Kamis, 25 April 2024

Optimis Menyongsong 2019

Berita Terkait

Turis merapat ke pemilik lapak foto di dataran Welcome to Batam.
foto: batampos.co.id / cecep mulyana

batampos.co.id – Tek Po memarkir mobilnya di halaman restoran Golden Prawn 933 di Bengkong. Lalu melangkah memasuki restoran itu, Kamis (13/12). Dengan ramah ia menyapa para pekerjanya sebelum duduk di salah satu meja restoran miliknya tersebut.
Dia langsung memeriksa sejumlah sertifikat dan laporan-laporan dalam map yang diserahkan padanya, kemudian menandatanganinya.

“Maaf ya, cek berkas-berkas dulu untuk perizinan membangun kawasan wisata Bengkong ini,” ujarnya.

Tek Po atau akrab disapa Abi ini salah satu pengusaha Batam yang fokus pada industri pariwisata kota ini dalam 20 tahun terakhir. Menurutnya, dunia pariwisata adalah jenis industri yang paling resistant terhadap krisis.

“Sudah membuktikannya-lah. Dimana saat krisis, masih bisa membangun (kawasan) wisata yang menarik di Bengkong ini,” ungkapnya.

Kawasan wisata Bengkong memiliki luas lebih dari 35 hektare. Di sini, berbagai spot dan wahana wisata yang diperuntukan bagi turis dan warga lokal tersedia. Mulai dari ruang foto imajinasi, kabel sky, gokart, masjid dan kapal Ceng Ho, hotel, spa, restoran, hingga pasar usaha kecil dan menengah (UKM) yang menjual aneka kuliner kaki lima dan oleh-oleh khas Kepri.

“Di 2019 mendatang, supaya Batam perekonomiannya bisa tumbuh lebih baik, bisa meningkat, harus banyak membangun tempat wisata dan memberdayakan tempat wisata yang sudah ada,” ungkapnya lebih lanjut.

Abi menyebutkan pariwisata dan menggerakkan lebih banyak lagi UKM menjadi pilihan yang tepat untuk menghadapi tantangan bisnis dan perekonomian di 2019 mendatang.

Pariwisata bisa seiring atau mendampingi geliat industri pengolahan yang mulai bangkit lagi sehingga pertumbuhan ekonomi di Batam seperti sediakala.

“Mendukung wisata berkelanjutan, memajukan dan mendukung industri UKM. Itu target saya,” katanya.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Batam Jadi Rajagukguk menilai, pertumbuhan ekonomi Batam sebesar 4,22 persen pada akhir tahun ini sudah cukup baik. Sebab secara global saat ini ekonomi masih lesu.

“Meskipun itu belum mencapai target ya. Tapi dalam menghadapi 2019 mendatang tentu kita optimis, sesuai program pemerintah dengan target 7 persen,” ujar Jadi, Rabu (12/12) lalu.

Jadi menyebutkan, ada berbagai sektor yang bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi Batam, tahun depan. Yakni sektor pariwisata, ekonomi digital, industri elektronik, dan juga jasa.

“Sektor pariwisata saat ini masih harus terus dikembangkan. Khususnya menyangkut destinasi wisata dan pembuatan paket-paket wisata. Semuanya harus dikemas secara kreatif,” ungkapnya.

Sebenarnya, kata Jadi, perencanaan pengembangan ekonomi dari berbagai sektor itu telah dibahas dalam mensukseskan Batam Bersaing Maju 2 Tahun 7 Persen (BBM27) ketika menyambut kedatangan Kepala BP Batam yang baru pada Oktober tahun lalu. Program tersebut, lanjut Jadi, sangat bagus. Hanya saja kondisi ekonomi dunia memang belum sepenuhnya pulih, ditambah dengan kondisi politik Indonesia yang saat ini memasuki kampanye pemilihan presiden.

“Ditambah pelayanan dan perizinan yang belum berjalan dengan baik membuat pertumbuhan ekonomi agak lambat, tapi tetap masih ada pergerakan juga,” ungkapnya.

Jadi menambahkan, peningkatan percepatan pelayanan dan penyederhanaan perizinan harus segera direalisasikan kalau mau ekonomi Batam lebih maju di 2019 mendatang.

Meski tak bisa dimungkiri, perang dagang antara dua negara besar, yakni Amerika Serikat dan Tiongkok, yang menjadi acuan pertumbuhan industri dan ekonomi dunia, pasti secara langsung akan memengaruhi investor yang masuk ke Batam.

Menurutnya, Kadin Batam tetap optimistis dan mendorong baik pemerintah dan pengusaha bersama-sama meningkatan pelayanan perizinan dan investasi. Memasuki 2019 ini, Jadi mengatakan kembali mencanangkan Batam sebagai Tahun Investasi.

Menurut dia, dalam pembangunan ekonomi dan peningkatan investasi di Batam, diperlukan kerja sama pentahelix dari seluruh pihak. Baik pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan media.

“Itu mutlak. Bekerja bersama-sama, maju bersama-sama. Dengan begitu prospek ekonomi 2019 cerah,” tutupnya.

***

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kepri Gusti Raizal Eka Putra memaparkan pertumbuhan ekonomi Kepri berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sejak tahun 2017. Hal yang langka terjadi. Ia merunut, pada tahun 2011, ekonomi Kepri tumbuh 6,96 persen, lalu tahun 2012 pertumbuhannya 7,63 persen.

Tahun 2012 ini bisa dikatakan masih masa keemasan ekonomi Kepri. Kemudian tahun 2013, ekonomi Kepri masih bagus tetapi mulai menunjukkan penurunan yakni 7,21 persen. Lalu turun menjadi 6,60 persen pada tahun 2014, 6,01 pada tahun 2015, dan 5,03 persen pada tahun 2016. Namun masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Memasuki tahun 2017, masa paling suram dalam perekonomian Kepri tiba. Tahun itu ekonomi Kepri benar-benar anjlok hingga hanya 2,01 persen. Ini pertama kalinya pertumbuhan ekonomi Kepri di bawah ekonomi nasional yang tumbuh 5,07 persen. Hingga September atau tiga triwulan 2018, ekonomi Kepri mulai bangkit dengan angka pertumbuhan 4,24. Meski begitu, angka ini masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,17 persen.

Tahun ini, secara triwulan, ekonomi Kepri tumbuh masing-masing 4,47 persen pada triwulan pertama, 4,51 persen pada triwulan kedua, dan 3,74 persen pada triwulan ketiga. Sementara tahun lalu, hanya tumbuh 2,02 persen pada triwulan pertama, 1,06 persen pada triwulan kedua, dan 2,38 pada triwulan ketiga.

“Ekonomi Kepri tumbuh melambat sebesar 3,74 persen (yoy) pada triwulan ketiga 2018, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan kedua 2018 sebesar 4,51 persen (yoy),” jelas Gusti saat acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2018 di Hotel Radisson Batam, Selasa (4/12).

Menurut Gusti ekonomi Kepri tumbuh melambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Dari sisi pengeluaran, perlambatan ekonomi Kepri triwulan ketiga 2018 disumbang oleh perlambatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan ekspor luar negeri. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi Kepri disebabkan oleh penurunan kinerja sektor industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan.

Tahun ini, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Kepri antara 4,0 persen-4,4 persen. Sementara tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Kepri diproyeksikan 4,2 persen-4,6 persen. Faktor pendorong perekonomi Kepri pada tahun 2019 yakni potensi peningkatan harga migas dunia, investasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, peningkatan kunjungan wisatawan ke Kepri.

“Investasi masih akan menjadi penopang utama di 2019,” kata Gusti.

Investasi pembangunan infrastruktur ini bersumber dari sejumlah usulan proyek strategis tahun 2019 seperti pembangunan Jembatan Batam-Bintan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjungsauh, dan KEK Galang-Batang di Bintan. Berikut pengembangan Pelabuhan Batuampar, pengembangan dan modernisasi sarana Bandara Hang Nadim, dan KEK Pulau Asam di Karimun.

Di samping itu, selain investasi di bidang infrastruktur, salah satu cara untuk mendorong Kepri meningkatkan pertumbuhan ekonominya adalah melalui akselerasi peningkatan ekspor di sektor industri dan UMKM serta jasa di sektor pariwisata.

Berikutnya, penyederhanaan perizinan melalui Online Single Submission (OSS), Indeks Penghasilan Konsumen (Survei Konsumen Bank Indonesia) 6 bulan ke depan meningkat serta berada pada level optimis.

Selain faktor pendorong, BI juga mengungkapkan faktor penahan pertumbuhan ekonomi yakni potensi perang dagang AS – Tiongkok, penurunan harga komoditas dunia seperti CPO, pengetatan kebijakan moneter negara maju, proyeksi pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Kepri yang melambat, dan situasi politik saat pemilihan Umum Legislatif dan Presiden.

Menurut catatan Pemko Batam yang juga disampaikan dalam acara Outlook Ekonomi dan Bisnis Kepri 2019, pertumbuhan ekonomi Kepri maupun Batam pernah dua digit. Jadi tidak mustahil pertumbuhan ekonomi dua digit itu bisa digenggam kembali. Melihat pertumbuhan ekonomi Kepri tentu tak lepas dari pertumbuhan ekonomi Batam. Sebab penyumbang pertumbuhan ekonomi Kepri didominasi Batam.

Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Kota Batam mencapai 7,16 persen, sementara Kepri 6,60 persen. Kemudian tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Batam 6,83 persen dan Kepri 6,01 persen. Tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Batam turun menjadi 5,45 persen dan Kepri ikut turun menjadi 5,03 persen. Adapun tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Batam hanya 3,08 persen dan Kepri hanya 2,01 persen.

Pertumbuhan ekonomi Batam 2017 ditopang industri pengolahan 54,31 persen, konstruksi 19,49 persen, perdagangan besar dan eceran 6,55 persen, transportasi dan pergudangan 3,69 persen, dan jasa keuangan dan asuransi 3,58 persen. Sedangkan tahun ini target pertumbuhan ekonomi Batam 5 persen dan tahun 2019 targetnya 7 persen.

Realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Batam tahun ini (hingga semester pertama) mencapai Rp 433,935 miliar. Lebih tinggi dibandingkan angka investasi pada tahun 2015 yang hanya mencapai Rp 299,713 miliar. Adapun tahun 2016, realiasi investasi PMDN menyentuh angka Rp 815, 971 miliar dan tahun 2017 sebesar Rp 663,356 persen.

Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Lukita Dinarsyah Tuwo, menyampaikan hal senada. Berdasarkan scatter diagram terlihat adanya hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi Batam dengan Kepri. Berdasarkan analisis korelasi terlihat bahwa 96 persen geliat ekonomi Kepri, dipengaruhi oleh geliat ekonomi Batam. Artinya, bila ekonomi Batam terjungkal, maka ekonomi Kepri pasti terjungkal sebagaimana terjadi pada 2017.

Lukita memaparkan sejak 2013 perekonomian Kepri sudah menunjukkan tren perlambatan. Dari angka 8,46 persen pada triwulan pertama 2013 dan turun menjadi 5,36 persen pada triwulan pertama 2014. Kemudian terjun bebas pada triwulan pertama 2017 dengan angka 2,02 persen hingga angka terendah sebesar 1,06 persen pada triwulan kedua 2017.

Tetapi dalam dua triwulan pertama 2018 perekonomian Kepri sudah mulai menunjukkan percepatan pertumbuhan yang cukup signifikan dengan rata-rata 4,5 persen. Namun pada triwulan ketiga 2018 (yoy), pertumbuhannya sedikit agak melambat, yaitu 3,74 persen. Meski begitu, angka tersebut masih berada 1,36 basis poin di atas capaian triwulan ketiga 2017 yang mencapai 2,38 persen.

Dengan melihat masih adanya potensi perlambatan ekonomi pada triwulan keempat 2018, maka diperlukan kerja keras dalam sisa waktu yang ada agar target pertumbuhan ekonomi 4,5 persen pada tahun 2018 ini bisa terwujud.

Kendati begitu, Lukita menyebutkan selama enam tahun terakhir, perkembangan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) di Kepri terus menunjukkan peningkatan. Tren positif ini merupakan sinyal akan kebangkitan perekonomian Kepri pada periode mendatang dan tentunya harus terus dikawal serta ditingkatkan.

Pada tahun 2013 nilai investasi (PMTB) mencapai Rp 55,52 triliun dan mulai naik tahun 2014 menjadi Rp 58,73 triliun. Tahun berikutnya, 2015, nilai investasi (PMTB) sebesar Rp 60,64 triliun dan naik menjadi Rp 62,12 triliun pada tahun 2016. Begitu pula pada tahun 2017, nilai investasi (PMTB) sebesar 64,06 triliun. Sementara tahun ini dengan catatan data triwulan empat adalah estimasi, diperkirakan nilai investasi (PMTB) bisa mencapai Rp 69,59 triliun.

Lalu bagaimana dengan tahun 2019? Kepala BP Batam tetap optimis pertumbuhan ekonomi Kepri bisa tumbuh 7 persen di tahun 2019. Angka pertumbuhan ekonomi 7 persen ini dibebankan kepada Lukita saat ia ditunjuk menjabat sebagai kepala BP Batam pada Oktober 2017. Angka itu harus dicapai dalam dua tahun kepemimpinannya.

Kata Lukita, bila pertumbuhan ekonomi Batam 2019 diinginkan sebesar 7 persen, perlu ada upaya dan strategi khusus serta sinergitas dari semua stakeholders terkait.

“Hilangkan ego sektoral,” tegasnya.

Namun, ia menyampaikan ada beberapa strategi BP Batam untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen, antara lain mempercepat belanja BP Batam dan pemerintah daerah sejak awal tahun 2019. Kemudian mendorong investasi di Batam, baik investasi baru maupun perluasan kapasitas. Tujuannya untuk menggerakkan roda perekonomian di Batam.

Lalu mendukung operasional perusahaan-perusahaan yang akan melakukan ekspansi usaha atau meningkatkan operasinya di Batam. Perusahaan-perusahaan tersebut diantaranya Mc Dermott, Caterpillar, Ciba Vision dan Rubycon.

“Yang pastinya ada McDermott, ada Caterpillar yang akan memindahkan produksinya dari luar negeri ke Batam,” kata Lukita.

Lukita mengatakan, BP Batam akan mempermudah birokrasi perizinan agar proses ekspansi perusahaan asing tersebut berjalan cepat dan lancar. Termasuk mengawal rencana ekspansi itu supaya penanaman modal asing (PMA) tersebut tidak tergoda dengan daerah lain.

“Kami akan kawal agar rencana perizinan terus berjalan karena pasti akan butuh lahan dan urus izin baru karena tambah kuota produksi,” jelasnya.

Lukita juga memastikan perusahaan pemasok komponen iPhone, PT Pegatron akan segera beroperasi di Batam tahun 2019. Sebab Pegatron sudah yakin dengan sistem perizinannya dan iklim investasi yang kondusif untuk industri smartphone.

Lukita mengatakan, Pegatron datang sekira dua bulan yang lalu dan meminta kepastian bahwa Batam bisa memberikan iklim kondusif. “Sebelumnya, mereka ingin memilih antara Batam, Vietnam, dan Thailand,” ungkap Lukita di Hotel Radisson, Batam, Senin (10/12).

Pegatron datang bersama dengan pengusaha Batam meninjau sejumlah kawasan industri di Batam.

“Kami fasilitasi. Itu sebagai bukti untuk meyakinkan mereka. Kita akan kawal terus,” jelasnya.

Pemerintah pusat juga akan berupaya untuk membantu perizinan. Sedangkan Batam akan memberikan kemudahan, apalagi sistem perizinan sudah terintegrasi dengan Online Single Submission (OSS).

“Itu yang menjadi keyakinan dari Pegatron untuk investasi di Batam,” ucapnya.
Masuknya Pegatron ke Batam merupakan imbas dari perang dagang antara Amerika dan Tiongkok. Bagi BP Batam, investor asing manapun akibat perang dagang ini akan diterima dengan senang hati di Batam.

“Buat BP, siapapun yang datang, apakah karena perang dagang atau karena ingin perluas ekspansinya, menurut saya harus siap,” ucapnya.

Untuk urusan lahan, BP akan mengarahkan investor-investor baru ke lahan industri. Dan untuk perizinan, BP akan membantunya untuk bisa mengurus perizinan di OSS.

“Industri masih oke meski ada tantangan dari harga gas. Tapi dengan OSS yang sudah berjalan, saya yakin dapat merangsang investor datang ke Batam. Baru kemudahan mengimpor bahan baku saat ekspor keluar. Semua akan diurus bersama,” paparnya.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Oke Nurwan mengatakan pemerintah pusat sangat mengapresiasi kegiatan ini. “Ini menunjukkan betapa pengelola pemerintahan dan industri duduk bekerja sama memajukan Batam untuk menopang perekonomian negara,” ucapnya.

Saat ini, perekonomian dunia diwarnai ketidakpastian karena imbas perang dagang Amerika dan Tiongkok.

“Kita tidak perlu lihat itu sebagai sebuah gangguan, tapi pandanglah sebagai peluang,” katanya. (uma/cha/leo)

Update