Selasa, 23 April 2024

Kuota Gas ke Pangkalan Tidak Sesuai Jumlah Konsumen

Berita Terkait

Kadisperindag Kota Batam, Zarefriadi sidak gas LPG di pangkalan di Sagulung, Selasa (27/11). F Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Pemilik pangkalan gas elpiji tiga kilogram mengaku masih kewalahan melayani permintaan masyarakat. Itu karena kuata yang diterima dari agen tidak seimbang dengan jumlah permintaan masyarakat yang ada di sekitar lokasi pangkalan gas.

Chandra DM pemilik pangkalan gas di Sagulung Kota misalkan mengaku, terima 200 tabung dari agen setiap kali diantar, namun itu tetap tak mencukupi sebab masyarakat sekitar pangkalan ternyata jauh lebih banyak dari jumlah kuota gas yang diterimanya itu.

“Yang di sekitar tempat tinggal saya ini saja sudah diatas 200 KK. Belum lagi yang dari luar dan pelaku usaha kecil menengah (UKM) jadi tetap tak cukup,” ujar Chandra, Rabu (28/11).

Tingginya permintaan gas ini sebut Chandra, bukan karena ada peningkatan konsumen atau masyarakat yang berhak mendapatkan gas, namun karena jarak dari satu pangkalan dengan pangkalan yang lain berjauhan sehingga pembelian pada satu pangkalan terlampau banyak. “Sekali diantar bertahan paling sehari saja. Sore antar besok siang sudah habis. Masyarakat yang datang sore harinya sudah tak kebagian lagi sehingga terkesan langka,” ujarnya.

Senada disampaikan oleh Suyanto, pemilik pangkalan di Tanjunguncang. Kuota gas yang diterima 70 tabung dari pangkalan memang tidak mencukupi kebutuhan semua masyarakat di tempat tinggalnya. Itu karena masyarakat lebih banyak dibandingkan kuota gas yang diterima.

“Saya sudah ajukan penambahan kuota ke agen tapi tak dilayani. Masyarakat di sekitar pangkalan saya ini diatas 100 KK jadi memang agak kewalahan karena yang beli juga dari pelaku UKM,” ujar Suyanto.

Pihak Pertamina dan Desprindag kota Batam saat mengawasi peredaran gas di Sagulung, Selasa (27/11), mengakui adanya persoalan itu. Ini terjadi bukan semata karena jarak pangkalan yang berjauhan tapi ada indikasi permainan yang bisa dilakukan siapa saja untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Misalkan ada oknum warga yang membeli dalam jumlah yang banyak dan menjual kembali secara ecer dengan harga yang lebih mahal dari harga eceran tertingginya Rp 18 ribu pertabung.

“Ada banyak kemungkinan dan ini jadi perhatian serius kami kedepannya. Kami akan awasi secara ketat lagi pendiatribusian gas ini,” Kabid ESDM Disperindag Batam Januardi Arif Kurniawan.

Pihak Pertamina juga tak menampik dugaan adanya permainan tersebut sebab menurut Sales Eksekutif Elpiji Pertamina Kepri, Andri Setiawan kuota gas yang disalurkan pertamina tetap stabil sesuai dengan anjuran dari pemerintah daerah yakni 900 ribu tabung perbulan. Jumlah tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat Batam secara umum, sehingga jika terjadi kelangkaan kemungkinan pendistribusian tidak tepat sasaran atau adanya permainan oknum-oknum tertentu. (eja)

Update