Jumat, 19 April 2024

Menjual Kesunyian di Laut Bintan

Dipasarkan Secara Digital, Terkenal hingga Eropa

Berita Terkait

Turis menikmati sunset di atas kelong di laut Bintan. Foto: dok.traveller Bintan

Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau memang terkenal dengan pariwisatanya. Khususnya kawasan wisata Lagoi. Ada banyak resort di sana. Keindahan pantai dan lautnya tak kalah dengan Bali. Ratusan ribu wisatawan berkunjung ke sana setiap tahunnya. Pengelola wisata juga berlomba membuat event bertaraf internasional. Namun ada satu destinasi wisata berbeda di Bintan yang kini terkenal hingga ke Eropa.

MUHAMMAD NUR, Bintan

WISATA tak selalu identik dengan hingar bingar musik remix dari suatu tempat hiburan malam di suatu kawasan pariwisata. Juga tak selalu identik dengan minuman beralkohol ditemani wanita-wanita cantik nan seksi yang bisa menjadi selimut malam. Juga tak selalu identik perjudian yang dibalut gelandang permainan (gelper).

Bagi sebagian wisatawan, kesunyian malam di alam terbuka adalah sebuah kemewahan tiada tara. Lebih mewah dari hotel berbintang lima. Alam semula jadi bisa membuat wisatawan betah berlama-lama, menikmati karunia Tuhan yang tak bisa diukur dengan lembaran mata uang banyak negara.

Lihatlah kelong tempat menangkap ikan warga di laut Bintan. Sepintas memang hanya terlihat seperti onggokan bangunan yang tiangnya menghujam ke dasar laut. Ada juga yang bak onggokan “sampah” mengapung di atas laut yang tertambat jangkar ke dasar laut. Sebagian orang menyebutnya rumpon. Namun di Bintan lebih dikenal dengan nama kelong terapung. Alat apungnya umumnya menggunakan drum plastik yang dirakit sedemikan rupa.

Bila senja tiba, barulah mata dimanjakan dengan cahaya lampu dari kelong-kelong itu. Bila mata hari benar-benar kembali ke peraduan, kelong-kelong itu bak kunang-kunang berjejer. Sedap dipandang mata dari kejauhan. Namun siapa sangka kelong-kelong warga itu bisa disulap menjadi destinasi wisata yang memiliki nilai jual tinggi.

Selama ini, fungsi kelong yang tersebar di perairan Bintan tak lebih dari sekadar tempat menangkap ikan, udang, dan aneka hewan laut lainnya. Khususnya ikan teri. Jumlah kelong itu semakin bertambah di musim ikan teri tiba. Namun menjadi tak berguna dikala musim utara. Kelong-kelong terapung itu ditarik dan ditambat di bibir pantai. Menunggu angin dan ombak besar reda, lalu kembali ditarik ke tengah laut.

Selama ditambat, kelong itu tak menghasilkan apa-apa. Pemilik hanya bisa pasrah menunggu musim utara redah. Kadang pemilik banting setir ke pekerjaan lain agar dapur tetap mengepul. Sambil menunggu musim utara berakhir untuk kembali menarik kelong ke tengah laut untuk menangkap ikan.

Sekadar gambaran, kelong-kelong ini dibuat sekat-sekat dari kawat atau jaring dan ditaruh di permukaan hingga menjuntai ke dalam laut sedalam 3-5 meter. Sekat-sekat itulah yang berfungsi sebagai perangkap ikan.

Di Bintan, Kelong milik warga dilengkapi bangunan di sampingnya yang menyatu dengan sekat-sekat perangkap ikan. Bangunan menyerupai pondok tempat menunggu ikan-ikan memasuki ke perangkap. Juga berfungsi tempat isitirahat nelayan. Ada juga dilengkapi kamar untuk tempat istirahat yang nyaman. Juga ada ruang lain untuk tempat bersantai.

Dua setengah tahun belakangan ini, seorang wanita muda yang kaya ide bernama Mirawati mengangkat derajat kelong dari sekadar tempat nelayan menangkap ikan menjadi destinasi wisata yang menarik. Mengusung brand Traveller Bintan, wanita yang memiliki julukan si kecil cabe rawit ini menghimpun sejumlah pemilik kelong di Bintan, mengubah mindset mereka, bahwa kelong bisa menangguk lebih banyak uang tanpa menghilangkan fungsi utamanya sebagai tempat menangkap ikan.

“Ada belasan yang sudah bergabung. Ada yang punya satu kelong, ada yang dua,” ujar Mira, sapaan akrab Mirawati, Rabu (7/11/2018).

Dengan memberi sentuhan di sana sini, terutama di bagian tempat istirahat yang dilengkapi tempat tidur yang nyaman, lengkap dengan toilet dan air bersihnya, juga tempat bersantainya, kelong warga kemudian disulap menjadi “hotel” yang terapung di laut Bintan.

“Saya hanya mengarahkan, pemilik kelong yang melakukannya,” ujarnya.

Setelah menyulap kelong warga menjadi “hotel” terapung, Mira juga mengajak pemilik perahu pancung, sejenis kapal kecil bermesin tempel untuk bergabung. Fungsinya, mengantarkan wisatawan ke kelong dan ke berbagai tempat wisata lainnya di Bintan.

Para pemilik yang sekaligus driver pancung juga dibekali standar pemahaman keselamatan. Pancung-pancung yang terbuat dari kayu itu juga dilengkapi dengan alat keselamatan, seperti baju pelampung, lampu menunjuk arah, kompas, dan lainnya.

“Jadi tidak asal, karena kenyamana dan keselamatan wisatawan itu jadi prioritas utama,” tegasnya.

Tak berhenti di situ, Mira juga menggandeng anak-anak muda Bintan yang memiliki kemampuan menyelam (diving). Terutama yang sudah memiliki sertifikasi untuk diving. Tujuannya, untuk memandu wisatawan yang ingin menyelam menikmati alam bawah laut Bintan atau memandu wisatawan yang ingin snorkling.

Tak cukup sampai di situ, Mira dan tiga tim intinya juga mengajak warga yang memiliki usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di beberapa pulau dan desa untuk mengambil peran. Mereka menyediakan cenderamata atau oleh-oleh, terutama olahan makanan berbahan baku hasil laut yang bisa dinikmati langsungn atau dibawa pulang wisatawan.

Mira juga bermitra dengan sejumlah aktivis lingkungan atau pelestari hutan mangrove di Bintan. Serta berbagai elemen masyarakat lainnya. “Semua tenaga lapangan melibatkan warga tempatan di sana. Konsep kami menciptakan destinasi wisata yang berbeda dengan memberdayakan masyarakat sehingga ekonomi masyarakat juga meningkat,” ungkap Mira.

Setelah merintis jejaring itu, Mira kemudian membuatkan paket-paket wisata melalui travelnya bernama Traveller Bintan yang ia pasarkan secara digital ke market-market potensial ke berbagai belahan dunia, termasuk di dalam negeri.

“Kami mengandalkan digital marketing untuk menawarkan paket wisata kami. Kami hadir di semua platform digital, termauk di Instagram, facebook, twitter, dan platform digital lainnya dengan brand Traveller Bintan,” ujar Mira.

Cara pemasaran dengan mengandalkan digital marketing ternyata cukup efektif. Selain efisien dari sisi biaya, juga bisa langsung menyasar market potensial. Responnya pun luar biasa. Banyak pesanan masuk dari berbagai negara.

Lalu apa yang ditawarkan ke wisatawan di kelong itu? Mira menjawab kenyamanan alam semula jadi. Di kelong terapung yang sudah disulap menjadi hotel terapung di laut Bintan, turis bisa langsung disapa angin laut sepoi-sepoi yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela kelong. Turis juga bisa berjemur di siang hari sembari menikmati hamparan laut luas bersama orang tercinta.

Begitupun di sore hari, Turis bisa menyaksikan matahari tenggelam di sisi barat. Apalagi matahari seolah tenggelam di tengah laut, berganti malam yang suasananya tak kalah menariknya. Nyanyian lembut suara lautan hingga kesunyian malam di tengah laut menjadi fasilitas mewah.

Jika cuaca terang atau bulan purnama, pemandangan menjadi lebih indah. Cukup berbaring menghadap langit di atas kelong, memandangi bulan dan jutaan bintang yang kerlap kerlip menghampar begitu luas di langit jauh. Temaram cahayanya menyapa turis yang menghuni kelong.

Turis juga dengan leluasa menghirup udara malam yang sejuk, segar, bersih, dan bebas polusi.

Jika Ingin merasakan secara nyata menjadi nelayan, bisa melempar pancing atau jaring sembari bercengkrama dengan orang tercinta. Apalagi jika berada di laut saat bulan gelap, ikan-ikan akan sangat mudah mendekat dan dijaring.

Tak hanya itu, hasil tangkapan yang sangat segar, bisa diolah secara tradisional dengan bumbu segar, membuat lidah terus bergoyang. Sungguh kenikmatan yang tak dapat didustakan.

Belum lagi saat terjaga di subuh hari, kemewahan itu kembali menghampiri. Sunrise selalu menyambut dengan cahayanya yang indah di antara gumpalan awal yang seolah muncul dari tengah laut.

Turis asing dibawa keliling menikmati bakau di Bintan. Foto: dok. Traveller Bintan

Mau bermain dengan ikan-ikan dan melihat keindahan terumbu karang di siang hari? Tinggal mencemplungkan diri untuk diving atau sekadar snorkeling. Turis bisa menyapa ikan Nemo dan ikan lain beragam corak di antara terumbu karang yang indah. Sungguh akuarium raksasa yang tak berpenghujung.

“Itulah gunanya kami menggandeng warga sebagai pemandu menyelam atau snorkling,” ujar Mira.

Tak hanya itu, aneka biota laut yang punya karakater dan ciri menarik itu semakin memanjakan mata karena berenang di antara terumbu karang warna warni dengan beragam bentuk yang indah. Sungguh keindahan dan kemewahan luar biasa bagi penyuka nature dan adventure.

“Keindahan alam semula jadi itu yang kami jual dan laku dijual. Turis yang pernah mencoba pasti ingin kembali lagi,” ujar anak nelayan yang pernah menimba ilmu di Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) di Dompak, Tanjungpinang, ini.

Tak hanya menghabiskan waktu di kelong, turis juga bisa diajak berkeliling pulau menyapa warga yang mayoritas nelayan. Juga membeli aneka panganan dan oleh-oleh yang disediakan para UMKM di desa atau pulau nelayan yang disinggahi.

“Makanya kami berdayakan UMKM juga, turis bisa langsung transaksi dengan para UMKM itu. Dengan begitu, ekonomi masyarakat setempat bergerak,” ujar Mira.

Mira mencontohkan turis lokal dari Bank Indonesia pusat berjumlah 150 orang yang baru saja selesai menikmati paket wisata alam Bintan yang ia tawarkan. “Saat kami bawa belanja di UMKM milik warga, dua jam saja penjualan tembus Rp 12 juta. Lumayan membantu warga,” ujar Mira.

Turis juga bisa diajak menikmati hutan bakau. Bahkan, untuk menamkan rasa cinta pada lingkungan, turis bisa diajak menanam bakau di tepi laut yang di lokasi yang sudah disediakan.

Bahkan turis juga bisa berkunjung ke sekolah-sekolah untuk sekadar bercengkramah dengan anak-anak sekolah di pulau-pulau di Bintan. Jika ingin memberikan bantuan, juga bisa.

Rata-rata turis yang datang ingin bertemu dengan nelayan untuk sekadar berbagi cerita. “Jarang-jarang kan turis bisa ngobrol denga nelayan, di sini kita siapkan paketnya,” ujar Mira.

“Pokoknya kami selalu berusaha memberikan yang terbaik, sehingga setiap turis yang datang pulangnya punya cerita yang menarik yang bisa mereka bagi ke yang lainnya,” ujar Mira.

Sejak berdiri 24 Maret 2016 lalu, setiap tahunnya Mira kedatangan lebih dari 1000 orang untuk turis nusantara (Indonesia) dan ratusan turis asing dari berbagai negara di dunia.

“Ada yang dari Eropa, salah satunya Inggris. Banyak juga dari Asia, dan berbagai negara lainnya. Karena menggunakan digital marketing, makanya penawaran paketnya bisa ke berbagai belahan dunia,” ujar Mira.

Menariknya, turis dua atau tiga orang tetap dilayani dengan konsep privat. Artinya, tidak bercampur dengan turis lainnya. “Kami selalu menawarkan ke turis paket yang mereka inginkan, bisa kami penuhi. Rata-rata yang pernah ke sini kembali lagi dan lagi,” ungkap Mira sambil tersenyum. ***

Update