Jumat, 26 April 2024

Berharap Air Dari Waduk Tua

Berita Terkait

Ketersediaan air bersih di Batam menimbulkan khawatiran. Sejumlah waduk tua tak sanggup lagi menyuplai air bersih ke palanggan yang jumlahnya terus bertambah. Pembangunan waduk baru di Batam sangat mendesak.

JUNIARTI Saragih, 31, merapikan ruang tamu setelah tamu terakhir meninggalkan rumahnya di kawasan Tiban, Kamis (11/10) malam lalu. Rumahnya baru saja menjadi tempat kebaktian keluarga. Aneka gelas dan piring bekas snack ia pindahkan ke wastafel. Namun ua tak segera mencucinya. Sebab aliran air di rumahnya mati.

“Nanti tunggu airnya hidup dulu. Biasanya jam 11 (23.00 WIB) baru hidup,” ujar ibu dari Peter ini.

Juni mengaku, sudah sebulan ini di kompleksnya mengalami gangguan suplai air bersih dari PT Adhya Tirta Batam (ATB). Gangguan ini selalu teratur. Air mengalir mulai pukul 23.00 WIB sampai pukul 07.00 WIB keesokan harinya. Setelah itu aliran air terhenti hingga pukul 11 malam. Begitu seterusnya.

Sebagai pelanggan, Juni mengaku tidak tahu persis apa penyebab tersendatnya suplai air bersih dari ATB itu. “Apa karena kami tinggal pada dataran yang tinggi ya?” katanya menduga.

Kondisi serupa dirasakan Ezra. Warga perumahan Kartini, Sekupang, ini mengaku ia dan warga lainnya sudah mengalami gangguan suplai air bersih sejak beberapa bulan yang lalu. “Sudah makanan sehari-hari itu mbak,” ungkap Ezra di Sekupang, Rabu (10/10) lalu.

Pegawai di perusahaan BUMN ini mengatakan, kondisi gangguan air bersih seperti ini pernah mereka alami di 2015 lalu. Saat itu, hampir empat bulan mereka mengalami gangguan pasokan air.

Warga Tiban Indah, Yulitavia, juga mengalami kondisi yang sama. Suplai air bersih di Tiban Indah juga hilang timbul. Terutama saat akhir pekan. Menurut dia, ini terjadi karena banyak warga yang melakukan aktivitas rumah tangga saat akhir pekan.

ilustrasi

“Di sini mau mencuci, di sana juga mau mencuci, jadi airnya sama-sama tidak mengalir. Akhirnya berhentilah semua,” ungkap dia.

Warga Tiban lainnya, Arreza MP mengungkapkan rumah pertamanya di Sekupang yang ia sewakan kepada orang lain di Sekupang sering mengalami gangguan pasokan air.

Gangguan pasokan air bersih ini juga dirasakan warga di beberapa kompleks lain di Tiban dan Sekupang. Seperti Perumahan Delta Villa, Maya Villa, Mutiara View, Puri Malaka, Tiban Makmur Nirwana, dan Tiban Global serta sebagian Tiban Kampung. Termasuk juga beberapa kawasan wisata seperti Rumah Senang di Tanjung Pinggir.

Persoalan ini bahkan merembet ke beberapa kawasan Bengkong dan Baloi, seperti Baloi Indah. Warga di kawasan Baloi Indah mengeluhkan kondisi penurunan debit air ke rumah mereka sejak tiga pekan belakangan ini.

Najwa Aaliyah N, 32, anak kos di Baloi mengaku sudah tiga pekan ini debit air di kamar mandinya menurun. Bahkan ada beberapa kali mati mendadak lebih dari 5 jam dalam sehari.

“Dalam seminggu itu bisa jadi tiga hari mati seperti itu. Apesnya lagi, pas pagi saat mau mandi hendak berangkat kerja. Eh air mati,” ujarnya.

***

Head of Corporate Secretary PT ATB Maria Y Jacobus mengakui, beberapa pelanggan ATB di wilayah Sekupang memang berpotensi mengalami gangguan suplai air bersih. Khususnya pada pelanggan dengan lokasi-lokasi pada elevasi tinggi. Mereka kalah bersaing mendapatkan suplai air dengan pelanggan yang berada pada lokasi yang lebih rendah.

“Sifat air itu adalah mengalir pada daerah yang terendah dulu baru naik ke lokasi yang lebih tinggi,” jelasnya.

Namun Maria menerangkan, situasi ini tidak lepas dari keterbatasan kapasitas suplai air dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Seiharapan. Sebab kebutuhan air bersih untuk pelanggan di Sekupang dan Tiban ini dipasok dari waduk Seiharapan ini.

Kondisi waduk Seiharapan saat ini cukup memprihatinkan. Terjadi pendangkalan para akibat lumpur dari kawasan permukiman yang masuk ke dalam waduk. Kondisi ini membuat debit air menyusut dan tidak cukup untuk diolah dan didistribusikan kepada pelanggan.

Pengamatan Batam Pos, pendangkalan waduk Seiharapan diperparah dengan kondisi daerah tangkapan air yang juga memprihatinkan. Hutan-hutan di sekitar kawasan terlihat gundul. Penyebabnya beberapa kali terjadi kebakaran hutan oleh aktivitas-aktivitas ilegal. Pohon-pohon yang sebelumnya rindang, kini terlihat mati.

Dam Seiharapan merupan dam tua yang dibangun pada tahun 1978. Ini dam pertama yang dibangun di Pulau Batam oleh Otorita Batam (OB) yang kini jadi Badan Pengusahaan (BP) Batam.

Saat pertama kali dibangun, daya tampung air baku di dam tersebut mencapai 3.637.000 m3. Dam itu mampu menyuplai kebutuhan air bersi di Tiban dan Sekupang. Kala itu, wilayah Sekupang memang menjadi pusat pemerintahan dan pengembangan permukiman.

Dam Seiharapan memiliki panjang 250 meter, tinggi 17 meter, dan lebar 9 meter dengan luas daerah tangkapan air mencapai 993,02 hektare. Luas permukaan 87,64 hektare dan luas genangan 75 hektare.

Namun sejak 2015, Dam Seiharapan mulai mengalami sedimentasi. Pendangkalan area tersebut menyebabkan kekeringan Dam Seiharapan yang semakin mengkhawatirkan.

Penyusutan jumlah air baku karena daya tampung berkurang di Dam Seiharapan sangat berdampak pada kualitas, kuantitas, dan kontinuitas suplai air ke pelanggan terutama kawasan Sekupang sekitarnya. Pelanggan yang merasakan dampaknya tidak hanya kawasan industri namun juga pelanggan domestik rumah tangga.

Wilayah Sekupang memang termasuk distrik kawasan ekonomi dan pemukiman padat penduduk. Data BPS Batam tahun 2017, jumlah penduduk Kecamatan Sekupang sebanyak 127.637 orang. Naik lebih dari 25 ribu orang dari tahun 2010 yang berjumlah 101.090 orang.

Kenaikan jumlah penduduk yang tidak dibarengi dengan kenaikan volume air baku pertanda krisis air hanya tinggal menunggu waktu. Sebab, meskipun curah hujan meningkat namun jika daya tampung dam berkurang karena pendangkalan belum teratasi, tetap saja jumlah air baku tidak bisa mencukupi kebutuhan air.

Dam Sei Harapan nampak dari atas.
foto: atb batam

Padahal pada kondisi normal, Waduk Seiharapan bisa memproduksi air bersih 210 liter/detik. Menurut Maria, pihaknya sudah beberapa kali menyampaikan kondisi waduk Seiharapan ini ke BP Batam supaya lebih diperhatikan. “Diadakan pemeliharaan lanjutan. Segera dilakukan penggalian atau pengerukan kembali. Efek sedimennya sudah sangat parah,” ungkap Maria.

Melalui layar teknologi Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA), Maria menunjukkan proses dan dampak terpapar dari beberapa waduk layak produksi tersebut, ditentukan dengan Dam Level. Jika posisi level dam menyentuh minus 5 m (dari permukaan spillway), maka kondisi waduk tidak memungkinkan lagi untuk memproduksi air bersih.

Lebih detilnya lagi, jika dilihat dari layar SCADA, Dam Level Waduk Seiharapan sudah mencapai pada level minus 2,5. Itu artinya, perlu menjadi perhatian untuk segera mempersiapkan penggiliran suplai air bersih dengan menurunkan atau mengurangi kapasitas produksi.

“Apabila level dam terus menurun pada angka minus 5, maka di angka minimum ini, mau tidak mau produksi harus distop,” ujarnya.

Ibarat pasien, posisi level dam di angka minus 5 itu berarti sudah dalam kondisi sekarat. Sehingga ATB harus menghentikan produksi air bersih melalui kebijakan water rationing atau penggiliran.

“Mau tidak mau harus stop,” tegasnya.

Kebijakan water rationing ini pernah juga dilakukan pada 2015 lalu. Saat itu Waduk Seiharapan hampir mengering. Kala itu, metode rationing 2/1 (dua hari off, satu hari on) dan 3/1 diberlakukan. Demikian halnya pada 2017 lalu dan tahun ini. Apabila level Waduk Seiharapan tidak ada perubahan, maka pilihan penggiliran akan diberlakukan lagi.

Maria mengungkapkan, pada 2015 lalu Waduk Seiharapan kering karena kemarau panjang akibat badai Elnino. Sementara pada 2017 penyusutan air baku Dam Seiharapan murni karena sedimentasi yang kian buruk. Perlu dilakukan pengerukan.

“Recovery kembali. Kalau tidak maka waduk ini tak bisa diharapkan lagi. Jadi perlu perhatian khusus,” ujar Maria.

Waduk Seiharapan sendiri, dilihat dari peta Water Supply Distribution Network 2018 dari aplikasi SCADA ATB, mengcover kawasan Tiban (Sangrila, Patam Lestari, Mutiara View, kawasan industri Sekupang, Tiban BTN), Tanjung Riau, dan Tiban Palapa. Dari waduk ini juga menampung tiga reservoir dengan masing-masing kapasitas 2.000 meter kubik di Tiban, 1.000 meter kubik di kawasan Telkom, 1.000 meter kubik di kawasan Tanjungpinggir.

“Dari 279.180 akun pelanggan yang terdaftar, ada 45 ribu pelanggan yang dicover dari Dam Seiharapan. Daerah itu terbagi ke Distrik Meter Zone atau DMZ. DMZ ini memudahkan kami untuk memeriksa secara cepat keluhan pelanggan,” jelas Maria.

Terkait permasalahan waduk Seiharapan ini, ATB sudah melakukan koordinasi dan melaporkannya ke BP Batam. Menurut Maria, BP Batam sudah mengganggarkan recovery tersebut mulai 2019 mendatang.

Maria menambahkan bahwa pengerukan untuk mengatasi pendangkalan harus diimbangi dengan kelestarian lingkungan di sekitar Dam Seiharapan. Penghijauan harus digalakkan karena bermanfaat untuk mengurangi sedimentasi akibat lumpur dan lainnya sehingga pendangkalan bisa diminimalisir.

Selain permasalahan waduk ini, seiring meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan air di Batam, Pulau Batam juga sudah harus memerlukan dukungan dari pengadaan waduk baru. BP Batam saat ini telah mengembangkan satu waduk baru yakni Waduk Tembesi berkapasitas 600 liter per detik.

“Kami memerlukan dam supporting seperti waduk Tembesi ini,” ujar Maria.

Warga melihat Dam Tembesi di Barelang. Rencananya Dam ini akan beroperesi ditahun 2019. F Dalil Harahap/Batam Pos

Bukan tanpa alasan. Kebutuhan pelanggan akan air bersih selalu meningkat diikuti dengan pertumbuhan pembangunan perumahan dan industri yang meningkat, khususnya di kawasan Sagulung dan Batuaji. Diharapkan, Waduk Tembesi ini bisa mengcover para pelanggan baru dari kawasan Tanjunguncang (DMZ 10), Sagulung (DMZ 23), dan Batuaji (DMZ 11), serta Barelang (DMZ 19).

Saat ini, Kecamatan Sagulung memang paling padat penduduk. Hingga akhir tahun 2017 lalu jumlah penduduknya 258.674 orang. Sementara pada tahun 2010 jumlah warganya hanya 152.091 orang. Ada peningkatan hampir seratus persen. Sedangkan penduduk Kecamatan Batuaji sebanyak 180.680 orang. Juga meningkat dari tahun 2010 yang jumlahnya 128.974 orang.

Selama ini, dukungan air bersih untuk kawasan ini disuplai dari waduk Duriangkang dan Mukakuning. Nah untuk mengantisipasi proyeksi kebutuhan air bersih di masa yang akan datang dan ketersediaan air baku di Pulau Batam tetap tersedia, harus ada dukungan waduk baru.

“Kalau sampai Duriangkang masih mengcover empat DMZ itu sampai sekarang, dipastikan pada 2020 mendatang, Waduk Duriangkang, statusnya sudah sampai pada batas hati-hati. Jangan sampai Duriangkang juga yang masih mengcover pelanggan baru, maka Waduk Tembesi harus disegerakan beroperasi dalam waktu secepatnya,” ungkap Maria.

Maria mengatakan, saat ini, ATB dalam pengelolaan air bersihnya mampu memproduksi delapan juta meter kubik dalam satu bulan. Air bersih itu dialirkan kepada pelanggan melalui pipa sepanjang 3.964.656 kilo meter.

Andalkan Air Hujan

Ada lima waduk yang menjadi sumber air bersih masyarakat rumah tangga dan industri di Kota Batam yang dimiliki BP Batam yang menjadi sumber air baku ATB. Lima dam tersebut yakni, Duriangkang (DK), Mukakuning (MK), Sei Ladi (LD), Seiharapan (HR), dan Nongsa (NG).

ilustrasi

Namun pasokan atau sumber air baku di lima dam tersebut hanya mengandalkan air hujan. Total kapasitas waduk sebesar 3.820 liter/detik.

“Sementara, total kapasitas produksinya sebesar 3.610 liter/detik,” ujar Maria.

“Kemudian total produksi air bersih ATB sudah mencapai sekitar 3.300 liter per detik. Idle capacity-nya (kapasitas tersisa, red) sudah semakin mengecil,” terang Maria.

Dari kelima waduk ini, waduk Duriangkang yang menghasilkan 2.200 liter air bersih per detik menjadi tulang punggung ketersediaan air bersih di Batam saat ini. Sebanyak 70 persen pelanggan ATB mendapat pasokan air bersih dari waduk Duriangkang.

Menurut Maria, volume konsumsi air bersih terus meningkat seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk di kota industri ini. Data dari BPS Kota Batam, tahun 2017, jumlah penduduk Batam sebanyak 1.283.196 orang. Padahal tahun 2010 baru mencapai 954.450 orang.

Dari jumlah penduduk tersebut PT ATB telah menjangkau 99,5 persen area pelayanan. Data terbaru PT ATB, saat ini ATB sudah melayani lebih dari 278.000 pelanggan dengan fokus pendistribusian air bersih di mainland Batam.

Dengan jumlah pelanggan tersebut, ATB memproduksi sekitar 100 juta kubik air bersih per tahun. Jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dari berbagai segmen. Mulai dari rumah tangga, niaga, dan industri.

Jika dirata-rata, maka saat ini konsumsi air bersih penduduk Batam mencapai 190 liter per hari per orang. Jumlah atau volume konsumsi air bersih tersebut lebih tinggi dari rata-rata nasional.

“Nasional hanya sekitar 130 liter per hari,” ujarnya.

Sementara, ada ancaman bakal berkurangnya air baku bahkan ancaman mengeringnya waduk di Batam. Berkurangnya kapasitas air baku di Batam umumnya, selain karena faktor cuaca seperti kemarau atau El nino, juga karena pendangkalan atau terjadinya sedimentasi atau pengendapan lumpur akibat banyaknya tumbuhan liar seperti eceng gondok, dan residu-residu dari aktivitas di sekitarnya.

Harapan Baru Dam Tembesi

Terpisah, Kepala Kantor Pengelolaan Air BP Batam Binsar Tambunan mengakui memang kondisi Dam Seiharapan secara operasional hanya 50 persen saja. Butuh penanganan segera agar kondisinya bisa kembali seperti semula.

“Ini sebagai peringatan kepada kami sebagai pengelola waduk. Ini akan kami sikapi segera,” tuturnya.

Dam Tembesi di Barelang.
F Dalil Harahap/Batam Pos

BP Batam sebagai pemilik aset Dam Seiharapan pernah berencana untuk mengeruk dam tersebut. Dalam operasionalnya, BP akan menggunakan dana dari Bank Dunia. Rencana tersebut sudah bergulir sejak musim kekeringan akibat El-Nino tahun 2015 silam.

“Saat El-Nino 2015, sudah dijanjikan pengerukan. Namun hingga saat ini belum ada progres,” katanya.

Solusi jangka pendek dalam mengatasi persoalan ini, lanjut Binsar, interkoneksi untuk distribusi air bersih. “Tiap waduk punya interkoneksi. Jadi semua nyambung dari Seiladi ke Seiharapan. Dari Duriangkang ke Nongsa. Semua tersambung distribusinya,” paparnya.

Dengan demikian, ketika musim kemarau panjang terjadi, suplai air di Batam tak akan terganggu. Apalagi saat ini total kemampuan seluruh dam di Batam dalam mendistribusikan air mencapai 3.800 liter perdetik. Sementara saat ini baru 3.200 liter detik yang digunakan.

“Jadi tidak ada alasan untuk melakukan rationing,” tegas Binsar.

Sementara harapan dari Dam Tembesi belum bisa diwujudkan segara sebab butuh proses lelang untuk pengelolaannya. Badan Pengusahaan (BP) Batam baru akan mengumumkan (sounding market) pembukaan lelang pengelolaan sumber air baku Dam Tembesi pada bulan Oktober ini. Nilai lelang investasi dam ini mencapai Rp 350 Miliar.

“Lelang Dam Tembesi akan diumumkan ke publik pada Oktober ini. Mungkin dari 23 investor awal yang berminat akan bertambah lagi usai sounding market ini,” kata Deputi IV BP Batam Eko Budi Soepriyanto, beberapa waktu lalu.

Saat ini tim panitia lelang sudah terbentuk dan sudah disahkan oleh Kepala BP Batam. Proses pelelangan akan dibuka pada akhir tahun 2018.

“Tugas mereka adalah rapat berulang-ulang untuk bisa mencari formulasi bagus dalam rangka siapkan kegiatan lelang mulai bulan Oktober ini,” paparnya.

Nilai investasi pengelolaan Dam Tembesi diperkirakan mencapai Rp 250–Rp 350 miliar. “Karena investasi Dam Tembesi mahal makanya ada parameter yang harus dipenuhi oleh peserta lelang,” ujarnya lagi.

Dua hal utama yang menjadi pertimbangan adalah pengalaman dan finansial. “Pengalaman harus ada, jangan sampai diberikan suatu pekerjaan kepada orang yang tidak pengalaman. Baru urusan finansial juga dipertimbangkan karena investasi Dam Tembesi mahal,” ungkapnya.

Tugas yang dilakukan oleh pengelola Dam Tembesi sangat beragam. Ada sejumlah kegiatan penting yang harus dilakukan untuk menjamin ketersediaan air bersih Batam dari dam yang kapasitas 600 liter per detik itu.

“Pertama, perbaikan instalasi dari waduknya sendiri. Kemudian pemasangan pipa dari waduk menuju ke tempat Water Treatment Plant (WTP), ketiga perbaikan di WTP, keempat proses distribusi dari WTP ke reservoir dan kelima kegiatan distribusi air yang akan dimanfaatkan oleh ATB nanti,” ucapnya.

Untuk keadaan dam saat ini, Eko mengungkapkan bahwa airnya sudah tidak asin lagi sehingga bisa dikelola.

“Kalau bisa dimanfaatkan, kemungkinan Batam akan kekurangan air pada tahun 2021 tidak akan terjadi lagi,” pungkasnya. (cha/uma/leo)

Update