Rabu, 24 April 2024

Jembatan Barelang, Destinasi Wisata Batam Paling Hits di Instagram

Berita Terkait

Berdiri sejak tahun 1998, Jembatan Barelang merupakan jembatan cable stayed pertama di Indonesia. Kini, landmark Pulau Batam ini menjadi destinasi wisata favorit bagi pelancong lokal maupun mancanegara.

RIFKI SETIAWAN LUBIS, BATAM

Cuaca cerah menghiasi langit Kota Batam, Jumat (2/11) siang. Dari Kawasan Wisata Dendang Melayu, Jembatan Raja Haji Fisabilillah atau biasa dikenal sebagai Jembatan Barelang tampak terlihat gagah membentang dari Pulau Batam menuju Pulau Tonton.

Saat itu, Dendang Melayu dipadati ratusan wisatawan lokal dan mancanegara. Ikon bertuliskan Barelang Bridge di Dendang Melayu memang menjadi lokasi swafoto favorit karena berlatar belakang Jembatan Barelang.

Jembatan ini memang menjadi destinasi digital favorit karena memiliki panorama yang bagus. Baik siang maupun senja, dengan sedikit sentuhan fotografi, maka akan diperoleh foto yang menarik. Tiap tahun ada 1,5 juta wisatawan lokal dan mancanegara yang mengunjungi landmark Kota Batam ini dan mengabadikan momen disana.

Kemegahan jembatan yang juga dikenal sebagai Jembatan Satu dan Jembatan Habibie ini juga menyiratkan kekaguman bagi Eddy Sutrisno. Penulis ini tak henti-hentinya memandang takjub jembatan yang mulai dibangun pada tahun 1993 ini.

“Jembatan ini merupakan jembatan cable stayed pertama di Indonesia. Dan yang membangun merupakan insinyur-insinyur terbaik Indonesia saat itu,” ungkapnya Eddy yang juga merupakan Ketua Batam Heritage Society.

Eddy kelihatannya sudah tak sabar lagi untuk menceritakan sejarah pembangunan jembatan yang memiliki panjang 644 meter ini. Dari mimik wajahnya, ia kelihatan tidak akan menundanya barang sedetik pun.

“Jembatan ini dibangun bersama lima jembatan lainnnya untuk menghubungkan Pulau Batam hingga Pulau Rempang dan Galang,” tutur Eddy.

Kisah pembangunan dimulai pada tahun 1992. Saat itu wilayah kerja pengelola Pulau Batam yakni Otorita Batam diperluas lewat turunnya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1992. Dari yang semula hanya Pulau Batam, ditambah lagi dengan Pulau Rempang dan Pulau Galang dengan terbitnya Keppres tersebut.

Jembatan Barelang kala senja.
foto: Andi Mubestan – Humas BP Batam untuk batampos

Namun saat itu antara Pulau Batam dengan Pulau Rempang dan Galang belum ada koneksi sama sekali.

Ketua Otorita Batam saat itu yakni BJ Habibie kemudian menggagas ide pembangunan enam jembatan trans yang menghubungkan Pulau Batam hingga Pulau Galang di ujung.

“Kemudian pada tahun 1993 mulai mendesain master plan jembatan trans dengan melibatkan Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gajah Mada. Mereka membangun detail enggineering design (DED)-nya. Proyek ini disebut Proyek Trans Batam Rempang Galang (Barelang),” papar Eddy.

Bukan hanya jembatan saja yang dibangun, jalan raya juga dibangun. Total panjang jalan dan jembatan dari proyek Trans Barelang mencapai 54 kilometer, terdiri dari 52 kilometer jalan dan dua kilometer untuk enam jembatan. Total dana negara yang dikeluarkan untuk membangun proyek ini mencapai Rp 370 miliar saat itu.

“Selain itu, dasar dari pembangunan proyek ini yakni karena cetusan Teori Balon Habibie,” imbuhnya.

Teori Balon Habibie mengibaratkan perekonomian Singapura, Batam dan kawasan sekitarnya seperti sebuah sistem balon yang dihubungkan satu sama lain dengan katup.

Ketika salah satu balon terus menerus memuai, maka suatu saat tekanannya akan melebihi titik kritis sehingga bisa pecah. Untuk mencegah agar balon pertama tidak pecah, maka balon kedua dapat mengambil kelebihan tekanan melalui katup dan dapat membesar tanpa menyebabkan balon pertama kempes. Prosesnya akan terus berlanjut hingga balon ketiga, keempat dan seterusnya.

Balon pertama yakni Singapura akan terus membesar karena perekonomiannya memang maju pesat sehingga kemungkinan akan dialirkan ke Batam. Dan setelah Batam ikut membesar, kemudian diberi katup agar bisa dialirkan ke Rempang dan setelah membesar diberi katup lagi untuk dapat dialirkan ke Galang dan seterusnya.

“Menurut Habibie, balon-balon itu merupakan perekonomian suatu kawasan, akan mampu berkembang hingga tekanan kritisnya tanpa pecah atau dikempeskan balon lain,” ujarnya.

Proyek Trans Barelang akhirnya selesai pada tahun 1998. Dari enam jembatan hanya jembatan pertama yang menggunakan teknologi baru yakni jembatan cable stayed. “Untuk saat itu, jembatan ini merupakan sebuah prestasi luar biasa dari anak bangsa dan merupakan simbol keberhasilan Batam dari sisi teknologi,” ucap Eddy bangga.

Setelah selesai, maka jembatan pertama ini diberi nama Jembatan Raja Haji Fisabilillah. Nama ini merupakan figur legendaris Pahlawan Kerajaan Melayu yang menjabat sebagai Yang Dipertuan Muda Riau Keenam (1777-1784). Kalau dalam tata kelola pemerintahan, maka jabatan tersebut setara dengan perdana menteri.

Raja Haji Fisabilillah ini dikenal sebagai pribadi yang tegas, keras, berani dan cakap mengatur pemerintahan dan ekonomi. Ia juga ahli dalam siasat perang laut. Nama yang sangat cocok untuk menggambarkan kemegahan dari jembatan yang merangkai pulau-pulau ini.

Sekian dengan sejarahnya, Eddy kemudian mengungkapkan bahwa jembatan ini juga merupakan pintu gerbang menuju kawasan wisata lainnya di seputar Pulau Rempang dan Galang.

“Potensinya wisata di Rempang dan Galang itu besar, apalagi untuk mengembangkan wisata bahari berbasis ekologi. Contohnya snorkeling, fishing island, hopping, scuba diving dan potensi terbaru seperti yachting,” ungkapnya.

Pemerintah Kota (Pemko) Batam saat ini masih mengembangkan gugusan Pulau Abang yang berada di sekitar Pulau Galang sebagai kawasan konservasi laut. Sehingga jalur jalan raya Trans Barelang akan menjadi jalur favorit bagi para pelancong untuk berwisata di Batam.

Apalagi jika membahas mengenai potensi wisata di Pulau Rempang dan Galang. Hingga saat ini, kawasan tersebut memiliki sejumlah pantai-pantai indah yang siap untuk dieksplorasi wisatawan, seperti Pantai Setokok, Pantai Melayu, Pantai Melur, Pantai Vio-Vio dan lainnya. Selain itu, masih ada destinasi wisata berbasis sejarah seperti Kampung Vietnam di ujung jembatan enam Pulau Galang.

Ia juga memberikan saran kepada Pemko Batam agar mengembangkan Dendang Melayu sebagai pusat informasi wisata. “Nanti di dalamnya juga bisa dimuat mengenai sejarah Jembatan Barelang dan kalau perlu ada videonya. Jadi semacam visitor centre berpadu dengan tourism information centre,” sarannya.

Eddy yakin jika destinasi wisata unggulan seperti Jembatan Barelang dan sekitarnya digarap secara profesional, maka pariwisata di Kepri, khususnya Batam akan meningkat. Sehingga target tahun 2019 untuk mendatangkan wisawatan sebanyak empat juta orang per tahun bukanlah mimpi lagi.

“Idealnya dengan segala infrastruktur yang dimiliki Batam itu bisa mengakomodir wisawatan sebanyak tujuh juta orang detik ini juga. Jadi ini soal pengembangan destinasi wisata,” ucap Eddy dengan penuh harap.

Lighting Akan Hiasi Jembatan Barelang

Jembatan Barelang merupakan salah satu destinasi wisata yang instagrammable. Panorama dari atas jembatan setinggi 38 meter ini sangat luar biasa, karena dapat melihat lautan luas dan pulau-pulau yang terhampar di sekitarnya.

Salah seorang wisatawan mancanegara asal Inggris, Arlene Rashford mengakui hal tersebut. Ia datang jauh-jauh dari belahan bumi barat untuk menikmati alam di Asia Tenggara. Lalu, wanita bule ini datang ke Batam karena merupakan pintu gerbang masuk menuju Indonesia.

Ia mencoba menghabiskan waktu selama seminggu di Batam. Baru setelah itu menuju Bali dan negara Asia Tenggara lainnya. Arlene sangat tertarik dengan Jembatan Barelang ini karena memiliki pemandangan yang indah.

“Laut di sekelilingnya. Ini pemandangan yang keren. Luar biasa,” ungkapnya dengan nada yang bersemangat.

Sebenarnya, target utama dia adalah mengunjungi Kampung Vietnam. Arlen menyukai destinasi wisata sejarah. Namun saat melewati jembatan ini, ia berhenti sebentar untuk menikmati pemandangan laut di depan mata.

“Jembatan bisa juga dikatakan sebagai destinasi wisata sejarah karena juga merupakan saksi tumbuhnya dari sebuah peradaban,” ungkapnya.

Setelah itu, ia mengambil beberapa foto dirinya berlatar belakang Jembatan Barelang sebagai kenang-kenangan. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya ke Kampung Vietnam.

Pemandangan yang bagus memang menjadi alasan mengapa banyak pelancong yang suka berswafoto di Jembatan Barelang. Jembatan Barelang memang menjadi destinasi wisata di Batam yang paling banyak diposting di Instagram.

Di Instagram, ada sekitar 24.500 foto dengan tagar Barelang Bridge. 9284 foto dengan tagar Jembatan Barelang dan 1659 foto dengan tagar Jembatan Barelang Batam.

Ini membuktikan bahwa jembatan kebanggaan masyarakat Batam ini memang instagrammable dan menjadi favorit wisatawan. Otorita Batam yang sekarang telah berganti nama menjadi Badan Pengusahaan (BP) Batam selaku pemilik aset Jembatan Barelang menyadari hal tersebut.

Pemandangan dan nilai historisnya memang menjadi sumber daya pikat yang mampu menarik minat wisatawan. Kepala BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan akan menyulap Jembatan Barelang menjadi lebih cantik lagi. Caranya adalah dengan memberikan pencahayaan kepada jembatan kebanggaan masyarakat Batam ini.

ā€œKami berencana dan mudah-mudahan terlaksana siapkan satu desain untuk Jembatan Barelang. Jembatan tersebut akan diberi pencahayaan (lighting),ā€ kata Kepala BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo belum lama ini.

Pencahayaan yang diberikan ke Jembatan yang memiliki nama lain yakni Jembatan Raja Haji Fisabilillah ini akan menciptakan ikon baru selain dari jembatan itu sendiri.

ā€œJembatan Barelang akan punya cahaya gemerlap dan akan jadi tambahan ikon. Dan kami usahakan desainnya segera selesai dan prosesnya bisa diselesaikan di akhir tahun 2018,ā€ harapnya.

Tentunya dengan ditambahkan pencahayaan tersebut menjadikan Jembatan Barelang lebih terang dan penuh warna warni, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun internasional saat mengunjunginya.(*)

Update