Jumat, 29 Maret 2024

Cerita Sertu Hendra dan Kopda Ali Menemukan Kotak Hitam

Berita Terkait

Para penyelam yang berhasil menemukan dan mengangkat black box pesawat Lion Air JT 610 dari kiri ke kanan adalah Instruktur Selam Batalyon Intai Amfibi Pelda Marinir Boflen Sirait, Sertu Marinir Angkatan Laut Hendra dan Kopda Marinir Angkatan Laut Nur Ali. (FEDRIK TARIGAN/JAWAPOS)

Tak ada masalah jarak pandang. Tapi, Sertu Marinir Hendra Syahputra dan Kopda Marinir Noor Ali harus berhadapan dengan arus dalam yang deras dan kontur berlumpur. Masih ada satu kotak hitam dan bodi pesawat yang harus mereka bantu untuk ditemukan.

SAHRUL YUNIZAR, Karawang

DI kedalaman sekitar 30 meter di bawah permukaan laut, dua penyelam itu ragu-ragu: benarkah barang di hadapan mereka itu yang tengah mereka cari?

Sebab, barang tersebut sudah berselimut lumpur perairan Karawang, Jawa Barat. Wujudnya tak sepenuhnya tampak dari luar. Padahal, keputusan harus segera diambil: menggali lumpur untuk mengangkat benda itu atau kembali bergerak ke tempat lain.

Di titik itu, alat penangkap sinyal black box alias kotak hitam milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sangat membantu Sertu Marinir Hendra Syahputra dan Kopda Marinir Noor Ali, dua penyelam tersebut.

”Saya tempelkan lagi alat yang dipinjamkan BPPT. Bunyinya semakin besar,” tutur Hendra kepada Jawa Pos (grup batampos.co.id) yang menemuinya di kapal Baruna Jaya.

Lantaran sudah yakin betul, Hendra dan Ali lantas mengangkat black box itu. Tanpa alat bantu apa pun, dua prajurit Batalyon Intai Amfibi 1 Korps Marinir tersebut membawa alat rekam penerbangan itu ke permukaan air. ”Diangkat manual dengan tangan,” imbuh Hendra.

Yang mereka temukan itu satu di antara dua kotak hitam Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610. Yang jatuh ke perairan Karawang pada Senin lalu (29/10). Penemuan tersebut bakal sangat membantu upaya untuk menjawab teka-teki apa yang terjadi dengan pesawat yang mengangkut 189 penumpang dan kru tersebut.

”Kami lega dan bangga bisa menyelesaikan tugas,” kata Hendra.

Tantangan yang mereka hadapi tidak ringan. Ketika memulai penyelaman, gelombang permukaan laut memang cukup tenang. Langit di atas perairan Karawang juga cerah. Hanya, arus dalam laut terasa deras. ”Arusnya lumayan kencang saat kami turun,” ungkap Hendra.

Cepatnya arus bawah permukaan laut itu menyulitkan Hendra dan Ali. Mereka pun sampai harus dituntun tali untuk mencari objek dalam air. Meski demikian, keduanya terus lincah bergerak.

Penemuan dan pengangkatan kotak hitam itu diawali tertangkapnya sinyal kotak hitam tersebut oleh KRI Rigel 933 dan Baruna Jaya pada Kamis lalu (1/11). Temuan itu lantas ditindaklanjuti dengan menurunkan penyelam yang sudah disiapkan TNI-AL. Termasuk prajurit Batalyon Intai Amfibi 1 Korps Marinir yang bermarkas di Marunda, Jakarta Utara.

Dengan menggunakan dua boat dari Marunda, mereka membelah gelombang perairan Jakarta sampai area pencarian di peraiaran Karawang, Jawa Barat. Lengkap dengan alat selam, juga penyelam andalan yang sudah punya pengalaman dalam pencarian bangkai pesawat di dalam air.

Tiba sekitar pukul 09.00 WIB, 15 penyelam batalyon tersebut langsung meluncur ke dalam laut 45 menit kemudian. Termasuk Hendra dan Ali.

Hendra, prajurit kelahiran Dumai, Riau, menyampaikan bahwa anggota TNI memang harus siap menjalankan operasi militer perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP). Contoh untuk yang terakhir adalah pencarian Lion Air PK-LQP.

Menurut Hendra, dirinya dan rekan-rekan setim sebenarnya sudah menyelam di sekitar titik ditemukannya kotak hitam itu sejak Rabu (31/10). Titik yang dia maksud berada pada sekitar koordinat S 05 48 48.051 – E 107 07 37.622 dan koordinat S 05 48 46.545 – E 107 07 38. Karena penyelaman dua hari lalu belum tuntas, mereka melanjutkan kemarin.

Ketika sudah berada di dalam laut kemarin, Hendra maupun Ali memang tak mengalami persoalan jarak pandang. Tapi, kontur dasar laut yang mereka selami terasa tidak biasa.

”Kontur dasar lautnya lumpur,” ujar Hendra.

Fokus mereka memang mencari kotak hitam. Namun, mereka juga tidak abai saat melihat banyak serpihan pesawat di dasar laut. Memang tidak mereka angkut. Tapi, tetap dilaporkan sehingga penyelam lain segera menindaklanjuti temuan tersebut.

Dari temuannya selama berada di dalam laut, Hendra melihat serpihan pesawat di sekitar koordinat yang dia selami bersama Ali tidak berdekatan. Semuanya berjauh-jauhan.

”Dan itu jarang,” ungkap dia.

Akhirnya, setelah sekitar setengah jam menyelam, yang mereka cari bisa ditemukan. Dan berhasil diangkat ke Baruna Jaya yang telah menunggu.

”Saya sangat bahagia bisa berkontribusi dalam misi pencarian ini,” kata Ali.

Keberhasilan itu pun berbuah apresiasi dari Panglima Komando Armada I Laksamana Muda TNI Yudo Margono. Hendra dan Ali mendapat penghargaan yang diserahkan langsung oleh jenderal bintang dua TNI-AL itu. ”Ini wujud reward kepada prajurit kami yang telah berhasil tadi, menemukan black box,” ungkap dia.

Penghargaan dari Yudo diserahkan di atas Baruna Jaya. Masing-masing dapat satu bingkisan. Namun, Yudo enggan menjelaskan berupa apa isi bingkisan tersebut.

”Ini rahasia kalau disampaikan. Nanti biar mereka buka sendiri,” ujarnya.

Dia berharap temuan kemarin kian memotivasi seluruh petugas yang berjuang di lapangan. Bukan hanya dari TNI. Tapi, juga petugas Basarnas, Polri, dan instansi lain yang terlibat dalam pencarian Lion Air PK-LQP. ”Kami tetap melaksanakan pencarian. Bekerja 24 jam,” terang dia.

Tugas memang belum selesai. Masih ada satu kotak hitam lainnya, yakni cockpit voice recorder, yang belum ditemukan. Juga, tentunya, badan pesawat nahas tersebut. (*/c10/ttg/jpg)

Update