Kamis, 25 April 2024

Misteri Lenyapnya Jenazah Kolumnis Washington Post

Berita Terkait

Jamal Khashoggi
foto: bbc

x.batampos.co.id – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menepati janjinya. Senin (15/10) dia berbincang via telepon dengan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud. Mereka membahas Jamal Khashoggi dan misteri raibnya sang kolumnis Washington Post itu. Namun sikap Riyadh tetap sama. Tidak tahu soal dugaan pembunuhan sadis tersebut.

”Baru saja bercakap-cakap dengan Raja Saudi yang mengaku tidak tahu apa pun soal nasib warga Saudi itu,” cuit Trump sebagaimana dilansir Associated Press.
Tapi, menurut dia, Saudi bekerja sama dengan Turki untuk menguak tabir yang menyelimuti Khashoggi sejak 2 Oktober lalu. Dia berharap Saudi maupun Turki transparan soal investigasi gabungan tersebut.

Dalam waktu dekat, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertolak ke Saudi. Trump memerintah tokoh 54 tahun itu menemui para petinggi Saudi dan membahas langsung kasus yang menarik perhatian masyarakat global tersebut. Tapi, Pompeo juga mungkin mengusung agenda lain. Yakni, kesepakatan jual beli senjata dua negara.

Sebelum bertelepon dengan Trump, Salman membahas kasus Khashoggi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dalam komunikasi jarak jauh Minggu (14/10) malam itu, dua pemimpin menegaskan pentingnya kerja sama Saudi dan Turki dalam kasus tersebut.

Setelah itu, Salman memerintahkan penyelidikan internal terhadap kasus tersebut. Nantinya jaksa penuntut umum Saudi bekerja berdasar informasi tim gabungan Saudi-Turki.

”Beliau menginstruksikan agar penyelidikan internal itu dilakukan secepatnya,” ujar seorang pejabat Saudi kepada Reuters.

Sementara itu, media Turki memunculkan satu spekulasi lagi terkait Khashoggi. Jika semula dikabarkan pria 59 tahun itu dibunuh lantas dimutilasi, kini tersiar kabar bahwa jenazahnya dilenyapkan dengan larutan asam. Adalah Turan Kislakci, seorang teman Khashoggi, yang memunculkan dugaan tersebut.

Kislakci yang merupakan ketua Asosiasi Media Arab-Turki itu mengatakan bahwa jenazah Khashoggi tidak akan bisa ditemukan. Sebab, larutan asam telah melenyapkannya.

”Polisi dan Badan Intelijen Nasional Turki kini tengah menyelidiki klaim tersebut,” tulis Sevilay Yilman, jurnalis Haberturk.

Sayang, penyelidikan itu tak bisa secepatnya terjadi. Sebab, hingga saat ini pun penyelidik Turki belum bisa memasuki gedung konsulat Saudi di Istanbul. Memang izin sudah turun pekan lalu. Seharusnya, penyelidik sudah bisa menjalankan tugas sejak Selasa (9/10). Namun, hal itu lantas tertunda karena adanya rencana penyelidikan gabungan Saudi-Turki.

Dari Washington tersiar kabar bahwa CEO JP Morgan Jamie Dimon dan Executive Chairman Ford Motor Company Bill Ford memastikan diri tak hadir dalam konferensi investasi di Riyadh pekan depan. CEO Blackrock Larry Fink dan CEO Blackstone Stephen Schwarzman pun menyatakan tidak akan datang.

CNN melaporkan bahwa mundurnya satu per satu undangan itu mengancam konferensi bertajuk Davos in the Desert yang rencananya dihelat pada 23–25 Oktober tersebut. Padahal, acara itu digadang-gadang sebagai konferensi bisnis terbesar di era reformasi Saudi yang digagas Putra Mahkota Muhammad bin Salman alias MBS.

Saling ancam AS dan Saudi berdampak buruk bagi pasar saham dan stabilitas harga minyak dunia. Setelah saham Saudi anjlok pada Minggu (14/10), giliran harga minyak yang terkerek naik.

Robert Carnell, ekonom sekaligus ketua riset ING, menyebut kasus Khashoggi sebagai pemicu krisis ekonomi berikutnya.

”Saudi tidak akan jauh-jauh dari minyak jika membalas ancaman AS,” katanya sebagaimana dikutip CNBC kemarin. Entah itu mengurangi suplai minyak yang akan berujung pada kenaikan harga, atau malah langsung menaikkan harga. Bagi Carnell, dua opsi itu sama-sama akan membuat pasar terguncang.

Kemarin, harga minyak dunia pada bursa Asia sudah mulai baik. Harga minyak mentah Brent naik 1,29 persen per barel, menjadi USD 81,47 (sekitar Rp 1,2 juta). Sedangkan, harga minyak mentah AS diprediksi meningkat 1,14 persen menjadi USD 72,15 (sekitar Rp 1,09 juta) per barel.
(sha/c10/hep)

Update