Kamis, 25 April 2024

Berkunjung ke Museum Linggam Cahaya, Menjejak Sejarah Lingga

Berita Terkait

Peralatan berbahan keramik yang menjadi salah satu koleksi tertua Museum Linggam Cahaya. (Bobi Bani/JawaPos.com)

Pembaca, hingga kini, kekayaan sejarah di Lingga masih tersimpan rapi di sebuah museum di Pulau Daik. Adalah Museum Linggam Cahaya.

Untuk datang ke museum berarsitek Melayu itu bisa ditempuh dengan jalur laut. Yakni dari Pelabuhan Telaga Punggur di Kecamatan Nongsa, Kota Batam. Atau bisa pula dari Pelabuhan Sri Bintan Pura, Kota Tanjungpinang. Butuh waktu sekitar 3,5-4 jam untuk sampai ke Kabupaten Lingga.

Tercatat ada 4.960 koleksi yang tersimpan di Museum Linggam Cahaya. Sebagian besar koleksi museum merupakan barang-barang pemberian atau hibah dari masyarakat Lingga.

Kesadaran masyarakat Lingga untuk menyerahkan benda-benda bersejarah sangat membantu pemerintah.

“Semua koleksi ini didapat di Lingga. Syukur masyarakat sangat mendukung museum ini. Jadi kami bisa sama-sama menjaga,” kata Staf Sejarah Permuseuman Dinas Kebudayaan Lingga Marwan kepada jawapos.com.

Benda-benda yang tersimpan di museum dua lantai itu bervariasi. Mulai dari barang berbahan keramik, mata uang, senjata, naskah kuno, alat musik, alat pengolahan sagu, dan peninggalan sejarah kerajaan berbahan kuningan.

Salah satu yang tertua adalah barang yang terbuat dari keramik. Barang itu diketahui sudah ada sejak abad ke-14 Masehi, dan merupakan produk dari dinasti Yuan.

Museum Linggam Cahaya juga memajang pakaian masyarakat melayu zaman kerajaan. Seperti Tudung Manto, sebuah tutup kepala layaknya selendang. Namun bentuknya tidak polos. Di permukaan selendang dianyam dengan menggunakan benang dan manik-manik. Masyarakat Lingga sendiri masih melestarikan Tudung Manto dan bisa menjadi oleh-oleh bagi wisatawan.

Hal menarik dari Museum Linggam Cahaya adalah tulang Gajah Mina. Benda tersebut ditemukan hanyut di salah satu pantai di Pulau Daik. Tepatnya sekitar sebulan setelah terjadi tsunami Aceh.

Sekadar informasi, Gajah Mina masuk dalam keluarga dugong. Memiliki gading panjang, belalai diwajah, bertelinga lebar dan berekor seperti paus. Tubuhnya memiliki panjang lebih dari 12 meter. Kerangka hewan ini bagaikan raksasa di bawah laut.

“Ketika ditemukan, tidak dihinggapi lalat. Padahal sudah busuk. Mungkin karena beracun atau bagaimana. Tapi menjadi perhatian juga karena ini termasuk hewan langka. Banyak orang datang ingin lihat ini,” tutur Marwan.

(bbi/JPC)

Update