Kamis, 18 April 2024

Jeritan Pedagang Seken Aviari

Berita Terkait

Geliat pasar seken aviari Batuaji kian meredup. Pasar yang diwacanakan sebagai salah satu ikon pariwisata di kota Batam itu goyang. Melemahnya rupiah terhadap dollar, situasi ekonomi nasional yang belum stabil serta menjamurnya pasar kaget menjadi deretan persoalan yang serius bagi para pedagang di sana.

Eusebius Sara, Batuaji

“Jangankan berkembang, bertahan saja sudah alhamdulilah”. Itulah kalimat yang diucapkan oleh Ramli, merespon pertanyaan Batam Pos tentang situasi pasar seken Aviari, pada akhir pekan kemarin.

Ramli adalah pedagang pakain bekas asal Singapura yang menempati deretan kios bagian tengah lurusan pintu masuk dari Mall Aviari. Sudah belasan tahun dia beradu nasib dengan lembaran pakain bekas tersebut. Sebelum tahun 2014, usaha bisnis pakain bekas Ramli tergolong sukses. Dalam seminggu dia bisa meraup keuntungan jutaan rupiah.

“Itu dulu dibawah tahun 2014. Pengunjung masih ramai. Tidak saja warga Batam tapi wisatawan juga yang ke sini,” ujarnya.

Namun itu hanya bertahan hingga tahun 2014 saja. Mulai tahun 2015 keatas geliat bisnis barang seken di sana perlahan meredup seiring dengan melemahnya geliat industri galangan kapal. Peminat barang seken terus berkurang dari waktu ke waktu. Situasi yang kurang baik ini berlangsung hingga tahun 2017 lalu.

“Sangat terasa mulai tahun 2016. Omset penjualan benar-benar turun drastis. Sehari paling banyak 10 potong (baju atau celana). Padahal sebelumnya bisa mencapai ratusan potong apalagi kalau akhir pekan,” tutur Ramli.

Persoalan ini belum seberapa sebab mulai tahun 2016 keatas, wilayah Batuaji dan sekitarnya mulai tren dengan pasar kaget. Pasar kaget yang menjamur di setiap sudut pemukiman memperburuk keadaan pasar seken sebab pedagang pasar kaget juga menjual barang seken. “Pasar kaget juga ramai jualan seken jadi tambah sepihlah kami di sini,” ujarnya.

Omset penjualan Ramli dan pedagang di sana semakin menurun. Kadang ada yang tak laku sama sekali dagangan mereka dalam sehari. Usaha mereka bisa dibilang hanya untuk bertahan saja.

Segalah upaya telah dilakukan dengan menyuarakan protes terhadap keberadaan pasar kaget. Namun keadaan tak kunjung membaik. Mereka malah dihadapkan dengan situasi yang semakin sulit yakni melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar.

Harga beli pakain seken di Singapura naik drastis dari enam dollar jadi sembilan dollar perkilogramnya. Ini buruk bagi mereka sebab harga jual barang seken juga harus naik. Imbasnya omset penjualan terus digerogoti. Peminat sepih dengan keuntungan yang sangat sedikit membuat mereka tak berdaya. “Berat bang sekarang,” sebut Ramli.

Sejumlah pedagang bahkan mulai beralih menjual barang baru buatan lokal sebab harganya relatif lebih murah. Penjual meubel misalkan sementara waktu mengabaikan meubel seken asal Singapura sebab terlampau mahal dan jarang laku.

“Ya mau gimana lagi. Barang seken sekarang lagi naik harga. Orang nggak mau beli karena kemahalan. Malah meja atau kursi buatan lokal yang laku sekarang,”kata Safar, pedagang barang muebel lainnya.

foto: x.batampos.co.id /dalil harahap

Senada disampaikan Ruli, pedagang sepatu seken. Karena menurunya minat pembeli akan sepetu seken, Ruli memilih menjual sepatu baru buatan lokal dengan harga yang relatif lebih murah.

“Orang tak pandang kualitas lagi sekarang. Asalkan murah, makanya mana yang laris itulah yang kami jual,” katanya.

Keadaan yang semakin sulit ini mengharuskan pedagang di sana untuk berjuang lebih keras lagi. Terobosan demi terobosan baru harus dilakukan agar bisa bertahan. Salah satunya adalah menjajahkan dagangan mereka lewat jalur online. Jejaringan media sosial dimanfaatkan untuk menjual barang dagangan mereka, namun itu tak banyak membantu karena harga jual yang mahal tetap mempengaruhi daya beli masyarakat.

“Orang tetap tak minat karena masih kemahalan,” kata Ramli.

Harapan satu-satunya para pedagang adalah pemerintah. Program-program penanggulangan persoalan ekonomi seperti stabilitas mata uang rupiah dan stabilitas ekonomi nasional dari pemerintah sangat diharapkan. “Kami juga berharap agar rencana menjadikan pasar seken ini sebagai ikon pariwisata di Batam juga segera direalisasikan supaya ramai lagi pasar ini. Sayang sudah dikenal kemana-mana tapi kondisinya tetap seperti ini,” harap Ramli. ***

Update