Jumat, 19 April 2024

Ditopang Tol Informasi, Ekonomi Digital Merambah Warga di Sempadan Negeri

Berita Terkait

Usut Korupsi Insentif Pajak di Sidoarjo

Ratusan Tewas akibat Banjir Afghanistan-Pakistan

Proyek tol informasi, Palapa Ring Barat yang ditaja Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membawa dampak luar biasa bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan negara. Setelah koneksi internet kian merata, warga yang berada di pulau-pulau dan wilayah terpencil, terluar dan tertinggal (3T) di Batam kini ramai-ramai menggeluti usaha berbasis ekonomi digital. Suatu terobosan untuk memeratakan kesejahteraan sampai pelosok negeri.

RATNA IRTATIK, Batam

Kamal meraih cangkir berisi kopi di hadapannya, menyeruputnya dua kali. Setelah meletakkan cangkir, tangannya gantian meraih ponsel pintar (smartphone) yang tergeletak di meja. Ia membuka aplikasi perpesanan, Whatsapp (WA) Messenger.

Lia, saat mengecek media sosial miliknya yang digunakan untuk berjualan secara online di Batuampar, Batam, beberapa waktu lalu. (Ratna Irtatik/Batam Pos)

“Ada yang pesan kamera. Sebentar lagi saya menyeberang, nyari di Batam,” Kamal memulai perbincangan, saat dijumpai batampos.co.id di kedai kopi tepi laut yang berada di kawasan Pelabuhan Rakyat Belakangpadang, Batam, akhir Agustus lalu.

Kamal merupakan warga asli Pulau Belakangpadang, Kecamatan Belakangpadang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Pulau Belakangpadang merupakan satu di antara beberapa pulau terluar di Indonesia yang menghadap ke Selat Singapura, laut pemisah antara Indonesia dengan negara tetangga, Singapura.

Bapak satu orang anak itu memang tengah menikmati kesibukan barunya, berjualan barang secara daring (online). Meskipun, jualan lewat jagat maya itu dilakukan dalam skala yang masih sangat kecil dan ditawarkan lewat berbagai media perpesanan maupun media sosial miliknya. Perantaranya juga hanya mengandalkan ponsel pintarnya.

Barang-barang yang dijual beragam, mulai dari perangkat atau gawai elektronik, aksesoris sepeda motor, hingga barang-barang antik bekas dari Singapura yang biasa ia dapatkan di pasar barang seken Aviari, Batuaji, Kota Batam.

Untuk sampai ke Batam dari Pulau Belakangpadang, ia biasa menumpang perahu kayu dengan mesin tempel atau boat pancung. Warga menyebutnya, pompong. Setidaknya, seminggu sekali ia menyeberang ke Batam naik pompong untuk mencarikan barang pesanan dari relasinya.

“Sekarang mulai banyak yang pesan, apalagi sejak internet di sini (Belakangpadang) sudah 4G (fourth generation/generasi keempat), pesanan juga kencang,” katanya sembari tertawa.

Padahal, tutur Kamal, beberapa tahun sebelumnya jangkauan internet di pulau terluar di Indonesia itu masih sulit diakses.

“Jangankan jaringan internet, sinyal HP (handphone/ponsel) saja susah,” kenangnya.

Namun, sejak sekitar tiga tahun terakhir, kualitas jaringan ponsel dan juga internet terus membaik. Hal itu mendorong makin banyak warga yang mencoba peruntungan dengan berjualan lewat perangkat digital. Kamal hanya salah satunya.

“Banyak juga kawan-kawan yang lain yang jualan macam ini (online, red), lumayan untuk menambah pendapatan,” ujarnya.

Tak hanya Kamal. Warga yang tinggal di pesisir Pulau Batam lainnya juga mengaku mendapatkan berkah dengan pengembangan jaringan telekomunikasi seluler di wilayahnya. Seperti yang dirasakan Lia, warga yang tinggal di Tanjungsengkuang, Kecamatan Batuampar, Kota Batam.

Wanita berjilbab itu juga menekuni aktivitas berjualan aneka jenis produk fashion seperti tas, baju, hingga parfum secara daring. Ia juga memanfaatkan media sosial maupun media perpesanan untuk berjualan. Tentu saja, ia membutuhkan kualitas layanan jaringan yang bagus dari provider telekomunikasi untuk menopang aktivitasnya tersebut.

“Kalau internetnya bagus, jualan jalan terus,” kata Lia, yang juga mengaku bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta di Batam.

Ia tak memungkiri, keandalan sinyal dari provider telekomunikasi turut menopang kelancaran berbisnis. Betapa tidak, untuk mengunggah foto produk maupun berkomunikasi dengan relasi usahanya, ia membutuhkan kualitas layanan data yang cepat dan stabil. Karena itu, ia berharap peningkatan layanan data yang makin baik lagi di masa mendatang.

“Semakin banyak orang bisa mengakses internet, semakin maju bangsa kita,” katanya.

Dorong Lahirnya Banyak Start Up Lokal

Keandalan sinyal internet di wilayah Batam dan pulau-pulau sekitarnya yang masuk kawasan sempadan negeri, memang membawa pengaruh signifikan bagi pertumbuhan ekonomi digital di Batam.

Sekretaris Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia (ADEI) Kepri, Ammar Satria mengatakan, Batam kini menjadi hub atau jembatan industri teknologi, manufaktur, dan pariwisata berbasis digital antara Singapura dengan Indonesia. Hal itu juga ditekankan Presiden Joko Widodo saat bertemu Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong di Singapura, tahun lalu.

“Seharusnya warga Batam tidak perlu lagi bayar internet, data centre, bandwidth, cloud storage. Kalaupun tidak bisa gratis, biayanya harus sangat terjangkau. Mari kita bangun jaringan intranet, atau internet lokal,” kata Ammar.

Saat ini, sambung Ammar, Bagian Data dan Informasi (Datin) Badan Pengusahaan (BP) Batam (datin.bpbatam.go.id) memiliki aset data center yang sangat bagus dan canggih. Selain itu, Batam juga memiliki Indonesia Data Center (idc.co.id), Batam Techno Park (nusantaradatacenter.com) yang sudah berkelas internasional dan dunia. Itu semua dinilai mampu menunjang kemajuan industri digital di Batam.

“Semoga mampu mendukung pertumbuhan start up lokal Batam,” harapnya.

Menurut Ammar, perkembangan start up Batam sangat baik. Bahkan, di kota ini juga terdapat Batam Start up & Base Ventura melalui Batam Creative Hub, yang merupakan mitra dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Ia juga menyebut, berdasarkan data, pada tahun 2017 hanya ada 20-an start up di Batam, namun kini bertumbuh 100 persen.

“Sekarang menjadi 50-an lebih start up di tahun 2018,” sebut Ammar.

Beberapa di antara start up itu yakni olsera.com, marlinbooking.com, batamnews.co.id, Fintech PSTronik-Batam, Fintech mareco.id, batamfast.com, portalkerjabatam.com, jobsindonesia.com, ISP Medianusa Permana, springworks.co.id, ISP 3dtech.net.id, yellowapes.com, ruangkreasi.co, impactbyte.com, glints.com, kintis.id, dix-media.com, gurungaji.co, sindoferry.com.sg, indotiki.com, govakansi.com, Tanjak Nusantara, Berkarya Indonesia, Sindikat Otak Kanan, SociopreneurID, Jalanrame2, Zetta Mind Studio, Coderjs.org, Made by Me Maker Space, 3 LeavesFarm, Alamaak, Gas Pool, Raja Tas Batam, Modelux, Fingerfast Laboratory, Zewain.com, batamhomecare.id, Putra Siregar Phone Shop, dan lain-lain.

Sementara untuk food start up, lanjut Ammar, di antaranya batamliciouz.com, Kioichi Bakery, itsumo.id, jomtea.id, Sassy Lettuce, Brownerie Batam, fatboyclub.id, Cuanki Express, Takayna Bangkok, Hippie Green, its shasalicious, Dangas Coffe & Roastery, Anchor Cafe & Roastery, Nats Kitchen Boutique, Hi Fries Indo, Espotam Moex, Markobar Batam, dan lain-lain.

“Sedangkan startup Singapura yang berbasis di Batam di antaranya Glints, Vouch, Defers, Versa Fleet, Synergy Financial Adviser, Trustsource, Suzerin, Prospect, Stendard, Strangersoccer, Prospace, Smarterme, Datastrategy, Energy Co Chain, Ets Solutions, Excide, Gleematic, Haste Pay, Haulio, Hr Net Group, Impossible Marketing, Zublia, Ldr Technology, Liquid Pay, Neuentity, Nex G, P Inc, dan lain-lain,” sebut Ammar yang juga menjabat Multimedia Director Fingerfast Laboratory tersebut.

Masih menurut Ammar, potensi pertumbuhan start up baru di Batam juga terbuka lebar. Pasalnya, kalangan Small Medium Enterprise (SME’s) atau Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk bertansisi menjadi digital start up juga sangat besar.

“Mengingat ada sekitar 740.000 warga Batam sudah terhubung dengan sosial media, artinya ini menjadi dasar UKM kita berbasis digital,” katanya.

Ditopang Jaringan Telekomunikasi Andal

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kepri, Zulhendri mengatakan, jangkauan jaringan telekomunikasi terutama layanan data, memang membawa dampak positif bagi warga yang tinggal di wilayah yang berbentuk kepulauan seperti di Provinsi Kepri ini. Sayangnya, beberapa waktu lalu jangkauan telekomunikasi, terutama akses data belum merata.

Betapa tidak, dengan luas wilayah 252.601 kilometer persegi (km2) dengan mayoritas sekitar 96 persen berupa lautan dan hanya 4 persen yang berupa daratan atau pulau dan kebanyakan merupakan pulau-pulau kecil, membuat jangkauan jaringan telekomunikasi tak bisa merata. Hanya warga di beberapa pulau utama seperti Batam, Bintan, dan Karimun yang sudah bisa mendapatkan layanan sinyal yang kuat dan akses internet memadai.

“Sedangkan warga yang tinggal di ratusan pulau-pulau hinterland, baru beberapa saja yang bisa menikmati layanan internet,” terangnya.

Namun kini, selain karena penguatan jaringan komunikasi oleh operator telekomunikasi, pembangunan proyek Palapa Ring yang dilakukan pemerintah pusat melalui Kementerian Komunimasi dan Informatika (Kemenkominfo) sangat membantu pemerataan akses telekomunikasi, terutama akses data hingga ke pulau-pulau terluar. Sehingga diharapkan, efek positif seperti pertumbuhan ekonomi digital hingga warga di perbatasan negara, bukan lagi hal mustahil.

“Perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan infrastruktur dan layanan telekomunikasi yang sedang dilakukan pemerintah adalah salah satu upaya mendorong tumbuh dan berkembangnya ekosistem digital di daerah,” katanya.

Proyek Palapa Ring dibagi dalam tiga paket, yakni Barat, Tengah dan Timur. Proyek berupa pembangunan jaringan serat optik yang sebagian besar dibangun melalui bawah laut itu akan menghubungkan kabupaten/kota di wilayah 3T (terpencil, terluar, dan tertinggal). Setelah rampung keseluruhan pada 2019, seluruh wilayah Indonesia akan terjangkau jaringan broadband.

Proyek yang menjadi salah satu upaya percepatan pembangunan broadband itu, khususnya untuk Palapa Ring Barat sudah beroperasi sejak Maret 2018 lalu.

Menteri Komunukasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, Palapa Ring ini untuk melengkapi jaringan yang telah dibangun oleh operator telekomunikasi.

“Dengan adanya Palapa Ring ini, maka wilayah yang tidak tersentuh broadband akan menjadi memiliki akses broadband,” kata Menteri Rudiantara saat berada di Batam, Maret lalu.

Menteri Rudiantara juga menjelaskan, pembangunan Palapa Ring merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membangun wilayah pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

“Proyek ini membangun infrastruktur jaringan tulang punggung serat optik nasional di wilayah yang belum tersentuh jaringan serat optik karena dianggap tidak layak secara finansial,” terangnya.

Dengan adanya tulang punggung jaringan tersebut, nantinya bisa dimanfaatkan juga oleh operator swasta untuk mendukung kualitas layanan telekomunikasi hingga pulau-pulau di pelosok negeri.

Terpisah, Manager Network service Telkomsel Batam Andi Suapril mengatakan, pengembangan dan ekspansi jaringan telekomunikasi di daerah-daerah hinterland atau pulau kecil dan penyangga, merupakan salah satu fokus Telkomsel untuk mencerdaskan Indonesia.

Begitu juga, kata Andi, untuk Kecamatan Belakangpadang, Bulang dan Galang, Telkomsel terus memantau perkembangan dan pemerataan jaringan di daerah tersebut.

“Untuk Belakangpadang, sinyal sudah merata. Ekspansi terus dilakukan terutama untuk 4G,” tutur Andi.

Menurut Andi, terjadi peningkatan penggunaan layanan data di wilayah itu, dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Untuk menjaga keunggulan layanan, Andi mengatakan Telkomsel akan terus berupaya meningkatkan kualitas dan kapasitas jaringan di semua lokasi daerah terpencil. Bahkan, untuk daerah yang langsung berbatasan dengan negara luar seperti Singapura dan Malaysia.

Antara lain, memperkuat dan melakukan ekspansi jaringan dengan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) baru. Selain itu, juga menjaga keandalan jaringan dengan mengutamakan kualitas dan menjaga ketersediaan situs/tower (availability site).

“Kami juga terus meningkatkan kualitas network (jaringan) dengan modernisasi perangkat,” ujar Andi. ***

Update