Sabtu, 30 November 2024

Jokowi dan Prabowo Beda Sikap Soal Rencana Australia Pindahkan Kedubes ke Yerusalem

Berita Terkait

batampos.co.id – Bukan hanya soal kebijakan ekonomi, kedua paslon yang bertarung di pilpres 2019 juga memiliki perbedaan pandangan soal isu luar negeri. Khususnya soal wacana pemerintah Australia yang ingin memindahkan kedutaan di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Pada Rabu (21/11), tepatnya pada forum Indonesia Economic Forum di Jakarta Pusat, Prabowo bilang bahwasanya keputusan Australia memindahkan kedutaanya di Israel ke Yerusalem bukan lah masalah bagi bangsa Indonesia.

“Saya tidak melihat (pemindahan kedutaan Australia) menjadi masalah untuk Indonesia,” kata Prabowo.

Mantan Danjen Kopassus itu memang mengaku belum mengetahui keputusan final dari Australia terkait pemindahan kedutaan ke Yerusalem. Namun, Prabowo menghargai apapun keputusan Negeri Kanguru itu untuk memindahkan kedutaanya ke Yerusalem.

“Sebagai pendukung Palestina, kami tentu punya opini sendiri. Namun, Australia juga adalah negara independen dan berdaulat sehingga kita harus menghormati kedaulatan mereka,” papar Prabowo.

Berbeda dengan Prabowo, calon presiden nomor urut 01 Jokowi justru mengambil resiko dengan tegas menolak keputusan Australia. Hal itu diungkapkan oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat ditemui awak media pada (16/10) lalu.

“Kita memang enggak pernah setuju mengenai itu. Presiden juga menyatakan enggak setuju mengenai itu,” ujar Luhut.

Kendati begitu, pemerintah menghargai wacana yang digulirkan oleh otoritas Australia. Luhut pun yakin keputusan penolakan tersebut menggangu mitra antara kedua negara.

“Mestinya sih enggak terpengaruh, jalan saja. Tapi kan kita tidak setuju. Tapi itu hak negara berdaulat untuk melakukan itu,” pungkasnya.

Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, negaranya tengah mempertimbangkan pemindahan kedutaan besar mereka untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Ini menunjukkan dukungan Australia kepada Israel.

Menurut Morrison, Australia mulai mempertimbangkan keputusan ini karena proses perdamaian antara Israel dan Palestina tak kunjung usai. “Isu utamanya adalah perebutan Yerusalem sebagai ibu kota”. (aim/JPC)

Update