batampos.co.id – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri memprediksi pertumbuhan inflasi 2019 akan berada di kisaran 3,5 persen, sama seperti tahun ini.
“Peningkatan harga komoditas dunia seperti minyak dan gas bumi, itu jadi pemicu,” kata Kepala BI Perwakilan Kepri Gusti Raizal Eka Putera, Sabtu (22/12/2018).
Kenaikan tersebut juga akan memicu kenaikan harga tarif angkutan udara yang juga menjadi pendorong faktor inflasi. Begitu juga dengan peningkatan suku bunga Bank Sentral Amerika dapat menyebabkan imported inflation.
Imported inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri khususnya dari negara asing yang memiliki hubungan perdagangan Indonesia. Contohnya Amerika dan Tiongkok.
Sejumlah faktor lain yang juga mendorong inflasi menjelang akhir tahun antara lain curah hujan dan gelombang tinggi yang secara musiman akan berlanjut sampai dengan awal tahun 2019. Ini memicu kelangkaan pasokan ikan segar, menghambat jalur distribusi bahan makanan, serta berdampak pada produksi sayuran.
“Peningkatan permintaan komoditas bahan kebutuhan pokok menjelang Natal dan Tahun Baru juga bisa memicu inflasi,” katanya.
Makanya, untuk mencegah agar inflasi tidak naik tajam, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan membuat studi kelayakan bisnis pertanian menggunakan greenhouse dan agenda lainnya agar pasokan aman dan harga terkendali, sehingga keberlangsungan produksi bayam dapat lebih terjamin.
“Kemudian melakukan pemantauan pasokan secara berkala untuk menjamin ketersediaan bahan makanan serta menghindari penimbunan,” ucapnya.
Langkah berikutnya melakukan inspeksi mendadak (sidak) bersama dengan BP BPOM dan distributor untuk mencegah peredaran makanan kedaluwarsa.
Lalu mengintensifkan kerja sama antar daerah yang telah disepakati untuk memenuhi pasokan bahan makanan menjelang akhir tahun. Terakhir menggelar operasi pasar dan pasar murah untuk stabilisasi harga.(leo)