Jumat, 29 Maret 2024

Kandas di Ambang Batas

Berita Terkait

Stephani Lumban Tobing bergegas ke kantor Unit Pelaksana Teknis BKN Kepri-Batam di Gedung Bersama Pemko Batam, Sabtu (10/11). Padahal pagi itu ia baru saja melangsungkan ijab kabul pernikahannya. Acara pernikahannya digelar pukul 06.00 pagi. Sementara jadwal tes CPNS-nya tepat pukul 10.00 WIB.

Usai ijab kabul itu, segera ia menuju ke lokasi tes CPNS. Stephani bahkan masih mengenakan kebaya lengkap dengan sanggul pengantinnya. Begitu suaminya yang pagi itu mengantarnya, masih mengenakan jas lengkap.

Stephani salah satu peserta Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Batam. Ia tiba sebelum pukul 10.00 WIB. Karena aturan yang ketat terkait jadwal, Stephani tidak punya pilihan. Ikut tes di hari pernikahannya, atau dinyatakan gugur.

Koordinator pelaksanaan tes SKD di UPT BKN Kepri Batam Delpa Nopri Kasmi mengatakan, keikutsertaan Stephani tersebut menjadi hal yang unik terjadi di hari ke-16 pelaksanaan tes SKD.

“Kami tanya apa tidak dilepas dulu kebaya dan sanggulnya? Ternyata setelah tes masih ada lagi acara resepsinya, kalau dibuka repot lagi,” kata Delpa.

Meski masih memakai kebaya dan bersanggul, Stephanie mengerjakan soal-soal SKD dengan tenang. Sayang, iya tak lulus. Ia gagal di ujian Tes Karakteristik Pribadi (TKP). Sesuai ketentuan, batas minimal atau ambang batas nilai TKP adalah 143. Sedangkan nilai Stephanie hanya 122. Padahal, di dua tes lainnya, yakni Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dan Tes Intelijensia Umum (TIU), Stephanie mampu melewati ambang batas yang ditentukan.

Masing-masing ia memperoleh nilai 85 dan 80. Sementara ambang batas yang ditentukan panitia sebesar 75 untuk TWK dan 80 untuk TIU.

“Belum rezeki saja. Tapi yang dilakukan luar biasa, suasana ujian yang semula rileks, jadi tambah santai,” kata Delpa lagi.

Sementara Rini Siahaan, 32, melakukan segala persiapan untuk menghadapi tes SKD pada Senin (5/11) lalu. Jadwal tesnya pada sesi siang. Namun ia sudah siap-siap sejak pukul 08.00 WIB. Menyetrika kemeja putih dan rok panjang. Di kasurnya terlihat buku tebal berjudul Panduan Resmi Tes CPNS CAT 2018/2019 yang terlipat dibatasi penggaris. Di atasnya terletak pensil komputer 2B.

“Doain ya,” ujar Rini saat ditemui Senin (5/11) lalu.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini menyebutkan, ia pertama kalinya ia mencoba peruntungan ikut tes CPNS. Dia memilih jurusan keguruan di lingkungan Pemko Batam.

“Guru Bahasa Inggris,” ujar Rini.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2018 tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pelaksanaan Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun 2018 yang ditetapkan pada 27 Agustus 2018 lalu menyebutkan, ada tiga jenis tes SKD yang harus dilalui dalam seleksi CPNS. Tiga jenis tersebut yakni Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelijensia Umum (TIU), dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP).

Sejumlah Peserta ujian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) melihat hasil ujian usai mengikuti tes Computer Assisted Test (CAT) di Gedung Bersama Pemko Batam, Sabtu (3/11). F Cecep Mulyana/Batam Pos

Tes ini meliputi nasionalisme, integritas, kemampuan, dan pelayanan publik dari masing-masing peserta yang diuji. Dalam melaksanakan ujian itu, para peserta melakukannya dengan sistem Computer Assisted Test (CAT). Seluruh soal dikerjakan di komputer yang terintegrasi langsung ke BKN. “Passing gradenya, 80, 75, dan 143. Totalnya 298. Lewat dari itu pasti lulus SKD,” ujar Rini.

Ada 100 soal dengan waktu pengerjaan 90 menit. Waktu pengerjaan soal inilah yang dianggap Rini terlalu singkat. Artinya, satu soal, pengerjaannya tidak sampai satu menit.

“Padahal butuh waktu untuk membaca soal cerita. Lumayan panjang-panjang juga soalnya,” ungkapnya.

Pada tes SKD itu, langkah Rini juga harus terhenti. Ia tak lolos. Nilainya masing-masing TWK 35, TIU 80, dan TKP 115. “Tak apalah. Yang penting tahapannya saya sudah tahu. Semoga tahun depan ada penerimaan lagi,” ungkapnya.

Menurutnya, sistem yang diterapkan pemerintah sudah bagus untuk menjaring yang benar-benar mampu. “Ya, cuma itu, waktu pengerjaan soalnya terlalu sempit. Itu saja. Mohon ditambah lain kali. Misalnya 120 menit begitu. Sesuaikan dengan panjangnya soal cerita, khususnya di soal-soal TKP-nya,” pintanya.

Vitriani Astuti juga mengalami hal yang sama. Ia juga tidak lolos tes SKD, padahal hanya kekurangan lima poin atau satu soal yang dikerjakan salah. “Nilai TWK 85, TIU 80, dan TKP 139. TKP yang buat saya gagal,” ungkapnya.

Menurut Vitriani, soal-soal TKP sangat menjebak. Pilihan jawabannya benar-benar membuat bingung.

“Bingung dalam artian, apa harus menjawab sesuai realita atau kata hati,” ujarnya tersenyum kecut.

Vitriani sendiri mengaku ini perdana ia mengikuti tes CPNS dari jurusan Kehutanan dengan rencana jabatan Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama di Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. “Tidak rezeki tahun ini, ya coba lagi tahun depan. Saya tak mau menyerah. Semoga tahun depan ada penerimaan lagi,” ungkapnya penuh harap.

***

Sejak hari pertama Jumat (26/10), tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) memang tidak mudah. Sesungguhnya ada 150 pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemko Batam yang berhak ikut tes hari itu. Tes SKD dimulai pukul 08.00 WIB. Namun tes baru dimulai, sudah 26 orang yang gugur lebih awal. Mereka tidak hadir sehingga otomatis dinyatakan gugur.

Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPKSDM) Kota Batam, Muhammad Syahir mengatakan hari pertama tes SKD diselenggarakan tiga sesi. Ia menjelaskan, peserta datang satu jam sebelum ujian dimulai. Sebab peserta harus melakukan pendaftaran dan pengecekan persyaratan yang diwajibkan dibawa saat akan mengikuti ujian.

Kemudian peserta juga mendapatkan stempel sesuai dengan sesi tes yang mereka ikuti. Stempel itu akan dibubuhkan di tangan masing-masing peserta. Jadi, ada beberapa tahapan yang harus dilalui peserta sebelum memmasuki ruang ujian.

“Di sesi pertama ada 11 kursi yang kosong. Pesertanya tidak datang. Mungkin terlambat jadi kami nyatakan gugur,” kata Syahir saat ditemui di Kantor Bersama Pemko Batam.

Sampai pada sesi ketiga, ada 26 peserta yang absen. Maka tiga sesi tes SKD hanya diikuti 124 orang. Syahir menyebutkan peserta yang mengikuti tes diacak dari semua formasi yang tersedia. Sesi pertama rata-rata diikuti pelamar Analisis Bangunan dan Perumahan, Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman dan Pertamanan Kota Batam.

“Acak semua yang ikut tes,” ujarnya.

Syahir menjelaskan, dari 124 peserta yang ikut tes SKD hanya tujuh yang mampu mendapatkan nilai di atas batas minimal (passing grade). “Dari tiga sesi tes di hari pertama, hanya tujuh orang yang dapat nilai di atas batas minimal. Sisanya di bawah batas minimal nilai,” kata Syahir.

Para peserta tes CPNS di Batam.
foto: batampos.co.id / cecep mulyana

Dengan begitu, total peserta yang gugur pada hari pertama sebanyak 143 orang. Terdiri dari 26 peserta absen dan 117 peserta yang gagal saat tes SKD. Sehingga mereka tak bisa mengikuti tahapan seleksi CPNS berikutnya, yakni tes Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).

Sementara Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Batam Jefridin mengatakan, hingga pada hari terakhir pelaksanaan tes SKD, Sabtu (17/11), peserta yang lolos ambang batas hanya 204 orang.

Jefridin menjelaskan, sebelumnya ada sekitar 6 ribu peserta yang melamar CPNS di lingkungan Pemko Batam. Namun dari jumlah itu hanya 5.401 orang yang lolos seleksi administrasi.

Kemudian dari 5.401 peserta yang lolos administrasi itu hanya 5.074 orang yang ikut tes SKD. Sementara peserta yang tidak hadir 327 orang. Namun peserta yang lolos passing grade atau ambang batas hanya 204 orang.

Dari 204 peserta yang lolos ambang batas tersebut, skor peserta tertinggi jumlahnya 399 atas nama Rahmi Saputri. Terendah 300 atas nama Saidatun Nadrah. Peserta dari jalur lulusan terbaik ada beberapa orang. Di antaranya mendapat nilai 324 atas nama Mega Dwi Setyowati, kemudian skor 376 atas nama Yahdi, dan skor 322 atas nama Nita Arianti.

Dari jumlah peserta yang lolos tes SKD itu, Jefridin belum bisa merinci apakah memenuhi semua formasi CPNS yang dibuka Pemko Batam. Berapa jumlah peserta yang lolos di tiap formasi juga belum isa ia rinci. Adapun jumlah kuota formasi yang dibuka Pemko Batam sebanyak 363 formasi.

Jefridin mengatakan Pemerintah Kota Batam berharap formasi 363 itu terisi, meski tidak terpenuhi kuotanya. Terkait hanya ada 204 peserta yang lolos SKD, Pemko Batam akan bersurat kepada Kemenpan RB dan Panitia Seleksi Nasional (Panselnas) untuk meminta kebijakan agar seluruh formasi dari 363 kuota yang dibuka bisa terpenuhi.

“Kenapa? Karena karena kami sangat membutuhkan tenaga yang 363 ini untuk guru, tenaga medis, dan tenaga teknis,” jelas Jefridin, Sabtu (17/11).

Terkait sistem ataupun caranya, Jefridi menyerahkan kepada Panselnas. Rencananya hari ini, Senin (19/11), Sekda akan melaporkan hasil tes kepada wali kota Batam untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan menyurat kepada Panselnas.

“Administrasi sudah kita siapkan, tinggal menulis angkanya lagi. Lulus sekian, formasi sekian. Dari angka itu, berarti kita masih membutuhkan angka seratus sekian,” papar Jefridin usai memantau hari tes terakhir.

Melihat jumlah peserta yang lolos hanya 204 orang dari 5.074 peserta yang ikut tes, Jefridin juga belum bisa menyimpulkan penyebabnya apakah karena model soalnya yang memang sulit atau kualitas sumber daya manusia yang kurang mumpuni. Namun melihat angka yang lolos secara persentase, lanjutnya, Batam termasuk yang tertinggi. Itu menjadi gambaran bahwa kualitas peserta CPNS di Batam lebih baik.

“Batam masuk tertnggi dibandingkan dengan daerah lainnya di Kepri atau pun sejumlah daerah lainnya di Indonesia. Di Kepri dan daerah lainnya,” tegasnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Regional (Kanreg) XII Badan Kepegawaian Nasional (BKN), Andri Febrian menambahkan persentase peserta yang lolos tes SKD di Batam sekitar 4,8 persen dari jumlah pendaftar CPNS. Sementara derah lainnya hanya 2 persen, bahkan ada yang 1,8 persen.

“Dari jumlah pendaftar kita 4,8 ya. Daerah lain 1 koma, tidak sampai 2,” timpal Jefridin.

Namun Jefridin memastikan, nanti akan ada evaluasi pelaksanaan tes CPNS 2018 ini. Apa masalahnya sehingga peserta yang lolos tidak sampai memenuhi atau melewati formasi yang tersedia. Menurutnya bisa jadi karena masalah waktu, bisa saja karena kualitas peserta, atau soal tes yang memang standarnya tinggi.

“Nanti ada evaluasinya. Segala sesuatu yang kita kerjakan ada evaluasinya. Gunanya untuk mengetahui kelemahannya dan perbaikan untuk kedepan,” katanya.

Ia menambahkan, ambang batas yang diberikan Panselnas tersebut sesungguhnya untuk mengukur kualitas peserta CPNS. Itulah mengapa masing-masing komponen yang diujikan memiliki bobot. TWK bobotnya paling rendah 75, TIU 80, dan TKP 143.

Menurut Jefridin lagi ketiga komponen yang dinilai tersebut sesungguhnya itulah pendidikan. Sesungguhnya pendidikan itu adalah proses pendewasaan anak manusia. Kata kuncinya ada di kata dewasa.

“Apa yang dewasa itulah yang dites itu. Pertama kognitif (pengetahuan), kedua afektif (TKP), ketiga psikomotor atau keterampilan,” jelasnya.

Jadi soal yang dibuat oleh Panselnas, lanjutnya, sudah mencakup apa yang dimaksud pendidikan itu sendiri.

Ketua DPRD Batam Nuryanto juga sepakat bahwa tes CPNS memang harus memiliki standar yang tinggi. Sebab, lanjutnya, seleksi ini untuk mendapatkan calon-calon pegawai negeri sipil atau ASN yang handal dan ideal. Memiliki kualitas yang baik. Maka stadarisasi dalam pengujian ini juga harus disertai keterbukaan dan transparansi.

“Tidak boleh ada titipan dan tidak boleh ada yang main-main. Maka mulai dari penyelenggaranya, pesertanya, mulai dari pengawasnya, harus berangkat dari keterbukaan dan kejujuran,” kata Nuryanto di kantornya.

Berbicara soal CPNS, lanjut Nuryanto, harus berbicara Indonesia ke depan. Maka mulai dari penyelenggaraan CPNS sudah semestinya lebih baik. Peserta CPNS ilmunya harus diperbarui sesuai dengan kebutuhan zaman. Standar kualitas peserta harus sesuai kebutuhan dan tuntan zaman.

“Standar tidak boleh diturunkan. Karena (pelaksanaan CPNS) ini bukan sekadar mencari (PNS), tapi mencari terbaik dari yang terbaik dan ini harus terbuka,” katanya.

Apabila standar atau passing grade diturunkan, bisa memengaruhi kualitas pelayanan dari PNS itu sendiri maupun kualitas pelayanan secara umum. Sementara PNS masa depan itu harus mumpuni dan mempunya kesadaran melayani. Jadi menurutnya tidak masalah standar CPNS tinggi meski yang lolos tidak mencapai formasi yang tersedia.

“Kami mendorong yang penting pelaksanannya sudah benar. Kalaupun passing grade diturunkan, ya diambil langkah-langkah yang baik, perlu ada kaji ulang,” katanya.

***

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Privinsi Kepri turut melakukan pengawasan pada proses penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun ini. Kepala Perwakilan Ombudsman Kepri, Lagat Parroha Patar Siadari mengatakan, hal ini dirasa perlu untuk mencegah terjadinya maladministrasi dalam proses penerimaan CPNS.

“Kita tetap melakukan pengawasan CPNS di Provinsi Kepri dalam rangka mendukung penyelenggaran penerimaan CPNS yang objektif, akuntabel, dan transparan sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik,” kata Lagat.

Pengawas penyelenggaraan pelayanan publik yang sebagaimana amanat Undang-Undang (UU) Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia. Adapun proses pengawasan dilakukan mulai dari tahap pendafataran, pelaksanaan ujian hingga pengumuman hasil seleksi. Pihaknya juga perlu memastikan unit-unit pengawasan internal di setiap instansi pelaksana penerimaan CPNS bekerja sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.

Ombudsman juga mengawasi layanan unit pengaduan internal dalam merespon setiap keluhan atau aduan yang disampaikan, kemudahan peserta CPNS dalam menyampaikan pertanyaan atau keluhan mereka, serta pelayanan terhadap peserta penyandang disabilitas agar hak warga negara yang ingin mengabdi pada negara bisa terlayani dengan baik.

“Kita juga berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN),” jelasnya.
Lagat Siadari menyebutkan permasalahan CPNS 2018 terkait ambang batas yang dianggap terlalu memberatkan tidak hanya terjadi di Batam. Melainkan juga hampir di seluruh daerah di Indonesia yang menyelenggarakan tes CPNS.

Berdasarkan laporan data sementara yang baru masuk, Rabu (14/11) lalu, baru 60 persen. Dari jumlah itu, wilayah timur Indonesia tingkat kelulusannya sangat rendah, mencapai 90,59 persen. Demikian halnya di kawasan Indonesia Tengah mencapai 72,69 persen. Sementara wilayah barat termasuk data sementara dari Kepri, mencapai 58, 47 persen.

“Itu data sementara. Karena kan beberapa wilayah masih mengikuti SKD sampai 17 November nanti,” ujar Lagat ketika ditemui di kantornya di Graha Pena, Batam Centre, Rabu (14/11) lalu.

Dari persentase tersebut, Lagat menyebutkan, sebagian besar masing-masing instansi jadinya tidak memenuhi kuota formasi. (uma/cha/iza/yue)

Update