Kamis, 18 April 2024

Hijrah ke BBM Pertamina Beroktan Tinggi, Mesin Kendaraan Lebih Awet

Berita Terkait

Operator SPBU Simpang Kabil, Batam, Kepri mengisi bahan bakar Pertamax Turbo ke salah satu kendaraan beberapa waktu lalu. Warga Batam saat ini banyak beralih ke bahan bakar beroktan tinggi seperti Petralite dan Pertamax Plus untuk performa kendaraan lebih baik. F. Dalil Harahap/Batam Pos

Memberikan “minum” kendaraan sesuai dengan kebutuhannya tak hanya membuat performa kendaraan menjadi lebih baik, tapi juga bisa memperpanjang umur kendaraan. Pertamina sudah sejak lama menghadirkan beberapa jenis bahan bakar minyak (BBM) yang bisa digunakan kendaran tua hingga kendaraan keluaran terbaru dengan teknologi terbaru.

MUHAMMAD NUR, Batam

JEMARI Muhammad bergegas meraih telepon pintar dari balik saku bajunya, 7 Agustus 2018 lalu. Sebuah pesan masuk ke whatsappnya. Telunjuknya menari di atas layar sentuh membuka pola kunci gawainya. Dalam hitungan detik, aplikasi whatsapp sudah ia buka untuk melihat isi pesan yang masuk.

“Oh, dari Pak Jufri,” ujarnya pada istrinya, Nisa Nisyana yang duduk di sampingnya.

Jufri seorang ahli pengobatan akupuntur yang tinggal di Perumahan Taman Mutiara Duta, Tiban, Sekupang, Batam, Kepulauan Riau. Ia menawarkan mobil kepada Muhammad.

“Assalamualaikum, saya mau nawarin mobil saya Mitsubishi Space Wagon keluaran tahun 2000. Mesin 2000 cc, surat lengkap, pajak hidup, siapa tahu bapak berminat,” tulis Jefri melalui pesan WA.

Jufri lalu mengirimkan foto-foto mobilnya dari berbagai sudut. Baik bagian eksterior maupun interiornya. Muhammad yang sudah beberapa kali datang ke rumah itu untuk terapi akupuntur, sudah pernah melihat langsung mobil tersebut. Namun belum tahu kondisi mesinnya.

“Kondisi mesin bagaimana?” tanya Muhammad, balik.

“Kondisinya oke, tak pernah ada masalah, silakan datang lihat, sekalian langsung tes,” ujar Jufri.

Muhammad pun sepakat datang ke rumah Jufri pada 8 Agustus 2018 lalu. Pukul 10.00 WIB ia sudah tiba di rumah Jufri. “Langsung tes saja,” ujar Jufri sambil memberikan kunci mobilnya ke Muhammad.

Sejurus kemudian bapak tiga anak ini memacu mobil tersebut di jalan lurus, belokan, hingga tanjakan. Setelah itu ia kembali ke rumah Jufri. “Tarikan masih bagus. Mesin masih halus. Di tanjakan masih kuat. BBM-nya pakai apa?” tanya Muhammad.

Jufri lalu menjelaskan, meski Mitsubishi Space Wagon keluaran tahun 2000, namun sudah mengusung teknologi yang maju. Menggendong mesin 2000 cc dengan menggunakan teknologi Gasoline Direct Injection (GDI) pada sistem pembakaran bahan bakarnya, mobil tersebut dirancang untuk menggunakan BBM ber-RON tinggi.

RON (research octane number) atau dikenal dengan Oktan adalah angka atau rasio yang menunjukkan besaran tekanan yang bisa diberikan sebelum BBM terbakar secara spontan.

“Mobil ini harus pakai Pertamax Plus yang beroktan 95. Tapi di Batam sekarang kan cuma ada Pertamax Turbo (oktan 98) itu jauh lebih bagus lagi,” ujar Jufri.
Mendengar mobil tersebut menggunakan Pertamax Turbo, kening Muhammad langsung berkerut. “Waduh, mahal itu, apalagi kalau Pertamax Turbo. Bisa koyak kantong,” ujarnya.

“Bisa tak pakai premium?” tanya Muhammad, lagi.

Jufri langsung mengingatkan bahwa jauh lebih baik memberi “minum” kendaraan sesuai kebutuhannya. “Kalau pakai premium larinya tersendat-sendat, berat, ngelitik, orang teknisi mobil bilang knocking karena mesin mobil ini rasio kompresinya tinggi sehingga direkomendasikan menggunakan BBM beroktan tinggi,” ungkap Jufri.

Dengan BBM beroktan tinggi, pembakarannya jauh lebih sempurna, sehingga performa mobil jauh lebih baik dan bertenaga. Jarak tempuhnya pun lebih jauh daripada menggunakan BBM jenis Premium (oktan 88). “Premium lebih cocok untuk kendaraan dengan kompresi rendah,” ujar Jufri.

Ia pun menceritakan, selama 13 tahun ia menggunakan mobil tersebut tidak pernah ada masalah karena selalu memberinya “minum” Pertamax, Pertamax Plus lalu beralih ke Pertamax Turbo setelah Pertamax Plus tak dijual lagi di Batam. Apalagi sedari awal mobil tersebut sudah menggunakan BBM beroktan tinggi.

“Ini kan seken Singapura, di Singapura BBM rata-rata beroktan tinggi di atas 90 semua dan mereka disiplin menggunakan BBM sesuai kebutuhan mesin kendaraannya,” ungkap Jufri. “Kalau tak percaya, coba tanya orang Pertamina atau teknisi yang paham mobil,” ujarnya, lagi.

Mendengar penjelasan Jufri, Muhammad menganggukkan kepala. Sejurus kemudian mereka negosiasi laluketemu angka harga yang cocok. Pada 12 Agustus akad jual beli berlangsung sekaligus serah terima kendaraan.

Muhammad kemudian memacu kendaraan yang ia beli ke kediamannya di Perumahan Legenda Malaka, Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau. “Tapi dalam perjalanan, saya masih tak begitu yakin kalau pakai premium jadi berat tarikannya,” ujar Muhammad kepada Batam Pos, Kamis(1/11/2018).

Karena penasaran, beberapa hari kemudian ia mencoba mengisi Premium. Namun karena khawatir ngelitik, ia mencapurnya dengan Pertalite yang kadar oktannya 90. “Saya isi Premium Rp 50 ribu, Pertalite Rp 50 ribu,” ujarnya.

Ia merasaka perbedaan saat menggunakan campuran Premium dan Pertalite ternyata. “Tersendat-sendat sih tidak, tapi memang lebih cepat ngacir kalau pakai Pertama Turbo,” ujarnya.

Dari beberapa literatur yang ia baca, penjelasan yang ia dapat dari pemilik sebelumnya (Jufri) ternyata benar. Mencapur dua jenis BBM yang beda kadar oktannya selain berbahaya bagi mesin untuk jangka panjang, juga tak akan menghasilkan performa jarak tempuh yang ideal karena pembakaran BBM menjadi tidak sempurna. Apalagi kalau menggunakan BBM beroktan rendah seperti Premium.

Muhammad akhirnya memilih menghentikan mencampur Premium dan Pertalite setelah dua kali pengisian. Ia memilih menggunakan Pertalite yang oktanya 90 namun harganya masih terjangkau. Itupun tidak lama. Ia kembali hijrah menggunakan Pertamax Turbo yang kadar oktannya 98 setelah mendengarkan masukan dari Edi Suprapto, teknisi mobil yang memasangkan pipa pompa pendingin mobilnya, pekan lalu.

“Mobil saya ternyata dirancang menggunakan BBM beroktan 95+ seperti tertera di balik tutup tempat mengisi BBM. Artinya minimal pakai Pertamax Plus, Pertamax Turbo lebih bagus,” ujarnya.

Edi menyarankan agar ia tetap menggunakan Pertamax Turbo jika tak ada Pertamax atau Pertamax Plus. Supaya performa mesin tetap terjaga. Pria yang sudah lebih dari 15 tahun menangani berbagai jenis mobil, mulai dari mobil tua hingga seri terbaru menilai mobil Muhammad yang sudah berusia 18 tahun itu masih bagus. Selain faktor perawatan oli, pendingin, dan komponan lainnya, juga faktor penggunaan BBM yang sesuai kebutuhan mesin mobil tersebut.

“Performa mesinnya tak kalah dengan mobil baru. Salah satunya karena pemilik sebelumnya konsisten menggunakan BBM oktan tinggi. Mobil ini rasio kompresinya tinggi, maka memang sebaiknya pakai BBM oktan tinggi,” ujarnya.

Harga BBM beroktan tinggi seperti Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus maupun Pertamax Turbo keluaran Pertamina memang lebih tinggi dibandingkan dengan Premium (bensin). Namun, Edi meyakinkan jika mau dicermati, sesungguhnya performa mesin dan jarak tempuh yang dihasilkan lebih baik dan lebih jauh dari BBM beroktan rendah yang harganya relatif murah. Juga lebih seimbang dengan jumlah lembaran rupiah yang dikeluarkan.

“Kan sayang, mesin dengan kompresi tinggi diberi minum BBM beroktan rendah yang sejatinya untuk mesin berkompresi rendah. Batuk dia, ngelitik mesinnya,” ujar Edi.

Ia menceritakan pengalamannya menangani mobil pelanggannya yang serupa dengan mobil Muhammad. Gara-gara pemiliknya nekat memberi Premium, padahal rekomendasi pabrikan Jepang harus menggunakan BBM beroktan tinggi, GDI mobil tersebut rusak. Begitupun beberapa kendaraan kompresi tinggi dengan teknologi di luar GDI.

“Cari part GDI di Batam itu susah. Untung masih ada dijual di negeri tetangga Singapura. Begitu ganti bagus lagi. Sejak itu mobilnya tak mau lagi dikasi Premium. Hijarh ke BBM beroktan tinggi. Hasilnya, mobilnya awet hingga saat ini masih bagus,” ujar Edi.

Secara teknis, Edi menjelaskan pentingnya memberi “minum” kendaraan sesuai BBM yang dibutuhkan. Dalam hal ini kendaraan kompresi tinggi memang minumnya sebaiknya BBM beroktan tinggi. Terutama kendaraan keluaran baru saat ini umumnya memiliki rasio kompresi mesin yang tinggi, sehingga BBM-nya harus sinergi dengan yang dibutuhkan. Tentu BBM beroktan tinggi seperti Pertamax, Pertamax Plus atau Pertamax Turbo.

Yang paling dikhawatirkan, kata Edi, jika kendaraan memiliki rasio kompresi mesin yang tinggi, diberi BBM oktan rendah. Bisa menyebabkan knocking atau ngelitik akibat pembakaran menjadi tidak sempurna di dapur pacu.

Gambaran sederhananya, lanjut pria yang juga bekerja di bengkel Auto Sport 1 di kawasan Mega Legenda 2 Batam Centre ini, jika menggunakan BBM oktan rendah sementara rasio mesin berkompresi tinggi, maka yang terjadi di dapur pacu, campuran udara dan BBM akan meledak sendiri sebelum ada percikan api dari busi.

Akibatnya, piston belum muncul sempurna sudah dihantam ledakan bahan bakar bercampur udara yang meledak sebelum ada percikan api dari busi sehingga tenaga yang dihasilkan tak maksimal. “Lama-lama pistonnya bisa jebol, akselerasi kendaraan juga menjadi kurang bagus karena terasa berat,” ujarnya.

Berbeda jika rasio mesin berkompresi tinggi diberi BBM beroktan tinggi. Pembakaran di dapur pacu akan sempurna. Campuran BBM dengan udara baru akan meledak setelah ada percikan api dari busi, sehingga pergerakan piston sesuai dengan semestinya. Hasilnya, tenaga yang dihasilkan menjadi lebih maksimal.

Selain itu, penggunaan BBM oktan tinggi seperti Pertamax, Pertamax Plus atau Pertamax Turbo juga menghasilkan ruang bakar yang bersih, sehingga mengurangi biaya perawatan dan mesin lebih awet. Emisi gas buang juga menjadi lebih ramah lingkungan.

“Jadi perlu disinergikan spesifikasi kendaraan dengan kebutuhan bakarnya. Itu tadi, kalau rasio kompresi kendaraan tinggi ya pakai BBM oktan tinggi. Pertamina sudah menghadirkan varian BBM beroktan tinggi sesuai kebutuhan kendaraan yang ada,” ujarnya.

Edi kemudian mengutip apa yang pernah disampaikan Indra Pratama, Commercial Fuel Marketing PT Pertamina. Kalau kendaraan dengan rasio kompresi mesin lebih tinggi diberi BBM oktan rendah, jarak tempuhnya berkurang karena pembakaran tidak sempurna. Bahkan bisa menimbulkan flek atau ngelitik.

“BBM oktan tinggi harganya memang tinggi, tapi sesuai dengan kualitasnya. Performa kendaraan menjadi lebih baik dan awet. Itu penting,” ujarnya.

Area Manager Communication & Relation Pertamina Regional Sumatera Bagian Utara (Sumbagut/MOR 1), Rudi Ariffianto membenarkan penggunaan BBM beroktan tinggi pada kendaraan yang mesinnya memiliki kompresi tinggi sangat penting. Ia menyebutkan BBM Pertamina yang beroktan tinggi memiliki zat yang lebih encer dibandingkan dengan Premium yang memiliki Oktan 88.

“Kalau mesin kendaraan berkompresi tinggi memang membutuhkan BBM beroktan tinggi untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna, sehingga performa kendaraan menjadi lebih maksimal dan tidak mudah rusak. Pertamina memiliki BBM dengan kadar oktan tinggi untuk memenuhi kebutuhan kendaraan tersebut,” ujar Rudi, Rabu (7/11/2018).

Ia mencontohkan BBM Pertamina beroktan tinggi seperti Pertalite beroktan 90, Pertamax beroktan 92, Pertamax Plus beroktan 95, dan Pertamax Turbo beroktan 98, cocok untuk kendaraan yang menggunakan mesin berkompresi tinggi.

“Kalau dari sisi irit, kalau pakai BBM Pertamina yang beroktan tinggi tersebut, justerui lebih irit dan pembakaran sempurna sehingga jarak tempuh pun menjadi lebih jauh,” ujarnya.

Berbeda jika menggunakan BBM beroktan 88, maka pembakaran menjadi tidak sempurna sehingga penggunaan bahan bakar menjadi lebih boros.

Tak hanya itu, bila kendaraan dengan rasio kompresi yang tinggi menggunakan BBM dengan oktan yang rendah, akan menyebabkan pengendapan arang pada mesin kendaraan. Hal ini dikarenakan mesin kendaraan tidak melakukan pembakaran yang sempurna, sehingga berpengaruh terhadap kinerja mesin kendaraan.

Soal di Kepri kini hanya tersedia Pertamax Turbo dan sudah tak ada lagi Pertamax dan Pertamax Plus, Rudi menjelaskan pada awalnya produk yang tersedia untuk wilayah Kepri adalah Pertamax Plus, bukan Pertamax dikarenakan alasan kemudahan pasokan. Seiring perubahan produk Pertamax Plus menjadi Produk Pertamax Turbo, maka Top Tier Product yang tersedia saat ini di Kepri adalah produk Pertamax Turbo.

Namun, menyambut keinginan masyarakat terhadap produk Pertamax yang luar biasa di wilayah Kepri, Pertamina berencana akan mengadakan produk Pertamax. “Paling lambat akhir 2018 sudah ada,” ujar Rudi.

Rudi juga menyebutkan tren pembelian BBM beroktan tinggi di Kepri, khususnya Batam, cukup bagus. Proporsi penjualannya mencapai 33 persen dari total gasoline yang disalurkan Pertamina
. Hal itu tak terlepas dari kesadaran pengguna kendaraan, pentingnya menggunakan BBM beroktan tinggi agar performa kendaraan mereka lebih baik. Apalagi perkembangan kendaraan di Kepri cukup pesat. Kendaraan seperti mobil keluaran terbaru dengan teknologi terbaru cukup banyak beredar, sehingga kebutuhan BBM beroktan tinggi terus meningkat.

Pertamina saat ini gencar melakukan sosialisasi agar masyarakat beralih ke BBM beroktan tinggi melalui program Berkah Energi Pertamina. Termasuk membuka outlet-outlet baru. Selain itu, Pertamina juga melakukan edukasi ke kampus-kampus maupun komunitas. “Sponsorship kegiatan olahraga seperti IBL, Proliga, dan lain sebagainya juga dalam rangka promosi,” ujarnya. ***

Update