Jumat, 19 April 2024

Indonesia Tambah Utang Rp 15 Triliun

Berita Terkait

x.batampos.co.id – Dana untuk merekonstruksi wilayah paska bencana seperti di Lombok dan Sulawesi Tengah terus berdatangan dari berbagai lembaga keuangan. Setelah Asian Development Bank (ADB), World Bank turut memberikan pendanaan hingga USD 1 miliar atau Rp 15 triliun (kurs Rp 15.000).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah ingin mengundang Bank Dunia dan institusi lain untuk pembiayaan manajemen resiko bencana.

“Ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi Indonesia. Adanya bencana alam secara terus-menerus, daerah yang berbeda, bentuknya bisa berbeda-beda, Indonesia memiliki potensi untuk terus menghadapi bencana alam sehingga kita perlu mengelola dan memiliki kebijakan yang lebih baik,” ujarnya, Minggu (14/10).

Pendanaan tersebut bisa langsung dicairkan sesuai dengan permintaan pemerintah. Sebelumnya, Bank Dunia juga telah memberikan dana hibah sebesar USD 5 juta atau Rp 75,5 miliar (kurs Rp 15.100,00) untuk rekonstruksi paska bencana di Lombok dan Sulawesi Tengah. Pendanaan tersebut termasuk pemberian uang tunai kepada 150 ribu keluarga termiskin yang terdampak dalam periode 6 bulan hingga satu tahun.

Selain itu adapula tambahan sistem perlindungan sosial untuk mendukung ekonomi lokal selama masa pemulihan guna menghindari kerugian masyarakat berkepanjangan. Dana ini pun bisa mencakup program pemulihan darurat untuk pembiayaan rekonstruksi fasilitas publik, aset infrastruktur, rumah sakit, sekolah, jembatan, jalan dan infrastruktur air bersih. Ini juga bisa untuk memperkuat pengawasan dan sistem peringatan dini guna membantu pembiayaan rekonstruksi perumahan.

“Kami akan undang semua institusi yang memiliki kompetensi untuk bangun instrumen pendanaan sesuai kebutuhan bencana. Apakah seperti Meksiko, Chili, Peru, Kolombia yang membuat Pacific Alliance, Maroko buat asuransi untuk perumahan dan UMKM atau asuransi di Karibia dan Filipina,” imbuhnya.

Bank Dunia telah membuat estimasi awal tentang potensi kerugian fisik seperti infrastruktur, perumahan, dan properti lainnya akibat tsunami di Sulawesi Tengah sekitar USD 531 juta atau Rp 8,07 triliun.

Kerugian tersebut mencakup sektor perumahan sebesar USD 181 juta atau Rp 2,75 triliun. Sedangkan untuk sektor properti non perumahan mencapai USD 185 juta atau Rp 2,82 triliun dan infrasruktur sebesar USD 165 juta atau Rp 2,5 triliun. Estimasi kerugian tersebut berdasarkan hitungan analisis ilmiah, ekonomi dan teknis.

Ini belum termasuk kehilangan nyawa, kehilangan lahan dan kejatuhan ekonomi akibat kehilangan pekerjaan. CEO Bank Dunia Kristalina Georgieva mengatakan pinjaman tersebut tidak hanya bisa digunakan untuk pemulihan paska bencana di Sulawesi Tengah dan Lombok saja melainkan juga untuk lokasi lain di Indonesia.

“Kita juga menyediakan funding cash transfer untuk mendukung 150 ribu keluarga yang terdampak gempa. Terakhir, kami ingin mendukung rekonstruksi yang dilakukan pemerintah,” ujarnya. Sejumlah aksi sosial untuk korban bencana juga dihelat dalam acara AM IMF–WB 2018.

Salah satunya oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang membuka booth BRIKOPI bertema a Cup of Solidarity. Satu gelas kopi dalam acara tersebut dihargai dengan donasi senilai Rp 100 ribu. BRI sendiri awalnya menargetkan dari aksi tersebut bisa mengumpulkan dana Rp 1 miliar. Ternyata hingga hari terakhir BRI berhasil mendistribusikan 13.312 cup dengan dana yang akan disalurkan mencapai Rp 1,3 miliar. (vir/JPG)

Update