikirkan kembali apa tujuan yang ingin dicapai. Tumbuhkan rasa memiliki bangsa ini, kita meminjamnya dari generasi mendatang, apa yang kita lakukan hari ini akan diwariskan. Mulailah berfikir besar dan mulai dengan tindakan kecil yang membawa dampak, jangan takut untuk berbeda dalam hal yang positif.
Selain itu, penting untuk menjadi pribadi yang professional. Salah satu masalah utama bangsa ini adalah karena banyak pegawai negara yang tidak mengerjakan tugas pokok dan fungsinya dengan benar. Profesional bukan hanya melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing, tapi bagaimana dapat secara maksimal mengerjakan bagian masing-masing sambil memikirkan bagaimana meningkatkan kualitas dari hasil yang dicapai secara umum. Hilangkan kebiasaan menjalankan program secara formalitas yang kerap menjadi sumber pemborosan anggaran. Hanya dengan memulai dari diri anda sendiri, perubahan akan terjadi.
Ahmad Hamim Thohari
Akademisi Polibatam, Pengurus Wilayah ISNU Kepri