Kamis, 25 April 2024

Batuaji dan Sagulung Krisis Solar

Berita Terkait

batampos.co.id – Bahan bakar minyak (BBM) jenis solar semakin langka di Batuaji dan Sagulung. Hampir semua SPBU di sana tidak menjual solar sepanjang, Selasa (13/11) kemarin. Stok solar habis sejak sore hari sebelumnya. Akibatnya banyak kendaraan yang membutuhkan solar harus mencari ke luar wilayah Batuaji dan Sagulung.

Petugas SPBU saat ditemui menuturkan situasi seperti itu rutin terjadi hampir setiap hari selama tiga pekan belakangan ini termasuk premium. Itu terjadi karena stok solar dan premium yang didatangkan Pertamina tidak sebanding dengan permintaan masyarakat.

“Padahal rutin diantar setiap hari, tapi karena cepat habis, makanya terkesan selalu kosong setiap harinya baik itu solar ataupun premium,” ujar pimpinan SPBU Tanjunguncang, Sumardi, kemarin.

Permintaan bahan bakar solar dan juga premium diakui Sumardi meningkat drastis akhir-akhir ini. Ini karena konsumen solar dan premium bukan saja masyarakat Batuaji dan Sagulung tapi juga masyarakat pulau.

Pembelian menggunakan wadah dengan mengantongi izin dari Dinas Perikanan Kota Batam untuk kepentingan nelayan dan masyarakat pulau ternyata jauh lebih banyak ketimbang untuk kendaraan di Batuaji dan Sagulung. “Banyak mas untuk nelayan. Lebih banyak malah yang didarat ini. Mereka punya surat rekomendasi mau tak mau harus dilayani,” ujar Sumardi.

Khusus untuk SPBU Tanjunguncang, jumlah pemilik surat rekomendasi pembelian menggunakan wadah tersebut mencapai 90 an orang. Jatah solar atau premium yang harus dilayani pihak SPBU bervariatif mulai dari 430 liter hingga 2,5 ton untuk setiap pemegang surat rekomendasi. Jangka waktu pembelian jumlah kuata solar tersebut sesuai dengan masa aktif surat rekomendasi yang dipegang yakni mulai 15 hari hingga sebulan.

“Kalau dibawa 430 liter bisa seminggu saja sudah terpenuhi. Tapi kalau yang sampai 2,5 ton itu bisa sebulan. Setelah terpenuhi kuota jatah tersebut, pemegang surat rekomendasi harus urus perpanjang lagi agar bisa digunakan lagi. Kalau tidak diperpanjang tentu kami tak layani,” ujar Sumardi.

Praktek pembelian seperti itu diakui Sumardi menjadi salah satu pemicu cepat habisnya premium atauapun solar di SPBU karena dalam sekali pembelian menyedot banyak solar ataupun premium.

“Kadang kami kewalahan melayani mereka karena terlalu banyak yang memiliki surat rekomendasi ini. Makanya sekarang kami terapkan sistem antre. Kalau yang datang lapor (surat rekomendasi) hari ini, jadwal pengambilan bisa tiga atau empat hari kedepan agar stok solar bisa terbagi dengan masyarakat lainnya. Kalau semua dilayani saat itu juga, bisa-bisa kebutuhan didarat ini tidak terlayani,” kata Sumardi.

Praktek serupa juga berlaku di SPPBU lainnya disana seperti SPBU Tembesi dan Genta III. Untuk melayani permintaan solar atau premium menggunakan wadah, pihak SPBU harus menerapkan sistem antre. Dalam arti bahwa setiap hari dibatasi jumlah pembelian menggunakan wadah sekalipun semuanya mengantongi surat rekomendasi.
(ska/eja)

Update