Jumat, 19 April 2024

Isak Tangis Iringi Tabur Bunga

Berita Terkait

batampos.co.id – Dua Kapal Perang KRI Banda Aceh 593 dan KRI Banjarmasin 592 melaju pelan mengitari 250 meter area operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11). Di atas dek helikopter keduanya, 726 pasang mata menatap pilu ke permukaan laut.

Kedua komandan kapal memperlambat mesin dan memberi kesempatan pada keluarga korban untuk melihat titik jatuhnya Pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 tersebut.

Di bawah kerumunan perahu, kapal tim SAR dan TNI AL dengan KM Teluk Bajau Victory sebagai pusatnya, mungkin tergeletak anggota keluarga dan sahabat tercinta. Menunggu untuk ditemukan dan diangkat ke permukaan.

Edi Hadrian, salah seorang keluarga korban asal palembang, awalnya tampak tenang sejak berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta pagi tadi, namun demi melihat tempat keponakannya, Amelia Rizky dijemput sang Kuasa, bapak berusia 50 tahunan ini tak kuasa menahan tangisnya.

Ia lantas didudukkan di atas kursi di dekat Buritan KRI Banda Aceh. Didampingi sang menantu keponakan, Murtadlo. Dokter Kapal KRI Banda Aceh Letkol Harjo Utomo berusaha menenangkannya.

“Saya melihat lokasi langsung down, tolonglah ya pak, diangkat ponakan saya,” katanya sambil mengusap matanya yang sembab.

Seminggu lalu Edi ingin sekali bertemu keponakannya yang menjadi pegawai BPK dan berkantor di Pangkal Pinang. Kebetulan saat itu Amelia sedang pulang ke Palembang.

“Dia pulang karena ingin berobat ke dokter gigi,” tutur Murtadlo sang suami.

Murtadlo dan Amelia tidak sampai 4 bulan menikah. Edi menyesal saat itu tidak bisa hadir di pernikahan mereka. Bagi Edi, sejak ayah Amelia meninggal, Amelia sudah ia anggap anaknya sendiri.

“Saya titip sama mamanya, saya tidak bisa menemani, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan, nanti begitu selesai saya akan ke Palembang,” katanya.

Namun sayang, saat Edi tiba di Palembang, ia mendapati Amelia sudah berangkat ke Jakarta untuk kemudian bertolak ke Pangkalpinang.

“Padahal cuma selisih 2 jam,” isaknya.

Edi berkali-kali mengucapkan terima kasih pada TNI AL, Basarnas, dan Penyelam yang telah bekerja keras mencari keluarga korban. Ia lantas dituntun kembali ke dalam tenda acara sebelum sempat ditanyai oleh para wartawan.

Elis Kristanti, asal kota Bogor juga tampak terpaku menatap permukaan air tempat sang adik, Darwin Haryanto, penumpang JT-610. Ia bahkan menolak saat beberapa orang menawarkan kelopak bunga untuk ditaburkan.

“Biasanya kalau orang meninggal kan dikuburkan, maka selesai. Kalau seperti ini kan serba tidak pasti. Istrinya (almarhum, red) di rumah menanti-nanti,” tutur suami Elis, Yuswandi.

Prosesi tabur bunga berlangsung khidmat. Rohaniawan memimpin doa dalam 5 agama. Selain keluarga korban, hadir pula sejumlah Pilot, Pramugari, dan Staff Lion Air. Dirut Lion Air Edward Sirait juga tampak hadir.

Di KRI Banda Aceh, hadir Panglima Komando Armada I (Pangkoarmada I) Laksamana Muda TNI Yudo Margono, Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) Laksda TNI R.

Achmad Rivai, dan ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi KNKT Soerjanto Tjahjono, serta Plt. Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Pramintohadi Sukarno.

Sedangkan Kabasarnas, Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi, dan Pejabat Polri naik di KRI Banjarmasin. (JPG)

Update