Rabu, 27 November 2024

Begini Kondisi 16 Jenazah Korban Penembakan di Papua

Berita Terkait

batampos.co.id – Pencarian korban meninggal maupun selamat di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, berlanjut kemarin (6/12). Pasukan TNI-Polri yang sudah berada di sana terus menyisir lokasi kejadian. Hasilnya, mereka kembali menemukan satu jenazah korban kebrutalan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB). Dengan demikian, hingga kemarin total yang mereka temukan 16 jenazah.

Sesuai rencana, evakuasi jenazah mulai berlangsung kemarin. Dengan menggunakan helikopter milik TNI-AD, 9 di antara 16 jenazah korban meninggal yang diduga pekerja PT Istaka Karya itu sudah dibawa ke Timika. Seluruh jenazah langsung ditangani tim dari Puslabfor Bareskrim Polri. ”Sekarang (kemarin, Red) menjalani otopsi,” terang Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi.

Perwira menengah TNI-AD yang biasa dipanggil Aidi itu menyampaikan, instansinya belum bisa memaparkan identitas setiap jenazah yang ditemukan di Distrik Yigi.

Di antara sembilan jenazah yang sudah dibawa ke Timika, tadi malam baru tujuh jenazah yang sudah teridentifikasi. Mereka adalah Agustinus T., Jepry Simaremare, Carly Zatrino, Alpianus, Muh. Agus, Fais Syahputra, dan Yousafat. Seluruhnya pekerja dari PT Istaka Karya.

Berdasar pengamatan fisik, sambung Aidi, ada beragam luka tembak pada tubuh sembilan jenazah itu. Mulai luka tembak di bagian kepala hingga dada. ”Tertembak di organ-organ yang mematikan semua,” imbuhnya. Adakah tanda-tanda bekas serangan benda tajam? Dia kembali menyebut informasi secara detail akan dilaporkan setelah otopsi. ”Nanti, itu tim Puslabfor (Bareskrim) Polri,” tambahnya.

Mengenai tujuh jenazah lain, sampai kemarin sore, menurut Aidi, mereka belum bisa dievakuasi. Dia tidak menjelaskan secara pasti kapan jenazah-jenazah itu bakal dibawa. Yang pasti, TNI-Polri berusaha secepatnya. ”Yang jelas, kalau malam ini (tadi malam) cuaca sudah tidak memungkinkan. Berarti menunggu besok (hari ini),” terang Aidi. Selain cuaca, faktor keselamatan dan keamanan jadi perhatian. Sebab, KKSB terus menyerang para personel TNI-Polri yang bergerak di Distrik Yigi. Kontak senjata dilaporkan kembali terjadi kemarin siang. ”Saya dapat laporan jam 12.30 WIT kurang lebih, tim evakuasi mendapat serangan dari KKSB,” ucap dia. Beruntung, tidak ada satu pun aparat yang menjadi korban.

Berdasar laporan sebelumnya, memang sudah diidentifikasi bahwa KKSB akan memilih Bukit Kabo sebagai lokasi penyerangan. Harapannya, aksi itu akan mengganggu TNI-Polri yang datang untuk melaksanakan evakuasi. Namun, gangguan tersebut tidak membuat prajurit TNI dan Polri mundur. Aidi memastikan, mereka bakal terus melaksanakan tugas. Baik pencarian maupun evakuasi.

Aidi mengakui, sejumlah keluarga korban dari PT Istaka Karya sudah berdatangan ke Papua. Ada yang menunggu di Timika dan Wamena. ”Ada dari Makassar, ada orang Jawa,” ungkapnya. Khusus Serda Handoko yang gugur setelah kena timah panas dari senjata KKSB, TNI sudah menaikkan pangkatnya menjadi sertu. Jenazah Sertu Anumerta Handoko juga sudah diterbangkan dari Timika ke Sorong.

Selain mengevakuasi sembilan jenazah, kemarin TNI-Polri mengevakuasi delapan masyarakat sipil dari Distrik Yigi. Di antara delapan orang itu ada pekerja PT Istaka Karya. Wakapendam XVII/Cenderawasih Letkol Infanteri Dax Sianturi menjelaskan, delapan orang itu ditemukan dua hari lalu (5/12). Mereka ditemukan bersama pekerja PT Istaka Karya bernama Jhony Arung. ”Namun, baru bisa dilaporkan pagi ini (kemarin) karena keterbatasan kemampuan alat komunikasi,” ujarnya. Selain pegawai PT Istaka Karya, delapan orang sipil itu terdiri atas dokter yang bertugas di Distrik Yigi dan para pekerja di rumah dokter tersebut.

Kemarin Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto bersama KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa, Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto, dan pejabat teras TNI-Polri lainnya turut memimpin upaya evakuasi korban dari Distrik Yigi. Dalam kesempatan itu, Hadi menegaskan kembali bahwa seluruh anggota KKSB bakal dikejar sampai tertangkap.

Hadi juga menjelaskan rencana TNI dan Polri membentuk tim keamanan di Papua. Tim tersebut bertugas memastikan pembangunan infrastruktur di Nduga berjalan lancar. Kedua pihak sudah membicarakan hal itu. Selanjutnya, mereka tinggal berkoordinasi dengan pemerintah. ”Nanti segera dikoordinasikan dengan Kementerian PUPR,” ungkap orang nomor satu di institusi militer tanah air tersebut.

Sementara itu, Kadivhumas Polri Brigjen M. Iqbal menjelaskan, operasi pengejaran KKSB pimpinan Egianus Kogoya terus dilakukan. Yang disayangkan, sebenarnya Distrik Yigi awalnya merupakan daerah aman. ”Lalu KKSB Egianus Kogoya masuk ke Yigi saat melarikan diri dari pengejaran TNI dan Polri,” ungkapnya. Masuknya KKSB itu berdampak besar terhadap keamanan Yigi. Distrik Yigi yang semula masuk kategori aman akhirnya menjadi zona merah atau daerah rawan. ”Namun, kami akan berupaya menegakkan hukum terhadap mereka,” papar mantan Wakapolda Jawa Timur (Jatim) tersebut.

Versi TPNPB-OPM

Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom tidak mengakui sebutan KKSB dari pemerintah. Yang ada merupakan TPNPB-OPM yang bertujuan mendapatkan kemerdekaan. ”Kami ini dalam posisi dijajah,” ucapnya.

Sebby menceritakan sejarah terbentuknya TPNPB-OPM. Menurut dia, kelompoknya terbentuk karena berbagai kejahatan luar biasa yang pernah dilakukan pemerintah Indonesia melalui TNI dan Polri. ”Berbagai pelanggaran HAM terjadi dan tidak diadili, korbannya warga asli Papua,” ujarnya.

Pelanggaran HAM yang paling diingatnya diduga terjadi pada 1977. Dia mengklaim, 500 ribu warga Papua terbunuh saat itu. ”Saya masih kecil, tidak mengetahui jelas apa yang terjadi. Tapi, kami memiliki dokumen soal pelanggaran HAM itu,” paparnya.

Jumlah dokumen terkait pelanggaran HAM di Papua tersebut, menurut Sebby, sudah menggunung. Dia menjelaskan, banyak sekali pelanggaran HAM yang terjadi. ”Kalau mau, saya berikan dokumen itu, sangat banyak,” paparnya kepada Jawa Pos kemarin. Dia menyebut TNI-Polri memperlakukan rakyat Papua seperti binatang. ”Entah mengapa, kalau polisi di Jawa ramah, tapi begitu di Papua menjadi kejam,” tuturnya. (idr/syn/c10/oni/jpg)

Update