batampos.co.id – Pembaca, BP Batam telah menyiapkan rangkaian pembangunan dan perawatan jalan pada 2019.
Adapun, 12 proyek pengembangan jalan tersebut, yakni
- Pembangunan jalan kolektor dari Jalan Anggrek Hitam menuju Jalan Arteri Pattimura di Kabil, Nongsa dengan anggaran Rp 7,1 miliar.
- Pembangunan jalan kolektor dari samping Perusahaan Musim Mas menuju Jalan Hang Kesturi di Kabil, Nongsa Rp 8,1 miliar.
- Pembangunan jalan kolektor dan jembatan di Kawasan Industri Sekupang menuju Kawasan Industri Britoil tahap pertama Rp 10 miliar.
- Perbaikan jalur lambat Jalan Sudirman dari Simpang Jam sampai Simpang Kabil Rp 4 miliar.(tahap 1)
- Pembangunan jalur kedua jalan Kawasan Industri Batam Centre di depan Kawasan Industri Tunas Industrial Park 2 dengan anggaran Rp 7 miliar.
- Kemudian pembangunan dan peningkatan jalan Kawasan Industri Tanjunguncang Tahap Kedua Rp 3,6 miliar.
- Peningkatan jalan Kawasan Industri Pelabuhan Sagulung, Tanjunguncang Rp 3,1 miliar.
- Pembangunan dan peningkatan jalan Kawasan Industri Seilekop tahap kedua Rp 2,9 miliar.
- Perbaikan jalan Kawasan Industri Sintai, Tanjunguncang Rp 2,4 miliar.
- Pembangunan jalan kolektor kawasan Tanjungpiayu menuju Tembesi tahap pertama dengan anggaran Rp 11,7 miliar.
- Pembangunan jalan dan Jembatan Sambau dengan anggaran Rp 46,3 miliar.
- Perbaikan underpass Pelita.
Deputi IV BP Batam Eko Budi Soepriyanto mengatakan anggaran tersebut berasal dari tambahan dana yang sudah disetujui Komisi VI DPR RI sebagai anggaran tambahan BP Batam.
Jumlahnya Rp 340 miliar yang dialokasikan untuk pengembangan sarana jalan sebanyak Rp 110 miliar, pengembangkan pelabuhan laut di Batuampar dan Kabil Rp 100 miliar dan pengembangan Bandara Hang Nadim sebanyak Rp 130 miliar.
”Semuanya masuk program 2019 dan bertujuan memperlancar dan mendukung arus lalu lintas,” katanya di BP Batam, Rabu (26/12/2018).
Kondisi Jalan Hang Kesturi, Nongsa yang buruk sudah lama menghantui pengelola Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK). Karena hal tersebut, banyak perusahaan mi-nyak dan gas (migas) yang tidak melirik investasi di Batam karena jalanannya dianggap berbahaya sehingga tidak aman.
”Kendala utama kita adalah jalan yang tidak layak karena sering rusak berat ketika banjir,” ucap Direktur Kabil Citra Nusa yang mengelola KITK, Peters Vincen, Rabu (26/12/2018).
Peters mengatakan, saat kondisi puncak, yakni ketika banyak perusahaan yang memberlakukan over time (OT), maka jumlah orang yang ada di KITK bisa mencapai 25 ribu, baik itu pekerja pabrik, karyawan kantor, pedagang, dan lainnya.
”Sehingga saat ramai sering terjadi kecelakaan,” ucapnya.
Karena realita ini, banyak perusahaan migas internasional yang menganggap KITK gagal memenuhi standar keamanan bagi para pekerja.
”Ketika perusahaan migas dunia mau kasih pekerjaan, kami gagal penuhi karena jalannya yang tidak aman. Makanya kami sangat mendukung jika pemerintah mau membangun jalan yang layak agar perusahaan di Kabil bisa dapat pekerjaan lebih mudah,” paparnya.
Sebelumnya, KITK sudah berbicara dengan Gubernur Kepri Nurdin Basirun dan Wali Kota Batam Muhammad Rudi mengenai hal ini. Bahkan, gubernur juga sudah meninjau dan ikut terjebak banjir.
”Dari wali kota sendiri sudah mulai ada perbaikan drainase. Tapi belum menyeluruh sehingga tak efektif,” jelasnya. (leo)