Jumat, 29 Maret 2024

Tak Perlu Impor Beras

Berita Terkait

Dirut Perum Bulog Budi Waseso berbincang dengan Wakil Gubernur Sumbar nasrul Abit saat meninjau gudang Bulog di kawasan Mataair, Padang, Jumat sore(26/10).

x.batampos.co.id – Pemutakhiran data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut surplus beras tahun ini sebesar 2,85 juta ton. Bulog sebagai kepanjangan tangan pemerintah di bidang pangan juga menyebut saat ini stok beras dalam kondisi cukup.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh mengatakan, stok beras yang tersebar di gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia mencapai hampir 2,5 juta ton. “Itu angka yang cukup memadai,” ujarnya, Jumat (26/10).

Menurut Tri, pada kuartal akhir tahun ini serapan beras produksi petani memang sedikit turun. Namun, Bulog optimistis stok tersebut masih aman untuk mereka menjalankan tugas penyaluran.

“Termasuk untuk melakukan operasi pasar,” katanya.

Pengamat ekonomi dari Suropati Syndicate, Muhammad Ardiansyah Laitte, menyatakan jika surplus beras 2,85 juta ton tahun ini layak ­diapresiasi. Karena itu, menurut dia, Indonesia tidak perlu impor beras.

“Impor hanya membuang-buang devisa dan merugikan petani,” ucap pria yang biasa disapa Alle itu.

Dia menyebut, impor juga bertentangan dengan upaya pemerintah saat ini yang terus mendorong ekspor di tengah situasi sulit menghadapi perang dagang (trade war).

“Waktu lalu ada yang bilang, bila tidak impor akan tewas kita. Ya jangan begitulah. Ini data sudah surplus, jadi tidak bakalan tewas. Justru sebaliknya, bila tidak impor akan tewas para pehobi impor itu,” ujarnya.

Terkait metode Kerangka Sample Area (KSA) yang digunakan BPS, Alle menyatakan jika metode tersebut harus dikombinasikan dengan Sensus Beras agar lebih fair. Cukup sekali Sensus untuk dijadikan pijakan data yang kredibel dan valid.

“Perlu juga pendataan terbaru sebaran stok beras di petani, penggilingan, gudang, pasar dan pedagang, di konsumen, warung hotel, dan restoran,” jelasnya.

Sementara itu, terkait data luas baku sawah yang sebesar 7,1 juta hektare, Alle mengatakan jika data itu perlu dievaluasi. Sebab, kata dia, ada banyak padi ladang, padi gogo, dan rawa yang ditanam di tegalan atau kebun, ladang, belukar, rawa, areal hutan, dan areal sementara yang tidak diusahakan.

“Apakah itu diabaikan, padahal luasnya sangat signifikan,” katanya.(agf/jun)

Update