Jumat, 19 April 2024

Nama Tito Disebut Terima Aliran Dana

Berita Terkait

ilustrasi

x.batampos.co.id – Drama penyobekan buku catatan keuangan perusahaan importir daging milik Basuki Hariman semakin panas. Apalagi setelah muncul nama Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang disebut-sebut tercatat dalam buku keuangan tersebut sebagai salah satu penerima uang suap dari Hariman.

Dalam investigasi Indoleaks diketahui, ada sejumlah catatan pengeluaran uang yang disebut untuk Tito Karnavian. Transaksi dilakukan sepanjang 2015-2016. Mulai saat Tito menjadi Kapolda Metro Jaya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada Maret-Juli 2016, hingga saat Tito sudah jadi Kapolri.

Sesuai catatan itu, ada beberapa kali aliran dana ke Tito. Namun sejak Tito jadi Kapolri, hanya ada satu catatan aliran dana. Nominal untuk setiap transaksi berkisar Rp 1 miliar.

Uang tersebut diduga merupakan suap dari Hariman terkait kasus impor daging sapi yang tengah membelitnya. Semua transaksi itu tercatat dalam buku bank bersampul merah yang dibuat oleh karyawan Hariman.

Namun, kemudian ada tiga penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat itu yang menyobek halaman dalam buku catatan tersebut. Ketiga penyidik yang diduga melakukan pengrusakan barang bukti itu diduga dari institusi Polri. Mereka adalah adalah Harun, Roland Ronaldy, dan Ardian Rahayudi.

Mantan Pimpinan KPK Bambang Widjojanto menuturkan, penyobekan itu salah satu motifnya diduga untuk menghapuskan nama salah satu petinggi penegak hukum yang mendapatkan transaksi ilegal dari PT Impexindo Pratama milik Basuki Hariman.

”Tertulis dalam Indoleaks Tito Karnavian paling banyak menerima uang dari Basuki Hariman saat menjabat Kapolda Metro Jaya atau kepala BNPT,” ujar Bambang dalam keterangan tertulisnya, Selasa (9/10).

Namun, yang paling dipersoalkan seharusnya, dimana posisi pimpinan KPK. Sebab, kejahatan luar biasa terjadi di depan mata. ”Tidak ada pilihan lain, pimpinan KPK harus bangkit bertindak waras dan menegakkan keberaniannya,” terangnya.

Perlu dipastikan, apakah juga sudah ada pemeriksaan yang dilakukan Pengawas Internal KPK. Lalu, benarkah hasil pemeriksaan itu telah disampaikan pimpinan KPK ke Dewan Pertimbangan Pegawai. ”Bila itu tidak benar, maka pimpinan KPK telah sengaja menyembunyikan tindakan kejahatan,” ungkapnya.

Sementara Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menuturkan, berita penyebutan nama Kapolri itu pernah muncul pada 2017 lalu. Artinya, berita ini dimunculkan kembali saat ini.

”Saat itu sudah diklarifikasi oleh Polri,” ujarnya.

Bahkan, Basuki Hariman juga telah diperiksa Polda Metro Jaya untuk memastikan kebenarannya. Dia mengatakan, saat itu Basuki tidak mengakui apa yang tertulis. ”Dia menulis si A, si B atau si C untuk mengeluarkan uangnya. Karena dia takut, istrinya juga ikut mengontrol keuangan perusahaan,” paparnya.

Ada informasi, Kapolri dipanggil ke Istana karena kasus tersebut, Selasa (9/10). Terkait ini Setyo menuturkan kedatangan Kapolri ke Istana karena ada pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Wan Azizah Wan Ismail.

”Ada acara itu, sama-sama menteri juga,” jelasnya.

Yang pasti, kata Setyo, Polri akan mempelajari isu tersebut. Kalau nantinya ditemukan itu kabar bohong atau hoaks tentu akan dibuang. ”Kami tidak ingin membuang-buang waktu. Kita fokus untuk kasus Ratna Sarumpaet,” ujarnya.

Apakah Polri curiga kalau ada yang sengaja memunculkan isu ini jelang Pilpres? Setyo langsung berceletuk. ”Bukan karena Pilpres, tapi karena sedang tangani kasus Ratna,” ujar mantan Wakabaintelkam tersebut.

Sementara itu, Kapolri Tito Karnavian terpantau menghadap Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa(9/10). Sekitar pukul 11.00 WIB, dia terlihat masuk ke gedung Istana menggunakan mobil buggy bersama dua orang yang mendampinginya.

Saat Tito masuk, Presiden baru saja menuntaskan pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia Wan Azizah Wan Ismail yang digelar pukul 10.00 WIB. Sayangnya, Tito meninggalkan Istana tanpa terlihat pantauan media.

Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi Sapto Prabowo mengaku tidak tahu terkait kedatangan orang nomor satu di Korps Bhayangkara itu ke Istana. Saat ditanya apakah terkait dengan kasus dugaan suap dari Basuki Hariman, mantan juru bicara KPK itu kembali menolak berkomentar.

“Aku ga ngerti,” tuturnya. (idr/tyo/far)

Update