Sabtu, 20 April 2024

Meneladani Kisah Heroik Herman Thio

Berita Terkait

f. immanuel sebayang/ batam pos
Herman Thio (tengah) menerima baret kehormatan Marinir usai peluncuran bukunya, kemarin.

batampos.co.id – Pejuang Dwikora asal Batam Herman Thio, 77, menggelar bedah buku biografinya, Senin (10/12) di Foodcourt J8 Jodoh. Herman berharap bisa membagikan bukunya ini ke seluruh sekolah hingga kampus di Batam dan Kepulauan Riau.

Sejatinya acara bertajuk ”Bedah Buku Kisah Heroik Herman Thio, Veteran Tionghoa dari Batam Kepulauan Riau” tersebut mengundang Wali Kota Batam HM Rudi, Komandan Batalyon 10 Marinir Letkol Mar Rino Riyanto, Komandan Dandim 0316 Batam Letkol inf Romel Jangga Wardhana. Namun karena kesibukan, petinggi sipil dan militer itu diwakili oleh staf masing-masing.

Acara yang dimulai pukul 09.000 pagi itu tambah semarak, dengan kehadiran Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia Wilayah Batam Endang Rukmana, tokoh masyarakat dan pengusaha Kota Batam. Di antaranya Brigjend Mar Purn Eric Wotulo, anggota DPRD Provinsi Kepri Asmin Patros, anggota DPRD Batam Hendra Asman, serta pengurus PSMTI Kepri Davina.

”Selanjutnya, kita memasuki acara utama, pemaparan Herman Thio tentang isi bukunya, dipandu oleh tokoh pers Kepulauan Riau Bapak Marganas Nainggolan dan didampingi penulis ibu Venny Rondonuwu Wotulo,” ujar Muhammad Riza Fahlevi, pemandu acara yang sekaligus ketua panitia.

Keharuan menyeruak saat Marganas Nainggolan menanyakan pada Herman apa motivasinya berjuang menjadi Relawan KKO saat konfrontasi Indonesia dan Malaysia terjadi.

”Karena saya orang Indonesia dan lahir di Indonesia,” jelasnya sambil menangis.

Tak hanya itu, Herman menyeka air matanya yang terus berlinang, sehingga tak bisa lagi menjawab pertanyaan hadirin.

Untunglah ada Venny Rondonuwu Wotulo dan suaminya, Eric Wotulo, yang hadir membantu Herman bila ada pertanyaan yang tak mampu dijawab.

Hingga tibalah pada acara puncak, penggalangan dana untuk hibah buku Herman Thio ke sekolah-sekolah di Batam.

Pembawa acara, Riza menjelaskan, bahwa Herman Thio ingin agar kisah perjuangannya ini menyebar ke generasi muda di Batam.

Untuk itu dia berharap agar bukunya bisa dicetak besar besaran minimal 10 ribu eksemplar agar bisa dibagikan ke sekolah-sekolah di penjuru Batam, bahkan Provinsi Kepulauan Riau.
Namun niat mulianya ini terkendala biaya. Sebab, untuk mencetak satu buku Herman Thio harus merogoh kocek hingga Rp 150 ribu.

”Untuk itu kami berharap para hadirin, khususnya teman-teman pengusaha, sudi membantu menyisihkan sedikit dana agar buku ini dicetak secara massive,” jelas Riza.
Dengan demikian, lanjutnya, mata dan pikiran generasi muda akan terbuka dan tahu bahwa pernah suatu ketika ada lelaki Tionghoa asal Batam yang juga berdarah-darah demi membela kehormatan Bumi Pertiwi.

”Siapa yang duluan mau menyumbang?” tanya Riza.

Kontan saja pertanyaan ini langsung disambut oleh hadirin. Ada yang menyumbang Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.

”Demi menghemat anggaran, mohon nanti buku yang akan dibagikan ke sekolah-sekolah kertasnya pakai yang biasa saja. Sehingga bisa cetak lebih banyak,” usul Asmin Patros. Herman pun kembali berkaca-kaca. Harapannya akan segera bisa terwujud. (wel/ser)

Update