Kamis, 28 Maret 2024

Seni Buat Kerajinan dengan Barang Bekas

Berita Terkait

batampos.co.id – Jangan terburu-buru membuang batok kelapa. Sebab bagi Sugeng, Dadang, serta Wagino, tiga warga Desa Rejoagung, Kecamatan Kedungwaru, ini dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan menarik.

Berdiam diri ketika cuaca mendung tidak berlaku bagi Sugeng, 33; Dadang, 30; serta Wagino, 39. Terbukti saat ditemui Jawa Pos Radar Tulungagung kemarin (14/11) sekitar pukul 15.00, mereka sedang berkumpul di rumah Wagino.

Rumah tersebut merupakan markas Komunitas Omah Seni. Tampak beberapa peralatan barang bekas berserakan di emperan rumah pria berambut gondrong itu.

Seperti batok kelapa, potongan kayu, gorden bekas penggilingan kain, serta kertas karton berwarna cokelat.

Selain itu, tampak peralatan untuk membuat kerajinan seperti pelitur, cat, gerinda, serta bor kecil. “Barang bekas yang berserakan di emperan rumah ini akan disulap lebih menarik,” terang Sugeng.

Bahkan jika barang bekas sudah menjadi kerajinan, tentu dapat dijual. Namun terlebih dulu melewati beberapa tahap pembuatan awal sampai hasil akhir.

Mereka tidak perlu membeli barang bekas. Sebab dapat mencari ke tetangga sekitar untuk dimanfaatkan menjadi barang berharga.

“Setiap rumah pasti ada batok kelapa ini. Soalnya ibu-ibu selalu memasak menggunakan kelapa. Jadi saya minta,” ungkapnya.

Tidak terkecuali dengan kayu yang melimpah di belakang rumah Wagino, dimanfaatkan menjadi pegangan entong dan irus. Untuk bahan gorden didapat dari bekas penggilingan kain dan kertas karton akan diubah menjadi asbak rokok. “Yang penting komitmen kami ini memanfaatkan barang bekas menjadi bermanfaat lagi,” ujarnya.

Diamengaku,ide membuat kerajinan dari barang bekas munculsetelah beberapa bulanterakhirada temannyadiJakartaakan melangsungkanakadnikah.

Dia bersama teman lain diminta membuatkan suvenir pernikahan. “Awalnya minta asbak, tapi kami mengusulkan ditambah entong dan irus. Teman yang ada di Jakarta setuju,” ungkapnya.

Mulai dari situlah, mereka bertiga menekuni pembuatan kerajinan itu berlanjut hingga sekarang.

Bapak satu anak ini mengaku sudah kirim sekitar 400 buah asbak, entong, maupun irus ke Jakarta.

Sementara itu, Dadang menuturkan,pembuatan kerajinanberbahan bekas dikerjakandisela-sela aktivitas sehari-hari. Yakni memilihwaktuluang semisal setelah magrib, hingga selesaipukul 22.00, dikerjakan dirumah Wagino.

“Siang masih sibuk. Saya di bengkel las, Sugeng kerja di pabrik mi, dan Wagino pekerja bangunan. Jadi bisanya malam,” tandasnya.

Semalam mereka mampu membuat 20 kerajinan entong dan asbak dengan menggunakan alat seadannya. Mereka belum berani menerima pesanan skala besar karena perlengkapan belum memadai. “Semua dari barang bekas. Selain itu, dalam pembuatan asbak, pewarna dari ampas kopi kemudian dipelitur,” ungkapnya.

Wagino menyatakan, saat membuat kerajinan, dikerjakan bersama-sama. Tentu mengerjakan kerajinan menjadi pengalaman menarik pernah terjadi.

“Saat memasang entong itu pernah ada yang terbalik dalam memasang genggamnya dan tahunya saat finishing,” jelasnya.

Bahkan pernah terkena potongan kayu di muka saat melakukan pemotongan menggunakan gerinda. Beruntung tidak mengalami luka karena menggunakan penutup kepala. (rt/did/ang/JPR)

Update