Minggu, 2 Februari 2025

Indonesia Tolak Bantuan Internasional

Berita Terkait

Keceriaan anak di Pengungsian dan Posko Kesehatan Kemensos RI, Rabu (26/12/2018)–FOTO : MUHAMAD ALI/JAWAPOS

batampos.co.id –  Korban tewas akibat tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam lalu, terus bertambah seiring masih terus dilakukannya operasi pencarian dan penyelamatan (SAR).

Hingga Rabu (26/12) pukul 13.00 WIB, tercatat 430 orang meninggal dunia dan 159 lainnya hilang.

Selain itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1.495 luka dan jumlah pengungsi mencapai 21.991 orang. Sementara kerusakan properti meliputi 924 rumah, 73 penginapan, 60 warung, 434 perahu dan kapal, 24 kendaraan roda 4, 41 kenda­raan roda 2, dan masing-masing satu dermaga dan shelter.

Pemerintah Kabupaten Pandeglang telah menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari terhitung sejak Sabtu (22/12) hingga Jumat (4/1) mendatang.

Sementara Kabupaten Lampung Selatan menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari dimulai pada Minggu (23/12) hingga Sabtu (29/12) mendatang.

Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan bahwa operasi SAR yang dilakukan oleh petugas gabungan difokuskan untuk mencari korban baik di laut maupun di daratan. Sementara distribusi bantuan logistik difokuskan untuk menjangkau daerah-daerah yang belum terjangkau.

Utamanya di Kecamatan Sumur di selatan Pandeglang.

Dari sekitar 6 desa yang sebelumnya terisolasi di Kecamatan Sumur, Pandeglang, petugas sudah berhasil mencapai Taman Jaya dan Tunggal Jaya di Kecamatan Sumur.

“Sudah didirikan rumah sakit lapangan juga di sana,” kata Sutopo, kemarin.

Sutopo mengatakan bahwa bantuan logistik dialirkan melalui beberapa jalur. Yakni jalur darat, laut, dan udara. Jalur darat masih sulit karena selain banyak ruas jalan yang rusak, banyak masyarakat yang berseliweran mencari keluarganya, atau mencari tempat yang aman.

“Bahkan ada yang datang dari luar daerah,” katanya.

Ada total 11 helikopter yang dioperasikan baik untuk SAR dan dropping logistik ke area-area yang masih terisolasi. Sutopo mengatakan, bahwa operasi SAR kerap terganggu karena faktor cuaca ekstrem dan isu tsunami susulan yang membuat banyak petugas takut mendekat ke pantai.

“Bahkan di Labuan sekarang terjadi banjir,” katanya.

Sementara itu, Kemenhub mengevakuasi total 1.200 orang penduduk dari Pulau Sebuku dan Sebesi. Komplek kepulauan yang terdekat dengan Krakatau. Para penduduk tersebut diangkut dengan kapal feri ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung.

“Selanjutnya seluruh pengungsi dibawa ke Pendopo Kabupaten Lampung Selatan,” tutur Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo.

Agus mengatakan, Kementerian Perhubungan akan terus berupaya memberikan dukungan dan bantuan kepada para korban tsunami di Selat Sunda, baik berupa sarana transportasi maupun bantuan kemanusiaan lain yang dibutuhkan.

Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terus meningkat membuat beberapa warga Pulau Sebesi memilih untuk mengungsi. Namun, menurut salah satu warga Pulau Sebesi, Umar Hadi, masih banyak juga yang memilih tetap tinggal di pulau dan menjaga rumahnya.

Sesuai rekomendasi dari BMKG, BPBD Pandeglang dan Banten mengimbau pada masyarakat untuk tidak beraktivitas di area 500 meter dari pantai untuk mengantisipasi adanya tsunami susulan.

Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Abdurrahman M. Fachir menegaskan sampai saat ini tidak ada rencana membuka akses bantuan internasional untuk penanganan tsunami Selat Sunda.

’’Ucapan simpati dan bela sungkawa dari internasional banyak,’’ katanya di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) kemarin.(tau/wan/JPG)

Update