Sabtu, 20 April 2024

AS Ajak Akhiri Perang Yaman

Berita Terkait

batampos.co.id – Tidak pernah ada berita ba­ik dari Yaman selama sekitar tiga tahun terakhir. Ke­hadiran militer Arab Saudi dan koalisinya di ne­gara tersebut memperparah krisis kemanusia­an di sana. Di tengah persiapan Saudi untuk menggempur Hodeidah, kota pelabuhan tersibuk di Yaman, Amerika Serikat (AS) menyerukan damai.

Selasa (30/10) Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Pertahanan James Mattis mengajak se­mua pihak yang terlibat dalam Perang Yaman be­runding. Tujuannya mencanangkan gencatan sen­jata.

’’Kita harus duduk bersama dalam waktu 30 hari,’’ tegas Mattis dalam pidato di US Institut­e of Peace (USIP) Washington seperti dilansir BBC.

Pemimpin Pentagon itu optimistis negara-negara yang berkonflik di Yaman sepakat dengan AS. Perang harus diakhiri. Menurut Mattis, Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) siap bernegosiasi dengan pemberontak Houthi. Artinya, negara-negara sekutu Saudi juga tidak akan berkeberatan menghentikan pertempuran. Negara-negara itu Bahrain, Kuwait, Mesir, Jordania, Maroko, Senegal, dan Sudan.

Nanti perundingan damai soal Yaman itu dipimpin PBB. AS, menurut Mattis, hanya akan berfungsi sebagai mediator. Karena itu, semua pihak yang berseteru dijadwalkan bertemu dengan Martin Griffiths, utusan khusus PBB untuk Yaman. Perwakilan masing-masing negara akan menemui Griffiths di Swedia pada November ini.

Sebelum AS memublikasikan gagasannya, sebenarnya Saudi siap melanjutkan perang. Pekan lalu Riyadh sudah mengirimkan sekitar 10 ribu personel militer tambahan ke Hodeidah. Saudi ingin merebut kota itu dari tangan pemberontak Houthi. Sedianya, aksi militer besar-besaran dilancarkan dalam waktu dekat.

’’Ini waktunya mengakhiri konflik dan menggan­tikannya dengan kompromi,’’ tegas Pompeo kepada Reuters. Dia berharap Saudi mengurungkan niat. Tapi, dia juga mengimbau Houthi menahan diri. Demi terselenggaranya perundingan damai, AS mendesak semua pihak meletakkan senjata.

Selain negara-negara muslim di Jazirah Arab, pendukung koalisi Saudi juga AS dan beberapa negara Eropa. Di sisi lain, Houthi didukung Iran, Qatar, dan Hizbullah. Dulu Qatar adalah bagian dari koalisi Saudi. Tapi, setelah konflik berkepanjangan dengan Saudi, Qatar meninggalkan koalisi dan menyeberang ke kubu lawan.

Sebenarnya, bukan baru kali ini AS mencetuskan dialog damai. Gedung Putih sudah beberapa kali mengusulkan perundingan. Hanya, saat itu Washington mensyaratkan perlucutan senjata Houthi sebagai kompensasi perundingan. Selain itu, Houthi harus mundur dari area yang mereka rebut dari tangan pemerintah.

Kali ini, AS sama sekali tidak menyebut tentang syarat-syarat itu. Karena itu, sejumlah pihak yakin negosiasi damai terlaksana.

Perang Yaman yang dipicu perang saudara bergolak sejak 2015. Sebelumnya, Yaman terjebak dalam pertempuran yang terimbas Arab Spring. Selama lebih dari tiga tahun, perang merenggut 10 ribu nyawa. Sebagian besar di antaranya warga sipil.

Lembaga HAM PBB memperkirakan dua pertiga penduduk sipil tewas di tangan koalisi. Tapi, ada juga yang meninggal karena penyebab lain. Wabah kolera dan kelaparan. Saat ini sekitar 8,4 juta penduduk Yaman berada di ambang kelaparan.

Presiden Peace Action Kevin Martin menyatakan bahwa penduduk Yaman membutuhkan perdamaian secepatnya. ’’Tekanan internasional yang belakangan meningkat ke Saudi bisa membuat mereka mengabulkan keinginan AS,’’ tegasnya. (sha/c19/hep)

Update